(B2) SAYA MENJADI ISTRI YANG VIRTU DAN IBU YANG MENCINTAI DI DUNIA BUDAYA LAIN

Bab 395 : Saya Tidak Bisa Menunggu (1)

Malam itu, Rong Yi berguling-guling di tempat tidur tetapi tidak bisa tidur, dengan kata-kata peramal itu terngiang-ngiang di kepalanya. Dia dan Yin Jinye berencana menikah pada tanggal delapan Agustus, tetapi bertemu dengan pertemuan centurial. Apakah memang seperti yang dikatakan peramal itu-dia dan Yin Jinye ditakdirkan untuk bertemu tetapi tidak ditakdirkan untuk bersama?

Rong Yi berbalik untuk melihat tempat tidur kosong. Saat itu jam 1 pagi, Yin Jinye masih belum kembali. Jadi dia bangkit dan bertanya pada penjaga di luar, “Di mana tuanmu? Mengapa dia belum kembali? ”

Penjaga itu berkata, "Seorang penjaga datang untuk memberi tahu kami bahwa tuannya akan memperbaiki senjata sihir malam ini, jadi dia tidak akan kembali tidur malam ini, dan memintamu untuk tidur lebih awal."

"Mengapa? Semua senjata dan perlengkapan sihir telah disiapkan. " Karena penasaran, Rong Yi datang ke ruang pemurnian senjata ajaib, tetapi dihentikan oleh penjaga.

"Tuan Muda Rong, Tuan mengatakan bahwa tidak ada yang boleh mengganggunya malam ini."

Rong Yi bertanya, "Bahkan termasuk aku?"

Penjaga itu mengangguk.

“Apa yang dia perbaiki? Mengapa membuatnya begitu misterius? " Itu membuat Rong Yi semakin penasaran. Sayang pintu itu ditutup dan disegel dengan formasi, jadi dia bahkan tidak bisa mengintip ke dalam.

Rong Yi harus kembali ke kamar, sebelum fajar Yin Jinye kembali.

Yin Jinye meraih tangannya, "Ikutlah denganku."

"Kemana?" Rong Yi bertanya.

Mulut Yin Jinye melengkung, tetapi dia tidak menjawabnya.

Rong Yi bertanya lagi, "Ayah, apa yang kamu perbaiki tadi malam?"

Yin Jinye masih tidak berbicara, tetapi senyumnya semakin besar.

Dia membawanya ke halaman sebelah.

Saat penjaga di gerbang melihat mereka, dia segera membiarkan mereka masuk.

Rong Yi melihat sekeliling, sangat ingin tahu mengapa Yin Jinye membawanya ke sini.

Kemudian, Yin Jinye menutup matanya.

Rong Yi bingung, "Apa?"

Yin Jinye berkata, "Jangan mengintip, atau menggunakan akal ilahi Anda."

Rong Yi tersenyum, “Oke, saya tidak akan mengintip. Tidak akan mengejutkan jika saya mengintip. "

Yin Jinye tersenyum, lalu membawanya ke suatu tempat, memegang tangannya untuk menyentuh benda di depannya, “dapatkah kamu merasakan apa itu?”

Jari-jari Rong Yi menyentuh sesuatu yang dingin, permukaannya halus, dengan ketukan, terdengar semacam suara 'kuang', “Ada apa? Besi? Tidak, besi tidak akan membuat suara seperti ini. Layar lipat? ”

Yin Jinye tidak menjawabnya, hanya mengajaknya berjalan ke depan, “Ini ambang sebelumnya. Angkat kakimu. "

Rong Yi mengangkat kakinya dan melangkah masuk.

Yin Jinye dan membawanya ke depan suatu benda, lalu mengangkat tangannya untuk membiarkannya menyentuhnya.

Rong Yi merasakan sesuatu yang bulat, dengan diameter sekitar satu setengah chi, ditutupi dengan banyak kabel besi. Di bawah kepala bundar ada tiang besi pendukung. Seluruh tubuhnya setinggi dadanya, dan rasanya seperti kipas lantai modern. Tapi tidak akan ada hal seperti itu di zaman kuno. "Apa itu? Senjata ajaib barumu? Rasanya tidak enak. Membawa ini bersamamu akan merusak citramu sebagai ketua. "

Yin Jinye menganggapnya sangat lucu, "Ini bukan senjata ajaib."

Dia menuntun pria itu ke objek lain, "Rasakan yang ini."

Rong Yi merasakan benda persegi besar dengan bagian tengah yang licin. Dia tidak bisa menebak apa itu, “Apa itu? Bahan? Atau senjata ajaib? Sebuah cermin? Hidangan? Ayah, beri aku petunjuk, apa itu? ”

Yin Jinye memberi tip, "Semua hal yang pernah Anda lihat sebelumnya."

“Saya telah melihat banyak hal. Bagaimana cara menebaknya? ”

Yin Jinye membawanya ke beberapa item lagi, "Saya yakin Anda akan tahu apa yang ini."

Rong Yi dengan penasaran menyentuh permukaan halus itu, dan menekannya saat Yin Jinye berkata, lembut di dalam, “Permukaannya adalah bulu? Dan itu memiliki punggung? Apakah itu kursi? Kursi di rumah kami begitu empuk dan panjang ??? ”

Semakin dia merasakannya, semakin mirip dengan sofa modern. Jadi dia mencoba menebak, "Ini sofa kulit, bukan?"

Sambil terkekeh, Yin Jinye menarik tangannya.

Rong Yi langsung melihat sofa kulit putih besar yang terbuat dari kulit, meskipun pengerjaannya sangat kasar, namun dilakukan dengan sangat hati-hati, paling tidak mirip dengan sofa di rumahnya.

"Sialan ..." Dia melihat sekeliling dengan heran dan bergumam, "Ayah, jika kamu tidak masih berdiri di dekatku, aku akan mengira aku kembali ke zaman modern."

Ruangan itu tidak hanya memiliki sofa kulit, tetapi juga TV, AC, kipas angin listrik, lampu lantai dan peralatan rumah tangga lainnya, bahkan dindingnya dicat putih, dan tetesan besar yang indah menggantung di atas kepala. Meski tidak sepenuhnya sama dengan rumah modern, ternyata sudah sangat mirip.

Rong Yi berjalan ke depan pesawat televisi, "Apakah ini benda persegi yang baru saja saya sentuh?"

Yin Jinye menanggapi dengan 'hmm'.

Rong Yi berjalan ke arah kipas angin dan berkata, "Apakah ini benda yang baru saja saya sentuh?"

"Iya."

Rong Yi pergi ke pintu dan menyentuh kaca bening, "Ini seharusnya layar yang kurasakan saat aku masuk?"

Yin Jinye tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun.