Memang bukan Zhan Zehan namanya kalau tidak memukau penonton dengan tariannya. Puluhan tamu yang hadir di ballroom "Rosewood Hotel" itu seakan terhipnotis dengan gerakan tubuhnya yang luwes dalam mengikuti iringan lagu "Dogs Are Over" milik Florence and The Machine. Liukan tubuhnya yang tergambar dari balik gaun satin merahnya sukses menambah kesan seksi dan enerjik dalam dirinya di mata puluhan tamu yang kini tengah menyaksikannya menari. Zhang Zehan sudah terbiasa menjadi pusat perhatian seperti ini saat ia menari di pesta.

Sementara itu di tempat lain, seorang pria tengah berbaring diatas tempat tidur king size-nya. Pria ini mengenakan piyama biru satin tengah memandangi langit-langit kamar tidurnya. Ia seolah-olah dapat melihat potongan-potongan gambar yang menampilkan masa lalunya bersama orang itu. Orang yang sangat dicintainya dan dirindukannya.
"Hanhan," Gong Jun menghela nafas panjang dan berat kala menyebut nama itu. Nama seseorang yang dulu membuatnya bahagia ketika ia menyebutkannya, namun kini nama itu menghadirkan kehampaan yang tiada habis baginya. Bahkan saat teman-temannya menyebutkan nama itu, hatinya seolah diiris sembilu.
Ia memejamkan mata dan pikirannya berkelana jauh kembali ke kenangan masa itu. Saat ia dan Hanhan --Zhang Zehan-- masih bersama menjalin kasih antara satu sama lain. Mereka berbagi kasur yang sama yang kini terasa sangat luas saat Gong Jun tidur tanpa Zhang Zehan disisinya. Gong Jun melihat kepingan gambar yang terputar seperti video menampilkan Zhang Zehan, kekasihnya dulu yang sangat mencintai tarian, tengah menari di pesta. Zhang Zehan pandai menari dan tubuhnya akan otomatis bergerak meliuk-liuk saat ia mendengar musik. Tubuh itu sangat seksi dan menggiurkan saat sedang menari. Dulu, Gong Jun dapat menikmati pemandangan itu kapan saja saat bersama Zhang Zehan. Namun kini semua telah berbeda. Zhang Zehan sudah bukan lagi miliknya. Gong Jun tak bisa lagi melihat perempuan itu menari kapan saja ia mau dan ia juga tak dapat lagi menari bersamanya.
000
Sungguh apes nasib Gong Jun. Setelah bertapa dalam kamar apartemennya selama berhari-hari untuk menyembuhkan luka hatinya karena kehilangan Zhang Zehan, ia baru saja berani untuk melihat matahari Hong Kong dan berjalan-jalan ke luar rumah. Namun mengapa justru di hari pertamanya untuk bangkit, ia justru bertemu seseorang yang dirindukannya tengah bersama pria lain?
Gong Jun melihat Zhang Zehan sedang bersama seorang pria yang sepertinya seumuran dengan Gong Jun di sebuah cafe. Pria itu duduk berhadapan dengan Zhang Zehan. Mereka tampak akrab dan bahagia.
"Hanhan, bukankah baru seminggu kita putus? Tega sekali kau," kedua tangan Gong Jun mengepal di sisi kanan dan kiri tubuhnya. Matanya tajam menembus kaca transparan cafe yang menjadi tempat Zhang Zehan mengobrol dengan seseorang yang sepertinya kekasih barunya.
Ingin sekali Gong Jun menghampiri mereka, namun untuk apa? Marah? Kepada siapa ia harus marah? Zhang Zehan? Tapi apa haknya untuk memarahi Zhang Zehan karena berkencan dengan pria lain? Gong Jun tak punya hak atas itu. Zhang Zehan sudah bukan lagi kekasihnya seperti dulu. Zhang Zehan berhak berkencan dengan siapapun yang ia inginkan. Tapi, haruskah secepat ini, Hanhan? Batin Gong Jun sedih.
Gong Jun berjalan berbalik menjauhi cafe. Ia sadar ia tak berhak menemui Zhang Zehan lagi apalagi melarangnya berkencan dengan pria lain. Meskipun Gong Jun heran mengapa Zhang Zehan bisa secepat itu melupakannya. Delapan tahun kebersamaan yang mereka lewati bersama. Apa mungkin bisa dilupakan secepat ini? Bagi Gong Jun saja ini berat. Apa Zhang Zehan tidak merasakan yang hal sama seperti Gong Jun?
000
Kris mengantarkan Zhang Zehan sampai ke depan rumahnya. Seharian ini mereka menghabiskan waktu bersama. Kris bertemu Zhang Zehan minggu lalu ketika temannya mengenalkan ia dan Zhang Zehan. Boleh dikatakan Kris ini murah karena ia mudah sekali jatuh cinta. Saat baru berkenalan dengan Zhan Zehan, Kris langsung menyukai perempuan ini. Kris melihat Zhang Zehan sebagai sosok perempuan yang berbeda dari perempuan Hong Kong lainnya, yang bermain lugu, polos, dan imut. Zhang Zehan lebih berani. Ia akan mengatakan apa saja yang ia pikirkan. Ia suka memakai hot pants atau celana jeans yang dipadupadankan dengan tank top atau kaos oblong. Zhang Zehan juga tidak perlu repot ke kamar mandi saat ia ingin menambahkan warna lipstiknya. Ia akan langsung memoleskannya saja dimanapun bahkan saat sedang duduk di cafe tanpa repot-repot ke toilet. Sifat cuek Zhang Zehan ini lah yang membuat Kris terpana. Ia tak pernah bertemu perempuan seperti ini sebelumnya.