minta pJ?!

4 4 0
                                    

Note: anggap aja itu siluet, ya!
Aku gak nemu siluet yang sesuai sama yang aku haluin soalnya, huhu.
Dan Chang Wook BUKAN castnya Adlar loh ya. Dia emang ganteng, tapi dah tua, hehe..
Aku mau bebasin haluan kalian.

•••


"Dari kemarin heboh banget berita tentang lo dan Adlar, kalian saling kenal? Atau malah punya hubungan spesial?"

Uhuk

Aku tersedak, tiba-tiba saja Thea menanyakan hal yang sangat ingin aku hindari. Masalah ponselku saja belum selesai, sekarang tambah lagi Thea yang meminta penjelasan. Belum lagi nanti di rumah, kak Lio pasti akan berceramah tentang postingan Adlar di akun sosmedku. Orang lain yang berulah, aku yang kena imbas. Sabar, sabar.

Ah, benar kan, Thea sudah tidak marah karena kejadian kemarin?

"Kenal, " tapi baru tadi pagi, lanjutku dalam hati.

"Sejak kapan? Kok gue baru tahu? " cecar Thea.

"Lama, " beberapa jam yang lalu terhitung lama kan?

"Kok lo jawabnya irit-irit banget gitu? Pasti ada sesuatu, kan? Iya, kan? Benar, kan?"

"Apa sin, Teh? "

Peka banget sahabatku yang satu ini, bisa aja kalau disuruh menyudutkan orang. Aku doain, semoga kelak Thea jadi jaksa atau pengacara, amin.

"Ramel, nih ponsel lo. Sorry, ya! Mau gue kembaliin tadi tapi malah udah bel masuk, " astaga, kenapa manusia ini harus datang di saat yang tidak tepat?

"Hm, oh iya! Lain kali jangan panggil aku Ramel lagi, ya! Panggil Caramel aja! " pintaku.

Sebenarnya, aku ingin tanya dari mana dia tahu kalau aku di sini, tapi gak jadi. Yang ada Adlar malah makin besar kepala.

Tangan usil Adlar mengacak suraiku. Dengan ragu aku melirik Thea yang ternyata sudah berekspresi aneh. Aku yakin, nanti dia pasti akan mengejekku habis-habisan.

"Gak mau, kepanjangan! " Adlar menolak.

"Yaudah, Amel! "

"Gak mau, pasaran! "

"Cara?! "

"Gak mau, kayak santan aja! "

"Yaudah, Caca? " aku menekan setiap suku kata yang aku ucapkan.

"Emang lo permen? "

"Yaudah. Terserah! " sumpah, aku kesal. Aku meremas-remas tanganku di hadapan Adlar yang membuatnya malah tersenyum miring.

"Pfft! Hahahhaha... Gila, kalian gokil banget, sih?! " tawa Thea menginterupsi, membuat aku dan Adlar menoleh ke arahnya.

"Iya, kan? Lo juga setuju kalau kita itu cocok, kan? " dengan gilanya Adlar merangkul erat bahuku. Aku mencoba untuk lepas, tapi tidak bisa, Adlar semakin mempererat rangkulannya. Lama-lama aku bisa tercekik, nih.

Aku gugup. Bukan gugup karena senang, melainkan gugup karena takut. Takut nambah gosip, jadi artis sekolahan ntar aku. Secara kan, mulut Thea sering hinggap di mana-mana. Kelompok gosipnya banyak. Apalagi kalau Thea sampai ngadu ke mama. Mati aku!

MELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang