3

253 56 12
                                    

Futakuchi Kenji--Dia yang terlalu tsundere untuk meminta maaf


"Karena hari ini kita ada latihan gabungan dengan sekolah lain, aku mengajak [Name]-chan untuk membantu pekerjaan manajer. Maaf mendadak memberitahu kalian."

Mai membungkuk sedikit dihadapan para pemain voli SMK Date. Beberapa orang yang tahu seberapa galak sang gadis [Lastname] tampak mengalihkan pandangannya. Menghindari tatapan sang gadis berambut ash blonde.

"Mohon bantuannya," ucap [Name] sambil membungkukkan tubuhnya.

"Maaf merepotkan, [Lastname]," kata pelatih Oiwake Takurou. [Name] hanya menggelengkan kepalanya.

"Tidak masalah. Lagipula klub panahan mempunyai jadwal yang berbeda. Aku tak keberatan."

Mai tersenyum. Ia merasa senang [Name] mau membantunya. Menyiapkan keperluan tim voli Dateko saja sudah sangat menguras tenaga. Dan kini mereka kedatangan tim dari sekolah lain.

"Aku yang akan mengangkat kursinya. Kau pergi saja menyiapkan botol minum dan handuk."

[Name] bergegas pergi ke gudang yang ada di pojok gymnasium. Mengambil dua kursi lipat dan membawanya ke lapangan yang berseberangan dengam bench pemain Dateko. Gadis itu terus mengambil kursi sampai berjejer enam kursi.

Saat ia hendak menghampiri Mai yang sedang berkutat dengan handuk, sebuah bola voli melesat dengan cepat. Bersamaan dengan teriakan Obara Yutaka, sang wing spiker klub voli.

"AWASS!!"

Terlambat, bola tersebut berhasil menghantam mulus kepala berhelai ash blonde dari belakang. [Name] meringis, berjongkok sambil memegangi kepalanya yang terasa mau pecah.

"[NAME]-CHAN!!" Mai menghampirinya dengan panik. Gadis itu berjongkok, memegangi bahu teman baiknya dengan khawatir.

"[Name]-chan apa kau baik-baik saja?"

Sang empunya nama tak mampu menjawab. Isi kepalanya seakan perputar cepat. Visualisasi yang dilihatnya mulai memburam, [Name] mati-matian mencoba untuk mempertahankan kesadaran.

Namun beberapa detik setelahnya, ia ambruk ke dalam pelukan Mai. Diiringi dengan teriakan panik sang manajer.

.
.
.

[Fullname] mengerjapkan matanya guna mengatur cahaya yang masuk ke retina. Hal yang pertama kali dirasakannya adalah bau karbol yang sangat khas. Dan hal pertama yang dilihatnya adalah ruangan serba putih, dan wajah familiar dengan rambut coklat yang tampak merengut marah.

"Eh?"

"Kau itu bodoh atau bagaimana sih? Sudah jelas gymnasium voli bukanlah tempat yang bisa membuatmu lengah. Bahkan anak SD pun tahu kalau kau harus berhati-hati jika berada di dekat orang yang sedang bermain bola."

Ketusan itu mampu membuat [Name] sadar sepenuhnya. Gadis itu berniat bangkit dari posisi tidurnya, namun kembali meringis sakit saat belakang kepalanya tertekan bantal. Futakuchi yang melihat itu mendengus kasar. Mau tak mau membantu sang gadis [Lastname] untuk duduk.

"Siapa yang membawaku ke sini?" Tanya [Name] heran.

"Kau tak lihat pemuda tampan dihadapanmu ini? aku sampai izin tak mengikuti latih tanding karena dipaksa menemanimu."

[Name] mengerjapkan matanya heran. Gadis itu baru saja bangun, kepalanya masih sedikit pusing, dan ia memang selalu lola saat baru sadar dari tidur.

Netra kelabunya mengobservasi ruangan. Lalu menyadari bahwa ruangan yang ditempatinya kini lebih besar dari Unit Kesehatan Sekolah.

"...aku di rumah sakit?"

Futakuchi menjawabnya dengan anggukan. Pemuda itu bersandar pada dinding sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

"Semuanya panik saat kau pingsan. Akhirnya aku dan pelatih Oiwake membawamu ke rumah sakit dengan mobil."

"Kenapa tak membawaku ke ruang kesehatan saja?"

Keheningan menyapa. Futakuchi mengalihkan pandangan. Pemuda itu mengusap tengkuknya canggung. Kemudian bergumam dengan pelan.

"Kau terkena spike-an bola yang cukup kencang. Kami takut terjadi sesuatu yang salah dengan kepalamu," ujar Futakuchi.

"Oh, begitu. Jadi, aku tidak apa-apa kan?"

"Tidak ada masalah. Tapi... belakang kepalamu..."

"Apa? Jangan digantung begitu dong!"

"...benjol dua senti."

[Name] mengerjapkan matanya tak percaya. Gadis itu tercengang. Dengan reflek meraba belakang kepalanya. Ia sedikit meringis sakit kala jarinya menyentuh area yang terkena bola.
Sebenarnya seberapa kuat sang pelaku memukul bola itu?

"...maaf."

Sang wakil klub panahan tak mendengar gumaman sang kapten voli. Gadis berambut ash blonde itu terlalu shock dengan benjolan dikepalanya.

"Siapa yang memukul bolanya?"

"..."

Sang pemuda berambut coklat kembali mengalihkan pandangannya. Netra kelabu milik sang gadis menyipit. Merasa aneh dengan kelakuan Futakuchi. Biasanya juga suka menebar garam walau tidak sesering middle blocker berambut blonde berkacamata dari Karasuno.

"...kau yang--"

"Maaf, aku tak sengaja!"

Futakuchi menunduk, merasa sedikit bersalah. Namun seperti biasa, egonya terlalu tinggi untuk terima disalahkan. Pemuda itu melempar kantong plastik berisi dua kotak susu, dua botol yogurt dan sebungkus roti coklat ke pangkuan [Name].

"Lagipula salahmu sendiri yang tak berhati-hati," celetuknya tak terima.

[Name] menatap Futakuchi yang kini duduk di atas meja nakas sebelah kasur. Lalu dialihkan pada kantong palstik dipangkuannya. Ia hanya bisa menghela nafas. Toh, semuanya sudah terjadi.

"...aku akan mengantarmu pulang setelah kau merasa sedikit baikan."

Perkataan Futakuchi membuat [Name] menoleh cepat ke arahnya. Gadis itu terkejut bukan main. Ia tahu pasti jika hubungan mereka masih ada sedikit perseteruan.

Tapi sang gadis berambut ash blonde hanya bisa mengembangkan senyumnya. Setidaknya ia tahu kalau sang kapten voli Dateko ini tidak terlalu membencinya dan masih memiliki hati untuk tak membiarkan orang sakit pulang sendirian.

"Ini kulakukan untuk menebus rasa bersalahku!"

"Iya-iya, aku paham."

Futakuchi tak bisa membalas saat melihat [Name] terkekeh pelan. Pemuda itu berdecak kesal. Ia membuang muka ke arah lain. Apapun asal tidak melihat wajah gadis [Fullname].

...walau ia tak menampik bahwa perasaannya menghangat ketika melihat tawanya.

K--Aii: ...uhm, halo? 😃

I Know You - Futakuchi x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang