20

5.6K 917 174
                                    

"Udah puas nangisnya?"

Arsaka masih didalam pelukan Raja, pundaknya tidak lagi bergetar, isakan juga tidak lagi terdengar tapi usapan halus Raja dipunggung juga rambut hitam milik Arsaka masih belum berhenti. Arsaka yang mendapat pertanyaan seperti itu memerah malu. Ingin melepaskan pelukan tapi dirinya merasa tidak siap untuk bertemu tatap dengan Raja. Jadi tangannya bergerak untuk semakin merapatkan pelukannya, wajahnya semakin ditenggelamkan pada dada bidang milik Raja yang terasa sedikit lembab.

"Masih belum?" tanya Raja lagi.

"Udah."

"Lepas kalo gitu."

"Jangan ledek kalo udah dilepas."

"Gak janji."

"Tuhkan!" Arsaka menggeleng, tidak terima dengan perkataan tidak jelas yang Raja ucapkan padanya. "Gak mau lepas kalo gitu."

Raja diam-diam terkekeh, sebetulnya dia tidak merasa keberatan sama sekali jika dipeluk sampai pagi sekalipun oleh Arsaka. Tapi baju yang dikenakannya saat ini benar-benar terasa sangat lembab karena air mata. Jadi dia ingin menggantinya secepat mungkin. "Gak gue ledek, gue mau ganti baju, ingus lo nempel dibaju gue, gak sadar?"

Pada akhirnya Arsaka melepaskan pelukannya, baju Raja memang terasa lembab tapi dia sama sekali tidak merasakan adanya cairan lengket yang menempel disana. "Gak ada ingusnya juga." ucap Arsaka sambil menatap kearah lain, masih merasa malu untuk melihat langsung kearah Raja.

Rambut hitam milik Arsaka diusap dengan halus. Raja meninggalkan Arsaka yang terduduk diatas kasurnya, berjalan menuju lemari baju. Dia benar-benar perlu mengganti baju yang dikenakannya.

Kaos dengan warna hijau lumut dia ambil, Raja memakainya dengan pikiran yang terus dipenuhi tangisan Arsaka yang amat sangat mengganggu pikirannya. Perihal apa yang membuat Arsaka mendapat luka hingga membuat tangisnya terdengar penuh derita. Luka apa yang didapat Arsaka dimasa lalu hingga membuat tubuhnya bergetar penuh ketakutan. Dia ingin mengetahuinya, amat sangat ingin. Matanya bergulir, menatap Arsaka yang juga tengah menatap kearahnya. "Apa?"

Ditempatnya Arsaka menggeleng dengan salah satu alisnya yang terangkat penuh kebingungan. "Gak."

Raja kembali menutup lemarinya dengan pelan, jika Arsaka tidak dapat memberitahunya maka dia sendiri yang akan mencari tahu. Persetan dengan melanggar privasi, rasa keingin tahuannya tidak lagi dapat dia tahan.

"Angkat dulu baju lo." ucap Raja dengan tangan yang kembali memegang kain dingin yang tadi dia gunakan untuk mengompres kaki milik Arsaka.

"Hah? Kenapa gue harus ngangkat baju?"

"Banyak tanya." pundak Arsaka dia dorong hingga tubuh adik kelasnya itu terbaring diatas kasurnya.

Arsaka meringis pelan, rasa sakit ditubuhnya masih dapat dia rasakan tapi Raja dengan kurang ajarnya mendorong tubuhnya. Meski punggungnya menghantam kasur rasanya tetap saja sakit. Matanya mendelik, menatap tajam pada Raja yang menatapinya sambil berdiri.

"Kenapa?" tubuhnya membungkuk, bibirnya mengulas seringai tipis.

"Mau ngapain lo kak? Macam-macam gue teriak." Arsaka mengancam, tangannya terangkat untuk menahan pundak Raja agar jarak mereka tidak semakin dekat.

"Cewek lo pake teriak segala?" rambut Arsaka dia acak, Raja tertawa melihat rona samar tercetak diantara kedua pipi berisi milik Arsaka.

"Keadaan gue gak memungkinkan buat ngelawan." Arsaka berjengit begitu jaraknya dengan Raja sudah benar-benar dekat, hidungnya bahkan sudah menyentuh ujung hidung bangir milik Raja.

First Impression - JaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang