Chapter 3 - Hyper Semalam

14 0 0
                                    

Yusuf berdiri di pinggir Chiltern Street dalam balutan parka cokelat tebal lengkap dengan sarung tangan sambil memeluk sekantong belanjaan berisi bahan makan malam dan kaleng-kaleng bir. Matanya memandang kanan-kiri jalan yang dipenuhi orang berjalan membelah tumpukan salju di trotoar.

Memasuki bulan ketiga bekerja di Manuale, Yusuf tak lagi dibuat terpesona oleh suasana malam di jalan padat di London itu. Lampu gantung di jalan yang menyilang antar gedung di langit-langit pun terasa biasa saja. Apalagi salju yang selalu dibuat romantis di film-film Hollywood pun kini terasa dingin saja di kulit; tanpa nuansa yang berbeda.

"Natal pertama di London?" Praja menepuk bahu Yusuf sambil mengajaknya berjalan menuju apartemen.

"Saya muslim," ucap Yusuf menjelaskan ketidaktertarikannya pada Natal.

"Saya enggak perlu tahu. Lakum diinukum wa liya diin, right?" tutur Praja mengutip ayat keenam surat Al-Kafirun yang berarti 'bagiku agamaku, bagimu agamamu'. Wajahnya terlihat santai sambil mengecek kantong berisi wine dalam pelukannya.

Selama tiga bulan bekerja di bawah arahan Praja, Yusuf memang tak bisa mendefinisikan keyakinan yang dipeluk oleh Praja. Ia mengucap salam, tapi tak luput merayakan Natal. Ia tak pernah terlihat sholat, tapi tak juga pergi ke gereja. Ia sempat berpikir kalau semua prediksi dan pikirnya akan terjawab sebagai atheis atau paling tidak agnostik. Namun, kutipan ayat suci yang barusan terjadi menunjukan sisi lain Praja yang ia kenali selama ini.

"Selagi bisa, saya mau bilang terima kasih buat kerja keras kamu selama ini, Suf. Jujur aja, kamu keputusan terbaik yang pernah saya ambil selama di Manuale," ucap Praja tulus.

"Saya cuma kerja sesuai brief, aja," jawab Yusuf sambil tanpa intonasi sama sekali.

"Ada rencana apa kalau Sultan enggak perpanjang kontrak kamu?" tanya Praja sambil menatap lurus ke depan.

Yusuf menoleh kaget. Tidak pernah ia mengira akan muncul pertanyaan itu. "Menurut kamu seberapa besar potensi saya lanjut di sini?"

"Kamu tahu apa satu kata yang paling menggambarkan Sultan?"

"Presisi?" jawab Yusuf dengan pertanyaan. Ilmu pertama yang ia dapat dari diskusi panjang bersama Roma di hari pertama.

Praja melengkungkan alisnya, "Sukses juga masa orientasinya bareng Roma." Ia membasahi bibirnya dengan lidah sebelum melanjutkan kalimat. "Seberapa presisi kamu berhasil deliver yang Sultan mau selama ini, Suf?"

"Kenapa jadi Sultan yang nilai kinerja saya?"

"Karena dia mau. Dan bisa. Dan Sultan sangat presisi dalam memenuhi dua hal itu, Suf," Praja mengucapkan kalimat itu dengan sangat santai. Sementara, Yusuf bergidik membayangkan dirinya diputus kontrak kerja dan harus kembali ke Jakarta dalam waktu singkat.
Yusuf diam. Ia mengencangkan pelukannya pada bungkus belanjaan.

"Kamu bisa bujuk Sultan, Suf. Kalau mau."

Belum sempat merespons, Yusuf dan Praja tiba di depan pintu apartemen. Tanpa diaba-aba, keduanya menyudahi obrolan tersebut dan naik ke atas untuk membawa amunisi pesta malam itu.

Malam natal pertama dan gua dapat kisi-kisi bakal dipecat. What a night! gumam Yusuf dalam hati.

Ia berjalan memasuki pintu apartemen menyusul Praja yang sudah lebih dulu membuka pintu. Di dalam, ada banyak wajah-wajah familiar dari kantor yang beberapa belum ia ketahui namanya. Ia langsung menuju dapur sambil tersenyum dan mengangguk pada wajah-wajah tersebut.

Di dapur, Roma yang sedang sibuk menyiapkan hidangan tersenyum padanya. "Are you good?" tanyanya sambil menyambut kantong belanjaan dari Yusuf.

"1-100 berapa persen kemungkinan gua dipecat, Rom?" Yusuf mengambil kaleng bir dan langsung membukanya.

"Selalu ada ruang untuk 100 persen, Cup. Tapi juga nol persen itu ada. Kenapa?"

Yusuf mengerutkan dahinya, "Apa mungkin gua diterbangin jauh-jauh ke sini cuma untuk probation tiga bulan?"

"Ask yourself, Cup," jawab Roma singkat. Ia menuang es batu ke dalam bucket dan meletakkan dua botol wine di atasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Roman Jagat I: Ucap UcupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang