Kembar atau beda sifat?

4 0 0
                                    

Sepulang sekolah aku tak di temani siapapun dari teman cowok ku itu. Mereka juga ada alasan masing-masing untuk pulang. Sedangkan aku memilih alasan untuk sendiri lebih dulu.

Supermarket menjadi tujuan ku memberhentikan laju mobil yang hampir habis bahan bakar nya. Namun aku lebih mentingin nafsu membeli camilan.

Sebelum masuk ke Supermarket, aku lebih dulu memerhatikan tulisan yang tertera di pintu kaca Supermarket.

"Tulisan nya tertera OPEN. Tapi orang di dalam nya kok ngga mateng ya?" fikir ku asal asalan.

Aku memang gabut. Hingga obrolan dengan kaca langsung saja terkeluarkan.

"Permisi mbak."

Mendengar suara halus bak sutera di belakang ku itu, akhirnya aku menoleh dengar rambut yang ter-urai sempurna.Ternyata menghalangi jalan orang itu juga dosa ya. Mana antrian nya panjang banget lagi. Tapi tunggu! Orang yang di samping cewek menegur ku ini, sepertinya..... Aku kenal dia.

Tapi dia tidak menoleh. Langsung saja ku suruh semua orang yang mengantri untuk masuk dengan tawa ku yang cengengesan.

"Maafkan Queen yaa, ibu-bapak yang ter-tomat."

Cewek itu masuk dengan senyum sumringan menggandeng tangan cowok yang berada di samping nya, dan dia itu Cikai Arsaka. Cowok yang mirip oppa korea.

Dengan tingkat penasaran yang akut. Setelah membeli beberapa Camilan dan Minuman, aku berniat untuk membuntuti kemana Arka akan pergi bersama cewek itu. " Dia teman playboy cap badak. Depan gue aja manis, deuhhhh.... Sekarang belakang gue dia manis-manisan lagi sama cewek laen. Kodrat nya cowok itu mah."

Tapi.... Bisa jadi cowok itu Amar Malvino. Muka mereka kan rada mirip. Selesai berbelanja, ku ikuti mobil yang memang ku kenali orang nya itu. Dia mungkin saja Amar Malvino yang kata nya pura-pura menjadi Cikai Arsaka. Nyebelin ngga kira-kira, hanya di bohongin soal nama saja. Apa susah nya bilang yang asli.

Mobil ku terhenti ketika mobil yang sedang ku ikuti juga berhenti di salah satu Taman Wisata. Memang sih jam segini enak nya ngadem di Taman itu, selain suasana angin yang memang menyejukkan, disana juga terdapat beberapa hiburan.

Aku mengikuti langkah kaki mereka dari belakang tanpa sepengetahuan Amar. Kelihatan nya mereka memang cocok, aku sebagai orang yang tak undang seharusnya mengerti kenapa Amar menolak perjodohan itu. Terlihat pacar nya itu sangat sayang kepada Amar. Gimana bisa aku mengganggu hubungan mereka.

Ehhh tapi tunggu! Kenapa Amar bisa sejauh ini? Kenapa hanya ingin jalan-jalan, Amar sampai ke sini. Bukan kah rumah nya di Bandung. Ahh tidak masalah, jika sesorang memang butuh liburan kan tidak peduli sejauh apa ia pergi.

"Loh mereka kemana?"

Aku kehilangan jejak hanya karna memikirkan hal yang tidak penting. Pandangan ku kembali menoleh ke belakang di mana pertama kaki ku selaras mengikuti jejak Amar.

"Lo ngikutin gue?"

Aku terperanjat. Sial, ketahuan target jadi mata-mata itu tidak menyenangkan. Aku tau dia tidak suka dengan kelakuan ku yang menguntit nya hingga sejauh ini.

"Jangan ikut campur urusan orang lain bisa?" tanya Amar langsung ke inti permasalahan. Dia terlihat kesal dan seperti meredam amarah.

"Gue hanya lewat sini. Ngga ada maksud ikut campur urusan orang lain. Apalagi urusan lo."

"Saya tidak suka alasan klasik dari anda. Ingat omongan saya, anggap kita tidak pernah bertemu dan terlibat dalam perjodohan. Soal masalah ini, saya yang akan bicaran pada pihak keluarga."

