Genre : Angst
Warning : 1,7k word, baku.Jeno berjalan tertatih melewati lorong rumah sakit, sembari menarik pelan tiang infus bersama dengan langkahnya. Senyumnya melebar tatkala melihat sang kekasih yang tersenyum cerah di ujung lorong.
Langkah Jeno terhenti begitu tangan sang kekasih kini mulai memegang bahunya.
"Berjalanlah dengan hati hati"
Deru sang kekasih pelan, ia menatap Jeno khawatir, tangannya membelai lembut surai cokelat gelap Jeno.
"Aku hanya terlalu senang saat melihatmu berkunjung"
Senyum kecil terpatri tepat di paras rupawan seorang Lee Jeno. Sang kekasih melebarkan senyumnya, ia menuntun Jeno untuk mendudukkan tubuh ringkih Jeno di kursi panjang ujung lorong.
Jaemin, kekasih Jeno menatap sendu sosok sang kekasih yang semakin hari semakin kurus, pipi gembil sang kekasih tak lagi ada, kulitnya semakin pucat, rambut coklat gelapnya semakin tipis karena rontok. Ia menarik tangan Jeno untuk dinggenggam.
"Aku akan sering berkunjung mulai besok"
"Kau benar benar serius dengan perkataanmu? Bukankah belakangan ini ada banyak hal yang harus kau urus?"
Hati Jaemin merasa tertohok begitu mendengar lontaran dari sang kekasih. Ia benar benar terlalu di sibukkan oleh pekerjaan hingga melupakan sosok sang kekasih yang kondisinya benar benar jauh dari kata baik baik saja.
Lelaki Na itu menghela napas kasar, dihadiahi tatapan heran sang kekasih
"Ada apa ,Na? Apa ada masalah? Kau benar benar tidak terlihat baik baik saja hari ini"
Jaemin menggeleng pelan, ia kembali mengusap teratur surai Jeno. Genggamannya pada pergelangan tangan Jeno ia pererat. Pemuda bersurai biru itu tersenyum getir.
"Aku benar benar kekasih yang buruk"
Jeno termanggu sejenak, ia menggeleng kuat, "tidak, kau kekasih yang luar biasa Na Jaemin. Buktinya, kau masih mau menerima keadaanku yang seperti ini. Bukankah itu luar biasa? Aku bersyukur kau masih sudi untuk bertahan bersamaku, jangan pernah berpikir kalau kau kekasih yang buruk, Na. Sekali lagi kau berpikiran seperti itu, aku tidak akan segan segan untuk mencubit empedumu" gurau Jeno yang disambut gelak tawa oleh Jaemin.
"Aku mengerti, aku tidak akan mengatakan hal itu lagi" Jaemin terkekeh kecil.
Keheningan secara mendadak marayap meliputi mereka, mengingat sudah cukup lama mereka tidak berbicara secara langsung.
"Jaemin, aku masih punya banyak waktu," lelaki Lee berseru memecah keheningan.
"Kau...bisa datang kesini kapanpun kau mau, aku akan tetap disini. Menunggumu," suara itu berderu lirih. Hati Jaemin seolah tersayat mendengar pernyataan pilu itu.
Apa yang membuatku yakin jika umurku akan bertahan dalam jangka waktu yang lama? Pertanyaan itu menghantui Jeno saat ini.
Netra kelam Jaemin kembali memusatkan pandangannya ke arah sang kekasih, kondisinya semakin memprihatinkan dan masih dengan leluasanya lelaki dengan mata bulan sabit itu tersenyum dengan cerahnya.
"Aku berjanji, aku akan sering sering kesini untuk hari hari ke depan!" tekad Jaemin.
Jeno tersenyum simpul, pandangannya ia alihkan, berusaha menghindari kontak mata dari Jaemin.
Jauh dalam lubuk hatinya, ia menahan mati matian rasa sesak yang menggerogotinya, bibirnya ia gigit kuat berusaha menahan isakannya.
Hatinya ngilu karena harus menyembunyikan kenyataan pahit yang selama ini ia sembunyikan rapat rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
palette, jaemjen.
FanfictionHanya berisi coretan coretan abstrak tentang mereka Top jaemin area!