Jing Beiyuan sangat tidak sabar ingin melihat teman dan sahabat lamanya yang sudah tidak terdengarnya selama dua tahun ini. Terakhir kali mereka bertemu adalah hal tidak sengaja ketika dia dan Wuxi melakukan perjalanan. Saat itu Zhou Zishu masih kesakitan atas tujuh paku yang bersarang di tubuhnya. Rasanya Beiyuan ingin memaki Zhishu karena kebodohannya. Menanam tujuh paku dengan tangannya sendiri. Menghukum dirinya sendiri dengan hukum yang dia buat sendiri.
Untungnya suami ... maksudnya pasangannya sangat pintar dan ahli dalam pengobatan sehingga teman dekatnya ini bisa terbebas dari rasa kesakitan itu. Walaupun setelah dua tahun Wuxi berhasil melepas ketujuh paku dan mengobati Zhishu, dia menyarankan setelah dua atau tiga tahun dia harus menuju Nanjiang. Wuzi tidak hanya ingin Zhishu untuk mengunjungi mereka, tetapi dia juga takut akan efek samping dari melepas paku. Sebab, tidak ada manusia yang bisa mengalahkan takdir Tuhan.
Ide Zhou Zishu harus mengunjungi Nanjiang tidak hanya dibicara Wuxi kepada Zhishu seorang saja, tetapi kepada Wen Kexing. Seperti apa yang dikatakan orang, rambut putih menandakan seseorang akan menjadi pikun. Kexing lupa akan ide ini dan malah membuat masalah dengan mengatakan omong kosong seperti para pejabat di pengadilan.
"Zhou Zishu, kamu datang!" seru Beiyuan. Wajahnya yang cantik seperti batu giok memancarkan kesenangan yang bisa dilihat oleh semua orang.
"Beiyuan! Aku datang sesuai janji." Senyum dari bibir Zhou Zishu muncul dengan indah. Dia memindahkan kakinya menuju Beiyuan, tanpa mempedulikan Kexing.
Beiyuan dan Zhishu saling menanyakan kabar selama dua tahun ini dengan riang. Kexing yang kesal karena tidak diperhatikan oleh Zhishu menarik lengan Zhishu. Sayangnya, tarikan itu berhasil dihindari Zhishu. Kexing tetap mencoba mencari perhatian Zhishu dengan menarik ujung lengannya. Dia lebih terlihat seperti anak berusia lima tahun yang sedang merajuk dan meminta untuk dibelikan tanghulu oleh orang tuanya. Masih disayangkan, dia masih tidak diperhatikan oleh Zhishu dan Beiyuan.
***
Ketika para orang tua menanyakan kabar dan meminta perhatian, lebih tepatnya hanya Wen Kexing yang meminta perhatian. Generasi yang lebih muda masih saling menatap satu sama lain. Memperhatikan satu sama lain. Bibir mereka melengkung ke atas satu sama lain, terlihat sangat indah bagi mereka berdua.
Adegan tatap menatap ini berakhir karena Chengling memutuskan tatapannya. Kedua matanya yang semula menatap sosok pemuda dengan pakaian hitam beralih ke tanah. Jika dilihat dari dekat, pipi dan daun telinganya memerah. Chengling tidak tahu apa yang dia rasakan. Hatinya merasa jika semakin dia melihat sosok itu, degup jantungnya akan meledak dan pipinya akan memerah seperti tomat.
"Ehem ... ehem."
Luta terbatuk-batuk, dia hanya ingin meringankan tenggorakan dan suasana canggung dengan sosok mungil di depannya. Selain Chengling, dia juga memiliki rona merah di wajahnya. Rona merah ini langsung menghilang saat dia mengalihkan perhatian ke ayahnya dan dua sosok yang datang dengan sosok mungil itu.
"Ayah, sepertinya lebih baik membawa ketiga tamu kita untuk ke dalam. Terlebih tidak sopan ketika berbincang-bincang di depan pintu," usul Luta. Sebenarnya dia juga tidak sabar ingin tahu siapa sosok mungil yang seperti rubah peliharaan ayahnya itu. Terlebih, dia ingin menjadi lebih dekat dan membangun hubungan baik dengan dia. Di Nanjiang jarang terlihat sosok seperti itu, sedikit seperti Beiyuan yang terlihat harus dilindungi oleh semua orang.