Degh! Bukan petir yang menyambar lubuk hati, melainkan ucapan nya yang terlontar dari mulut Amar sangatlah pedas. Dia bahkan tidak tau cara nya pergi dengan pamit, dia lebih memilih pergi dengan meninggalkan sayatan.

Tatapan mata ku masih sama, berharap Amar hanya mengatakan lelucon yang suatu saat nanti akan ia benarkan. Ternyata aku salah, aku berharap bisa mendapatkan sedikit peluang seperti kisah yang ku baca. Tapi ini tidak, melainkan Amar tetap teguh pada penuturan nya. Yaa memang cinta tidak bisa dipaksakan, dia dengan pilihan nya maka aku harus menerima kenyataan itu pula.

"Yaa... A... Aku juga tidak menerima perjodohan ini. Kalau kau tidak suka tidak harus membentak seperti ini juga kan?"

"Tingkah kamu itu loh... Labil!" tukas Amar mengatai ku terang-terangan dengan raut muka nya yang tidak meyenangkan.

"Ok fine. Saya labil."

Aku pergi meninggalkan mereka dan berusaha membuat situasi sedang baik-baik saja. Apa guna nya memikirkan omongan orang lain yang tidak benar begitu aslinya.

"Aku tidak labil bodoh."



***

Belum sampai rumah perjalanan ku terganggu karena macet besar terjadi. Salah satu dari teriakan orang di jalanan katanya ada kecelakaan besar yang menewaskan sepasang nyawa kekasih di tabrak truk pembawa pasir.

"Wah... Tragis banget tuh. Kasian. Tidur bentar bisa kali ya! Daripada nunggu yang ngga jelas juga. Lagian korban nya mati. Kalau sekarat kan masih senang menikmati rintihan mereka."

Ku pejamkan mata untuk pertama kali nya di saat macet di karenkan kecelakaan. Namun di saat aku hendak berbalik ke kanan mengarah ke kaca mobil aku terlihat ke wajah yang sama lagi.

Kebetulan saat itu kaca mobil kami berdua sama-sama terbuka, tatapan pertama mata nya juga mengarah ke arah ku.

"Hei. Meat kan?" tanya nya tersenyum manis mengeluarkan sebagian kepala ke arah ku yang melotot. Aku kesal kenapa cowok ini bisa berubah sebahagia ini melihat ku. " ka... Kamu si.. Siapa?"

"Aku Arka. Itu yang waktu itu ngeboncengin kamu sampai rumah. Inget ngga si?  Yang kata nya kamu tersesat...

"Ingat. Lo beneran Arka. Lo bukan nya Amar Malvino yang judes itukan?"

"Lo kenal abang gue?"

"Itu abang lo? Bener dia abang lo?"

"Iya... Kita kembar. Lo tau dari mana?"

Kik.... Kik....
Suara klakson pengendara di belakang begitu memekik telinga. Tanpa sadar macet pun telah berlalu. Aku dan Arka dengan cepat menjalankan mobil masing-masing dengan Arka yang ngekor di belakang mengikuti mobil ku.

Akhirnya aku memutuskan memarkirkan mobil di salah satu warung kecil yang terletak di pinggir jalan. Mobil Arka juga terlihat berhenti di belakang.

Gerimis yang turun membuat suasana mendadak dingin dan terasa romantis pastinya. Bayangkan saja...berada di warung sederhana bersama oppa korea KW.

"Hei."

Tepukan Arka membuat ku terpukau seketika. Ohmygood demi Setan yang menyamar menjadi Gery seketika aku menjadi merinding membayangkan nya.

"Kau melamun? Kesambet Setan tau rasa lo!" ledek Arka ikut duduk di samping ku.

"Tolongan Cappucino panas nya dua yaa buk!" pinta Arka kepada Ibu warung yang bertanya.

Aku kembali fokus pada wajah ganteng di hadapan ku ini. Wajah Arka dan Amar memang mirip atau sama. Mereka satu orang, atau ada dua kepribadian. Tapi...kalau yang ini berbeda kilasan rambut.

"Natap gue mulu lo! Ada apaan si?"

"Sok akrab lo."

"Malam kemarin ngapa lo marah-marah saa gue. Sok-sok an ngga mau sama gue lah. Padahal....lah ini, lo ngikutin gue."

Aku kesal pada Arka bin Amar itu.

Melon Dan CalonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang