My Beautiful Ramadhan

13 0 0
                                    


Ramadhan adalah bulan suci yang paling ditunggu oleh semua umat muslim di dunia. Ramadhan selalu memiliki cerita indah tersendiri dihati dan hidup manusia. Begitu juga diriku, karena Ramadhan kali ini akan terasa begitu indah dan amat sangat aku syukuri. Berkah Ramadhan akan terasa begitu luas bagiku pada tahun ini.

"Assalamualaikum..." terdengar seseorang mengucapkan salam.

"Wa'alaikumsalam" jawab Umi dari dalam.

Terlihat beberapa orang yang datang ke rumahku. Abi dan Umi menyambut kedatangan mereka dengan begitu hangat.

"Maaf, kami datang agak terlambat, dijalan macet" ucap seorang wanita paruh baya dengan senyumannya yang teduh.

"Iya, tidak apa-apa, yang penting sudah sampai disini dengan selamat" jawab umi.

"Silahkan dinikmati minuman dan kue nya" tutur Abi dengan lembut.

Mereka yang datang langsung mengambil cangkir teh dan kopi yang sudah ada diatas meja.

"Begini Pak Hasan, maksud dan tujuan kedatangan kami kemari adalah untuk menyampaikan pesan dan niat mulia putra kami untuk mengkhitbah putri bapak, Zahra. Yang mana bila bapak dan keluarga sekalian menyetujui maksud kami, rencana akan diadakan akhir bulan ini, sebelum datangnya bulan suci Ramadhan" ucap seorang lelaki paruh baya pada Abi.

"Maa Sya Allah, kalau hal ini sepenuhnya saya serahkan pada Zahra, karna dia yang akan menjalankan hal tersebut" ucap Abi.

"Umi, tolong panggilkan Zahra kemari" lanjut Abi.

Aku pun datang dan duduk diantara Abi dan umi. kemudian, seorang pria berkata "Assalamualaikum, Zahra."

"Wa'alaikumsalam" jawabku sambil tertunduk malu.

"Mungkin Zahra, sudah mendengar apa yang sudah Abi sampaikan. Maksud dan tujuan saya kemari untuk melamar Zahra sebagai penyempurna agama saya. Apakah Zahra menerimanya?" tanyanya dengan lembut.

"Iya, saya sudah dengar. Ummm... Soal itu..."

"Kenapa? Apakah Zahra belum siap atau ada hal yang membuat Zahra ragu?" tanyanya.

"Bukan begitu" jawabku

"Lalu?"

"Abi... Umi... Bagaimana? Apakah Abi dan Umi mengizinkan Zahra?" tanyaku.

"Kalau memang ini sudah waktunya dan Allah sudah mendatangkan seorang yang baik agamanya untuk Zahra, Abi ikhlas Lillahita'ala" jawab Abi dengan lembut.

"Benar, semua kembali pada Zahra juga. Apa Zahra sudah siap untuk memulai ibadah panjang?" ucap Umi.

"Baiklah kalau begitu, dengan izin Abi dan Umi, In Sya Allah ini juga atas izin Allah, In Syaa Allah Zahra siap"

"Alhamdulillah" ucapnya.

"Kalau begitu, mulai Minggu depan kita siapkan untuk acara khitbahnya"

.

.

Hari itu pun kini tiba. Hari dimana perjalananku sebagai seorang istri akan segera dimulai ketika ia sudah mengucapkan ikrar pada Abi dan Allah dihadapan keluarga besar kami.

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau Muhammad Farhan Alfarizi bin Razak Al-Hamid dengan putri kami, ananda Farhana Nur Az-Zahra binti Abdul Hasan Basri dengan mas kawin seperangkat alat shalat, emas 20gram dan rumah dibayar tunai" terdengar suara Abi melafadzkan kalimat yang membuat jantungku berdegup kencang.

"saya terima nikah dan kawinnya Farhana Nur Az-Zahra binti Abdul Hasan Basri dengan mas kawin tersebut dibayar tunai" jawabnya dengan lantang dan tenang.

"Bagaimana saksi, sah?"

"Sah.." ucap para saksi.

Tak lama, ia melantunkan ayat suci Al-Qur'an surah Ar-Rahman dengan begitu lembut dan merdunya. Hati ini begitu tenang dan merasa damai saat mendengarnya. "Maa Sya Allah..." ucapku dalam hati.

Kemudian, aku didampingi oleh Umi dan Kak Yumi, kakak pertamaku menuju tempat dimana Mas Farhan dan Abi mengucapkan ikrar ijab dan qobul. Rasa hati begitu gugup namun ku coba untuk tetap tenang. Saat aku dan Mas Farhan duduk berdampingan, Abi pun menyuruhku untuk menyapa Mas Farhan dengan mencium tangannya sebagai rasa hormat seorang istri pada suami.

.

.

Hari pertamaku sebagai seorang istri, diawali dengan suara Mas Farhan yang membangunkan aku untuk Shalat Tahajjud bersama.

"Dek, bangun. Shalat Tahajjud dulu yuk, mumpung masih ada waktu sebelum shubuh" ucapnya dengan suara yang lembut.

"Iya Mas"

Aku segera bangun dan mengambil wudhu, begitu juga Mas Farhan.

Mas Farhan menjadi imam pada shalat Tahajjudku kali ini. Sebelumnya, aku selalu shalat tahajjud sendirian atau terkadang, Abi atau Umi membangunkan untuk shalat bersama. Menjelang bulan suci Ramadhan, rasanya begitu teduh dengan kehadiran Mas Farhan yang kini menjadi sosok pemimpin bagiku dan menggantikan peran Abi.

Hari yang ku lalui bersamanya, terasa begitu indah. Apalagi ketika Mas Farhan yang selalu membimbingku untuk mempersiapkan diri menuju Ramadhan bersamanya.

"Yaa Rabb, terima kasih atas keindahan hidup yang Kau berikan untukku. Sungguh begitu nyata kenikmatan menjelang Ramadhan yang Kau berikan. Tuntun hambaMu agar selalu mensyukuri segala yang Kau titipkan ini Yaa Rabb" ucapku pada doa disetiap sujudku.

- T A M A T -

🎉 Kamu telah selesai membaca MY BEAUTIFUL RAMADHAN (Terbit Antologi Cerpen) 🎉
MY BEAUTIFUL RAMADHAN (Terbit Antologi Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang