Nevada ㅡ chanjin

O1

"Being the heir of a mafia community is never be easy. Setiap hari, setiap saat, pasti ancaman akan datang. Our lives never be in peace. And the worst part? Sebagai keturunan keluarga mafia, takdir kami seakan sudah terikat. 

Kalau kalian lihat orang-orang pada umumnya, ketika mereka masih anak-anak, mereka pasti bebas bercita-cita sesuka hati mereka. Mereka akan mengkhayal akan menjadi apa mereka nanti di masa depan.

But us, we can't do that. Tentu saja kami masih bisa berkhayal tentang apa pun, namun itu semua pasti hanya akan menjadi harapan semu. Takdir kami sudah tertulis. Kami sudah tahu akan jadi apa kami kelak ketika sudah memasuki usia dewasa.

Aku ingat ketika ibu bercerita tentang bagaimana ayah mengorbankan segalanya untuk membujuk kakek agar mau melepasku dan ibu dari ikatan dunia mafia ini. Kami harus memalsukan identitas. Aku tak pernah diperbolehkan untuk menyebut ayah sebagai ayahku. Begitu pula dengan ibu yang tak diperbolehkan menyebut ayah sebagai suaminya.

Mungkin yang paling buruk adalah ayah, dia tak diperbolehkan menyebutku sebagai anaknya, dan menyebut ibu sebagai istrinya.

Aku pun membayangkan. Ayah dan ibu telah mengorbankan sebanyak itu demi melepasku dari dunia gelap itu, demi membuatku tumbuh seperti anak-anak pada umumnya. Memiliki hidup yang normal, bebas bergaul dengan teman-teman sebayaku, bersekolah di sekolah umum, just, having a normal life.

Tapi mereka memutuskan hal itu ketika aku masih dalam kandungan. Ya, bisa dibilang mereka membuat keputusan tanpa pandangan dariku.

Sometimes I wonder how it feels to be the part of mafia community. Keluargaku yang tergabung dalam Casa La Marchetti selalu memiliki masa depan yang terjamin. Harta mereka melimpah, tak pernah kelaparan dan bersusah payah mencari uang. Walaupun begitu tentu saja nyawa mereka tidak terjamin keamanannya. Ajal bisa saja menjemput kapan saja.

Tapi melihat bagaimana ayah sampai harus rela mengorbankan segalanya demi melepasku dari ikatan dunia gelap itu, membuatku berpikir, ah, ayah pasti tahu apa yang terbaik untukku."

##

Sydney, 2017.

"Chris! Here's ya brekkie!"

"Coming mom!"

Lelaki berusia 18 tahun itu berlari dari kamarnya menuju dapur. Dia melihat ibunya yang menyiapkan roti panggang dan telur goreng, serta satu botol vegemite.

"Another morning with vegemite?"

Wanita itu memiringkan kepalanya. "Hum? I thought you love vegemite?"

"Damn, I love it so much," lelaki yang bernama Chris itu pun memungut satu roti dan mengoleskan vegemite dengan tebal di atas roti itu, kemudian dia makan seluruh roti itu dalam satu lahapan.