The Letters-1

885 54 8
                                    

"Aish, nenek dan kakek benar-benar keterlaluan. Bagaimana bisa mereka menyuruhku membersihkan seluruh gudang ini." gerutu gadis cantik itu. Wajahnya mengernyit kala hidungnya terasa gatal karena debu yang memenuhi gudang itu. Hari minggu yang seharusnya ia lewati untuk bermesraan dengan kasur berubah menjadi neraka kala ia kalah bermain gunting-batu-kertas dengan kakek dan neneknya untuk menentukan siapa yang harus membersihkan gudang mereka.

Entah cara licik macam apa yang dilakukan Kim Song Ho dan Ahn Byung Ha sampai ia kalah tiga kali berturut-turut dalam permainan tersebut, padahal biasanya gadis itu tidak pernah kalah.

Dan kini, disinilah ia, berdiri di dalam gudang yang sangat berdebu.

Gadis itu menggeleng kencang, merengek dan mengeluh tidak akan membuat gudang rumah mereka tiba-tiba bersih. Gadis mungil itu menepuk pipinya kencang untuk menyemangati dirinya sendiri, 'Kim So Eun! Kau harus semangat!' teriaknya dalam hati.

Segera ia persiapkan peralatan berperangnya untuk melawan debu tebal di gudang.

Nama gadis itu Kim So Eun, berusia 16 tahun dan duduk di kelas 1 SMA Yehwang, Mokpo. Dirinya adalah gadis yang energik dan ceria, sehingga memiliki banyak teman. Tidak mengherankan kalau sejak masuk Sekolah Dasar, ada banyak lelaki yang menyatakan perasaan kepadanya tapi So Eun selalu menolak karena kakeknya, Song Ho selalu menyuruhnya untuk fokus di dunia belajar dan bermain, membuatnya tidak ada waktu untuk meladeni cinta monyet seperti itu.

"Ini foto ibu..." So Eun mengelus foto yang masih tersimpan di pigura yang kokoh itu kala ia ingin merapikan barang-barang di salah satu rak. Gadis cantik itu tersenyum sendu kepada hasil cetakan di sana. Ia sangat merindukan wanita yang melahirkannya itu.

So Eun kadang iri dengan teman-temannya yang memiliki ibu di sisi mereka, yang masih memiliki kesempatan untuk dielus kepalanya ataupun dipeluk oleh ibu mereka karena ia tidak pernah mencicipi kesempatan itu dengan ibunya. Selama ini yang merawat dan memberikannya cinta layaknya seorang ibu adalah neneknya sendiri, Ahn Byung Ha.

Sewaktu kecil, So Eun pernah bertanya dimana ibunya dan kenapa ia tidak pernah melihat ibunya, Byung Ha menjawab bahwa ibunya kini sedang mengawasinya di surga dan ia tidak perlu merasa sedih. Dan seiring berjalannya waktu, So Eun mengerti bahwa ibunya meninggal beberapa hari setelah memperjuangkan dirinya lahir di dunia.

So Eun tidak merasa sedih sama sekali, bahkan ia merasa sangat bangga karena dilahirkan oleh wanita tangguh seperti ibunya. Tapi ada kalanya ia mengeluh karena merindukan ibunya yang tidak pernah dilihatnya itu.

"Kalau kau merindukan ibumu. Kau tinggal melihat ke langit, di sana ada ibumu."

"Ibu di langit?"

"Iya, cucuku sayang. Ibumu berada di langit untuk selalu menjaga dan memantaumu."

Percakapannya dengan Byung Ha beberapa tahun lalu membuatnya tersenyum lebar, neneknya selalu menghiburnya kala ia merasa sedih.

Byung Ha selalu mengatakan bahwa kecantikan So Eun merupakan warisan dari ibunya dan So Eun mengakui itu. Melihat foto ibunya yang dulu, ia jadi sadar secantik apa ibunya dulu. Rasanya julukan kembang desa cocok untuk ibunya, pasti banyak pemuda yang menggilai ibunya dan kepopuleran itu juga terjadi kepada So Eun.

So Eun meletakkan pigura itu dengan hati-hati di rak yang sudah ia bersihkan. Tidak ingin pigura itu lecet sedikitpun. Sambil membersihkan sisi gudang yang lain, ia sedikit berharap akan mendapatkan barang yang mungkin berhubungan dengan ayahnya. Ayah yang tidak pernah ia jumpai.

Sejujurnya, sejak kecil, So Eun tidak tahu siapa ayahnya. Kakek dan neneknya selalu menghindar jika ia bertanya siapa ayahnya, tidak seperti ketika ia bertanya tentang ibunya yang selalu diceritakan dengan bangga oleh mereka.

Kim Bum-So Eun Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang