Prolog

16 1 0
                                    

Seorang gadis kecil berumur lima tahun terlihat menangis seorang diri di depan halaman rumah, dalam hati berharap bahwa ada yang akan datang dengan raut wajah khawatir mencarinya. Siapapun itu datanglah.

'Papa. Mama. Carilah Yella.' harap gadis kecil itu dalam hati. Ia hanya ingin diberikan perhatian yang sama seperti yang diberikan papa mama nya kepada kakakknya.

20 menit berlalu. 30 menit. 40 menit ia berharap. Tetap tidak ada satu orang pun yang sadar akan kepergiannya. Namun, saat gadis kecil itu hendak beranjak, seorang gadis perempuan yang terlihat dua tahun atau tiga tahun lebih tua darinya, melangkah menghampirinya dan memberikan sebuah permen stroberi kepadanya.

"Ini untukmu. Biasanya saat Iel sedang sedih, dia selalu diam saat aku berikan permen. Jadi, ini untukmu. Jangan lagi menangis." kata kakak perempuan itu sambil menengokkan kepalanya kebelakang.

Mengikuti arah kepala bocah itu, gadis kecil itu pun baru tersadar bahwa di belakang tubuh kakak perempuan terebut ada seorang anak laki-laki yang juga memiliki wajah hampir serupa, hanya saja anak laki-laki tersebut memiliki tubuh yang lebih kecil. Melihat kedua anak tersebut, semua orang dapat melihat bahwa mereka saudara, bahkan bisa dikatan kembar.

"Namaku Dayana, kalau yang dibelakangku itu kembaranku, Iel. Kalau kamu?"

"Ella". Gadis itu terdiam sesaat sebelum akhirnya dengan ragu menjawab.

"Nama yang cantik, seperti orangnya. Kalau dilihat-lihat, kamu sepertinya lebih muda dariku. Jadi, mulai sekarang, kamu akan aku dan Iel anggap sebagai adik perempuanku." Gadis perempuan itu tersenyum bahagia karena akhirnya ia bisa mendapatkan adik perempuan yang selalu diimpi-impikan.

Sementara itu, anak laki-laki yang sejak tadi hanya berdiam diri di belakang dengan sekejap maju. "Siapa yang ingin punya adik cengeng seperti dia. Aku tidak mau. Tidak setuju." katanya sambil menggelengkan kepala.

"Aku tidak cengeng, sungguh. Ini pertama kalinya aku menangis bulan ini." Gadis kecil itu merasa tidak terima dirinya dibilang cengeng. "Lagipula kamu bahkan terlihat lebih cengeng daripada aku. Wekkk!" ejek gadis kecil itu sambil menjulurkan lidahnya.

"Enak saja, aku tidak seperti kamu yang mudah men-"

"STOPP!!" ucapan anak laki-laki itu terhenti seketika. "Kalian sama saja tingkah lakunya. Iel, jangan berkata seperti itu sama Ella. Ingat kata Papa, kalau kita sebagai yang lebih tua harus mengalah dengan yang lebih muda." kata gadis kecil yang masih berumur tujuh tahun itu, namun sudah terlihat lebih dewasa dengan cara berpikirnya.

"Ella, apa kamu mau mampir ke rumah kami? Kita bisa bermain disana. Ayuk, mampir sebentar." Tanpa tunggu jawaban, gadis itu menarik tangan gadis disebelahnya, meninggalkan seorang anak laki-laki yang hanya bisa pasrah menghela nafas.

Sejak hari itulah dimulainya ikatan yang tak terlepas diantara ketiga anak tersebut. Namun tanpa disadari pula, ada sebuah takdir menunggu yang akan segera datang untuk memisahkan mereka, memberikan luka pahit yang membekas kuat dalam hati. Dan saat takdir itu datang, hanya akan terisa kepingan memori diantara ketiga insan kecil tersebut.

Bersama sebuah benang merah takdir yang akan terus mengikat di jari anak laki-laki dan gadis kecil tersebut ...

___________________________________

18 Maret 2021

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Red Thread of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang