Sampai jumpa, Xu Minghao
Rasanya seperti baru saja bertemu dengannya. Orang yang ku maksud adalah Xu Minghao. Si lelaki termanis dan terimut yang pernah ku temui seumur hidupku.
Tetapi jangan menilai seseorang dari penampilannya saja, bahkan disaat pertemuan pertama. Kesan pertamaku pada Minghao yaitu lelaki manis yang nakal, karena melihat penampilannya seperti berandalan serta kelakuannya di rumah Kakek dan Nenek.
Eits, tunggu dulu. Bukannya dia semena - mena dengan Kakek dan Nenek, tapi kelakuannya bisa dibilang... hmm... apa ya? Oh iya, kata 'menyebalkan' sangat cocok untuknya. Apalagi jika dia sedang bersamaku.
Setelah sekian lama bersama dengannya, ternyata Minghao itu lelaki manis yang lembut dan penyayang. Dia bekerja setiap saat untuk hidupnya sehari - hari karena dia adalah anak piatu. Pulang bekerja pun dia masih menyempatkan untuk menolong orang lain. Seperti datang ke pasar malam dan membantu sahabatnya yang berjualan di sana.
Saat itu, aku sadar kalau aku bukan lelaki dominan yang tepat untuknya. Aku sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan dirinya. Bahkan dia yang mengajarkanku berbagai macam hal yang belum ku ketahui.
Tetapi, kenapa aku masih saja bertahan dan selalu berada di sampingnya?
Karena Xu Minghao itu rapuh.
Ya, lelaki manis itu memang kelihatan tegar dan kuat dari luar. Padahal yang sebenarnya, dia selalu menyembunyikan semua masalahnya sendirian. Berbagi denganku saja dia masih menimbang - nimbangnya.
Aku tak akan heran ketika tiba - tiba dia merendahkan diri dan menangis di hadapanku. Sekali dia menangis, maka rasa bersalah selalu menyerangku habis - habisan. Aku hanya bisa memeluknya erat dan menghiburnya dengan mengucapkan berbagai macam kata penenang untuknya.
Ah, aku jadi rindu masa - masa itu.
Tentu saja aku kecewa dengan sikap Minghao yang seperti itu. Tapi aku masih menghargainya sebagai tu-maksudku, mantan tunanganku. Mungkin saja semua masalah itu adalah masalah privasi dan aku tidak berhak untuk mengetahuinya.
Sekarang ini, mungkin aku sudah mencapai batas akhir hidupku.
Jangan kaget. Itu karena aku mengalami kecelakaan.
Aku sedang dalam perjalanan menuju desa tempat tinggal Minghao menggunakan mobilku. Kecelakan itu terjadi entah disengaja atau tidak. Yang pasti, aku hanya bisa mengingat kalau ada sebuah mobil berkecepatan tinggi melaju ke arahku.
Semuanya menjadi berantakan. Mobil itu menghantam mobilku dengan kuat hingga mobilku keluar jalur jalan raya. Mengakibatkan mobilku menabrak dinding pagar yang menjulang tinggi.
Kepalaku bocor dan darah segar mengalir. Selama kesadaranku belum hilang, aku berusaha mencari bantuan dengan mencari ponselku. Sayangnya, layar ponselku retak dan benda elektronik itu mati. Aku bersandar pada kursi, tidak bisa berbuat apa - apa selain menunggu keajaiban datang-maksudku, jika saja ada orang lewat di sekitarku-atau menunggu ajalku tiba.
Dan sepertinya Tuhan memilihkan takdir kedua untukku.
Xu Minghao, maaf.
Aku benar - benar minta maaf. Aku tidak bisa memenuhi janjiku sebelum aku kembali pulang ke kota. Bahkan aku pergi tanpa bilang - bilang lebih dahulu.
Aku selalu sayang padamu. Aku selalu cinta padamu. Hatiku hanya ada untukmu. Camkan tiga kalimat itu di dalam hatimu.
Aku pergi bukan karena capek dan tidak tahan lagi dengan keadaanku yang parah ini. Tapi aku pergi karena takdir Tuhan. Aku selalu percaya pada-Nya. Dibalik sebuah kejadian, pasti ada maknanya.
Aku membiarkan kamu menangis atas kepergianku. Tapi jangan lama - lama. Perhatikan kondisi kamu juga, Minghao.
Aku berharap, kamu bisa membiarkanku pergi dengan tenang. Ketika kamu membutuhkanku, cukup panggil namaku dalam hatimu dan aku akan datang ke sisimu tanpa kamu ketahui.
Xu Minghao, Wen Junhui kesayanganmu pamit pergi dari dunia ini. Terima kasih untuk semuanya kenangan kita dan maaf karena aku pergi meninggalkanmu.
Sebelum kedua mataku benar - benar terpejam untuk selamanya, samar - samar aku melihat seseorang berlari mendekat ke arahku.
"Wen Junhui bangsat! Lo parah banget sih!"
Pendengaranku yang bermasalah, atau aku yang sedang mulai berhalusinasi karena akan pergi, atau memang benar orang itu adalah Minghao?
23 Januari 2021
By : Les
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eight 《Junhao》
Fanfiction[𝙅𝙪𝙣𝙝𝙖𝙤 𝘼𝙐] Wen Junhui menyempatkan diri untuk menginap di desa tempat kakek dan neneknya tinggal. Di sana ia bertemu dengan Xu Minghao yang tingkahnya menyebalkan. Pada detik itu juga, kisah Junhui dengan Minghao dimulai. Cerita ini hanya f...