01. Dia Kalcia

97 50 105
                                    

Pentas Seni adalah momen yang paling ditunggu-tunggu anak sekolah pada umumnya, begitu pula dengan anak-anak yang bersekolah di SMA Dawala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pentas Seni adalah momen yang paling ditunggu-tunggu anak sekolah pada umumnya, begitu pula dengan anak-anak yang bersekolah di SMA Dawala. Tiga bulan menjelang hari H Pentas Seni, anak-anak organisasi, ekskul, dan kepanitian semakin sibuk.

"Kalcia bisa bantu kasih ke kakak data sponsor yang akan bantu kita?" tanya Ginan, kakak kelas Kalcia yang sekarang tengah duduk di kelas 12.

"Bisa kak, sebentar ya," Kalcia beranjak dari tempat duduknya dan mencari buku di lemari ruang rapat.

"Memangnya gapapa nih kak, kakak kan udah kelas 12 tapi ikut bantu?" tanya Kalcia was-was karena mengganggu waktu Ginan.

"Iya santai aja, masih semester 1 juga lagian," jelas Ginan.

Kalcia hanya mengangguk dan kembali mencari buku data sponsor lagi. Sementara Kalcia mencari buku, pintu ruangan rapat terbuka dan seorang perempuan masuk ke dalam.

"Kak ini daftar donator pensi sekolah," katanya.

Kalcia menatap dingin perempuan itu, namanya Zeana. Zeana yang menyadari kehadiran Kalcia pun membalas tatapan dingin itu. Keduanya tidak pernah akur sejak kelas X hingga sekarang mereka berdua duduk di kelas XI.

"Ini kak data sponsornya," Kalcia meletakkan buku data sponsor di meja rapat.

Kalcia sedikit mengintip nama-nama donator untuk pentas seni sekolah, dan tertera nama Tanuwijaya menjadi donator terbesar lagi.

"Heran deh, dari kakak kelas 10 sampai sekarang kelas 12, Tanuwijaya tuh selalu jadi keluarga donator terbesar sekolah, duit mereka gak habis apa?" Ginan menggelengkan kepalanya.

"Anaknya juga cakep-cakep kan kak?" Zeana ikut mengangkat suara.

"Kak Nakula bukannya sekelas sama kakak ya?" tanya Kalcia pada Ginan.

"Nakula XII IPA 1, kakak XII IPA 2," kata Ginan.

Nakula adalah salah satu anak keluarga Tanuwijaya, selain terkenal dengan ketampanannya, laki-laki itu juga menjadi saingan ranking paralel Ginan. Keduanya selalu bersaing membawa pulang medali dalam olimpiade Sains.

"Anaknya yang satu lagi juga seangkatan sama kalian kan, si Bima?" tanya Ginan pada Kalcia dan Zeana.

"Iya kak, namanya cakep kan," sahut Zeana cepat dengan senyuman.

Kalcia yang mendengar itu menatap Zeana tak suka. Sudah setahun ini Zeana mengusik Bima, teman sekelas Kalcia. Perempuan itu selalu memberi sarapan bekal setiap pagi kepada Bima. Bukan hanya Zeana saja, ada juga beberapa siswi yang lain.

Semenjak kehadiran Bima di sekolah SMA Dawala, posisi Nakula yang awalnya menjadi incaran siswi-siswi di sekolah menjadi pindah ke Bima. Hal ini disebabkan karena sifat Nakula yang susah sekali diajak berkomunikasi. Anaknya benar-benar pendiam dan jarang keluar kelas.

"Iya kak, Bima teman sekelas saya," jelas Kalcia.

"Rapat donator belum selesai ya? Kakak perlu ketemu Bima nih," kata Ginan lagi.

Tanuwijaya Uncompleted MissionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang