Hyunsuk POV :
Ku letakkan telunjuk kanan ku pada kaca jendela di hadapan ku, dan ku ikuti garis garis riak air yang menetes pada kaca jendela luar, aku mulai menghitung berapa banyak riak air hujan yang turun pada permukaan jendela ku pada malam ini.
Lama termenung dalam lamunan, membuat ku merasa deja vu, momen ini, bagaimana aku menyandarkan kepala ku pada kaca jendela sambil menatap lurus pada hamparan kota seoul di tengah pekatnya sepertiga malam yang memburam akan riak hujan di luar sana yang tidak terdengar akan segera memelan.
Aku pikir aku mulai gila sekarang, hhhh... Aku tersenyum getir, mencemooh akan kebodohanku yang sempat terlintas akan sebuah penyesalan, bagaimana jika saat ini aku masih dengannya? Apakah dia masih akan sama seperti dulu? Dia mungkin akan bergegas menarik selimut dari tempat tidurku sekarang, memulun ku seperti kepompong, dan berkata "Hyunsuk-ah, bagaimana bisa kau membiarkan aku merasa seperti ini? Tidak seharusnya kulit indah mu merasakan suhu sedingin ini, ayo sekarang kita tidur, aku akan memelukmu sepanjang malam, takkan ku biarkan kedinginan"
Sialan.... Bukankah seharusnya ini yang harus ku katakan pada pria itu? Sialan, brengsek, bajingan... Aku seharusnya memaki, aku seharusnya mengamuk, Benar... Itulah yang seharusnya aku lakukan, namun aku tidak bisa. Di depan seluruh kerabat ku, aku selalu mengatakan seberapa brengsek nya pria itu, dan seberapa bencinya aku kepadanya, dan aku selalu mengklaim jika semua kenangan tentang ku dan pria itu sudah ku kubur dalam dalam, dan bukan lagi menjadi sesuatu yang perlu mereka kasihani pada diriku, aku sudah melupakan si brengsek itu... Hah, lucu sekali.... Karna kenyataannya. Aku masih disini. Mengharapkannya kembali.
Jika aku dapat mengulang waktu, aku ingin kembali pada satu triwulan yang telah lalu, dimana semua nya masih sama, aku dan dia, tanpa wanita itu.
Seandainya aku tidak mengenalkan wanita itu pada pria ku, seandainya aku tidak membuat wanita itu bergabung dalam kelompok kami, seandainya aku tidak membiarkannya mengikuti pesta kami, dan seandainya aku tidak membiarkannya merebut pria ku, milik ku, belahan jiwaku, dunia ku.
Aku tertipu dengan paras polos wanita itu, bagaimana dia memberikan senyum lugu dengan kedua gigi depan yang tampak imut bak hamster kecil, bagaimana gemasnya dia berjalan dengan kaki kakinya yang pendek hingga terlihat seperti penguin yang sedang mencicit, aku menyadari semua orang mungkin akan pingsan dengan pesona yang dimiliki wanita itu, pikir ku. Namun aku melupakan sesuatu, seharusnya aku juga menyadarinya, jika pria ku pun mampu menjadi salah satu orang yang akan tunduk pada pesona wanita itu.
Kini hanya untaian kata Seandainya yang dapat ku dikte kan dalam sanubari ku, karna kini semuanya telah terlambat, pria ku telah pergi, pria yang ku puja lebih dari setengah hidup ku itu kini telah berada dipelukan wanita lain.
Tanpa ku sadari aku meneteskan terlalu banyak air mata lagi untuk kemalangan ku, sadarlah Choi Hyunsuk, kau adalah wanita yang cantik, kaya, polos, lugu, dan indah. Berhentilah menangisi lelaki brengsek itu. Park Jihoon bukanlah satu satu nya lelaki di dunia ini, masih banyak lelaki yang lebih tampan, dan bergairah dari nya.
Ku sapu kasar air mata di pipi ku, aku memutus angan ku pada kilas balik masa lalu ku, sudah satu bulan lamanya aku membiarkan hati ku merana, sudah saat nya aku benar benar melupakan pria itu, menghapus semua jejaknya dalam ingatan ku.
Aku memutuskan untuk beranjak dari tempat ku saat ini, hanya satu keinginan ku, aku berharap angin malam dapat membuat hati ku beku, beku akan semua kenangan kenangan indah yang berujung petaka tentang lelaki itu.
Sebelum aku sempat berdiri dari posisi ku saat ini, ku rasakan handphone yang ku letakkan di samping ku sepanjang waktu berdering, tidak biasanya ada orang yang menelpon ku pada pertengahan malam seperti ini, setidaknya sudah sekitar satu bulan lamanya kebiasaan itu menghilang. Ku lirik layar pada ponsel ku, dan ku baca huruf demi huruf dari nama sang penelpon, P A R K J I H O O N ... Sialan, apa yang diinginkan bedebah itu? Tapi sekali lagi hati ku mengkhianati ku, karna tanpa ku sadari, ibu jari ku menggeser tombol hijau pada panggilan itu, bukan tombol merah seperti apa yang seharusnya aku lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard Takes The Heaven 🔞 Hoonsuk
FanficSeperti bagaimana Julia Michaels mengatakannya : "They say all good boys go to heaven, but bad boys brings heaven to you" Bukankah aku adalah gambaran sempurna dari apa itu surga? Datanglah kepada ku, little girl... Dan akan ku buat kau meraung di...