Lord Seventh yang mendengar usul anaknya baru menyadari bahwa meraka masih mengobrol di pintu gerbang. Kepala Beiyuan menggelengkan kepala, dia berpikir kalau dia melupakan tata krama ketika bertemu dengan teman lamanya ini. Tangannya mulai memberikan kode untuk Luta mendekati dirinya dan berkata, "Luta, beri hormat kepada pamanmu. Dia adalah orang yang selalu ayah ceritakan kepadamu. Di sebelahnya ada paman iparmu. Kamu boleh dekat dengannya, tetapi jangan mengikuti kebiasaannya."
"Wah, ternyata Lord Seventh masih memiliki mulut yang ta— Auu! Aauu! Sakit .. A Xu kau kenapa mencubitku?!"
Tangan Zhou Zishu masih mencolek dengen penuh kasih, sedangkan mulutnya mulai menyapa Luta, "Kamu yang bernama Luta? Beiyuan pernah memberitahuku kalau dia punya anak angkat yang gagah dan pemberani. Ternyata benar kamu sangat gagah dan tampan. Sama seperti ayahmu."
Mendengar pujian dari Zhou Zishu, Luta hanya bisa tersenyum. Dia tidak bisa dibandingkan dengan ayahnya yang bisa meruntuhkan sebuah kerajaan. Terlebih, ayahnya tampan karena dia sangat jarang pergi keluar kediaman. Jika dia seperti itu, mungkin dia bisa menyamakan ketampanan ayahnya. Sayangnya, Shifunya pasti akan menghukum dia jika dia hanya diam di kamar.
"Oh, iya! Chengling kemari. Luta, perkanalkan ini Zhang Chengling. Dia adalah muridku. Chengling dan kamu sepertinya akan menjadi teman dekat," lanjut Zhou Zishu. Dia memegang pundak Chengling dan mengarahkan tubuh Chengling ke Luta. Di mata Beiyuan, Zhou Zishu seperti menyerahkan Chengling kepada anaknya.
Menolak ide yang ada di otaknya, Beiyuan mengajak keluarga berisi tiga orang itu masuk ke dalam. Dia menjelaskan semua letak-letak halaman di kediaman Penyihir Agung. Tak lupa dia seperti memamerkan benda-benda yang ada di letakan di setiap halaman. Mulai dari keramik porselen hingga hewan-hewan beracun yang dimiliki Wuxi dan anaknya.
Ketika dia menjelaskan semua hal tersebut, tidak pernah bergeser pun dari sisi Zhou Zishu. Beiyuan tidak menyadari bahwa dia menggeser posisi Wen Kexing yang biasanya berada di samping kekasihnya. Karena itu, selama Beiyuan mimik muka Ketua Lembah Hantu ini sangat jelek. Sedangkan generasi berikutnya hanya diam mengikuti para generasi sebelumnya dengan tenang. Mereka canggung untuk menyapa satu sama lain, khususnya ini pertemuan pertama mereka.
"Ternyata dia adalah Zhang Chengling yang Ayah katakan sebelumnya. Melihat dia sekarang, seperti sangat menyenangkan memanggil dia Lingling Didi," batin Luta. Seulas senyuman muncul di bibir Luta. Dia tidak tahu bahwa Lingling Didinya melihat senyumannya.
"Senyumannya sangat indah! Aku harus menyapanya, tapi aku harus memanggil dia apa? Luta Gege? Dage? Aaa ... kenapa aku mendadak memusingkan?!" keluh Chengling dalam hati.
Tbc.
Write: 07052021
#NoEdit
KAMU SEDANG MEMBACA
My Puppy Love
FanfictionFan Fiction dari novel Priest (Qiye dan Tian Ya Ke) Kisah cinta masa remaja yang dialami oleh generasi kedua. Lu Ta, murid dari Wu Xi dan anak angkat dari Jing Beiyuan (Qiye) jatuh cinta pandangan pertama dengan remaja yang dibawah oleh teman lama...