05. Kalcia dan Zeana

19 1 0
                                    

"Cia?"

"Kalcia?"

Kalcia langsung tersadar dari lamunannya, dilihatnya Ginan yang berada di samping, mereka sedang berada di ruang panitia.

"Mikirin apa sih sampe dipanggil gak nyadar?" tanya Ginan sambil merapikan berkas-berkas di meja.

"Gapapa kak hehe. Gimana olimpiade kemaren?" Kalcia mengalihkan pembicaraan.

Ginan menghela nafas.

Kalcia bisa tahu dari ekspresi Ginan bahwa hasilnya tidak sesuai ekspektasi kakak kelasnya itu.

"Kalau aja Nakula gak ikut olimpiade, pasti gue yang dapat juara 1 mewakili sekolah kita," jelas Ginan kecewa.

Kalcia mengangguk mengerti, sejauh ini memang selalu Nakula lah yang menjadi anak tercerdas di sekolah, di susul oleh Ginan. Semua usaha Ginan kerahkan untuk mengalahkan Nakula, tapi nihil.

"Ini daftar sponsor dan donaturnya sudah di list semua, tinggal kalian rinci dana mereka aja nanti," Ginan menyerahkan map yang dipegangnya kepada Kalcia.

Kalcia memberikan jempol pada Ginan tanda ia mengerti. 

Setelah semua urusan di dalam ruangan itu beres, mereka berdua kembali ke kelas masing-masing.

"Lo kalau ngomong dijaga ya!" bentak Zeana pada seorang perempuan.

Kalcia mengernyitkan keningnya, wajah Zeana terlihat sangat marah pada perempuan di depannya. 

"Awas aja lo sekali lagi ngomong kayak gitu," Zeana menatap sinis.

Kalcia segera berlari dan melerai keduanya agar tidak terjadi adegan baku hantam.

"Ze lo kenapa sih?" tanya Kalcia keheranan.

"Lo tanya aja sama dia," Zeana pergi meninggalkan mereka berdua setelah itu.

Kalcia yang setengah kebingungan menatap perempuan yang ada di sampingnya. Perempuan itu sebenarnya juga kebingungan dengan sikap Zeana yang kelewat baper menurutnya.

"Sarah, ada apaan sih ini?" tanya Kalcia.

"Gue cuma bilang, mending dia ganti dompet aja, karena dompetnya udah rusak," jelas perempuan bernama Sarah tersebut.

Kalcia mengernyitkan kening, dompet?

Setelah mendengar penjelasan dari Sarah, Kalcia segera menyusul Zeana. Mereka berdua jalan berdampingan, tetapi Zeana tetap tak acuh pada Kalcia.

"Kenapa lo masih nyimpen aja dompetnya?" tanya Kalcia pelan sambil melihat dompet berwarna pink di tangan Zeana.

Zeana mencengkram dompet yang ada di tangannya dengan kuat. Ia melirik Kalcia tanpa menghentikan langkahnya.

"Emang kenapa?" tanya Zeana dengan nada sedikit tinggi.

Kalcia menghela nafasnya, ia sudah menduga pasti akan mendapatkan respon ssperti inu dari Zeana.

"Mending lo urus Bima aja sana," lanjut Zeana.

Kalcia memutar kedua bola matanya.

"Gue gak suka Bima Ze," kata Kalcia.

"Gak usah bohong sama gue," Kata Zeana.

"Gue pernah jadi teman lo, jadi gue tau kapan lo bohong dan engak," lanjutnya lagi dengan tatapan dingin.

Kalcia merasa ditusuk oleh tatapan Zeana, mata perempuan itu seolah memancarkan api.

"Ya sebelum lo nusuk gue di belakang," lanjut Zeana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tanuwijaya Uncompleted MissionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang