Partone

240 39 4
                                    

Jangan lupa vomment cintaku ❤️

***

Korea Selatan, 2009

"Kim Gyu Ra."


"Hadir," sahut seseorang disana dengan malas. Untung saja dia tahu siapa nama lengkap pemilik tubuh ini sehingga tahu kapan harus menyahut.

Beberapa diantara mereka memanggilnya Irish, namun lebih banyak memanggilnya dengan Gyu Ra. Jadi Seulgi simpulkan bahwa nama Irish hanyalah digunakan oleh orang terdekat nona ini, barangkali sahabat-sahabatnya.

Lanjut. Masih dengan posisi tubuh yang malas dengan kedua tangan menopang dagu, Seulgi memandang hambar guru yang mengabsen satu persatu dan anehnya kelas ini terlihat tertib dan mendengarkan dengan seksama. Padahal, sangat... Sangat membosankan.

Ya, semula seperti itu sampai sesosok pria datang dengan wajahnya yang sangat familiar. Bahkan karena pria itulah Seulgi terduduk sigap dengan mata membulat.

"JIMIN!" Teriaknya kegirangan.

Sungguh nasibnya tidak terlalu buruk. Mata Seulgi berbinar-binar membayangkan bertemu satu-satunya orang yang dia kenal, Jimin... suaminya.

"Maaf terlambat, ssaem

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf terlambat, ssaem. Mobil saya mogok." Jawabnya sopan.

Seulgi baru saja di abaikan tapi senyumannya tidak berhenti mengembang. Matanya mengikuti langkah Jimin yang kemudian duduk di sebelahnya. Tu-- tunggu, di sebelahnya? Semeja berdua?

Sumpah! Seulgi seperti seorang fans yang tiba-tiba bertemu biasnya. "Rindu sekali," gumamnya dengan posisi kepala masih menghadap ke kanan.

"Bagaimana kau bisa ada disini? Siapa namamu? Oh Jimin? Kim Jimin? Lee Jimin?" Dia mencerocos tanpa peduli bagaimana pria itu fokus pada pelajaran.

Dari gelagatnya, Seulgi kira dia akan di abaikan. Ternyata suara yang dia rindukan itu terdengar lagi, "Park Jimin!" singkatnya.

"P--Park? Kau juga re-reinkarnasi? Huaaa...." Seulgi mengharu seorang diri kemudian melebarkan tangannya. Mengira akan disambut dan terjadilah pelukan penuh cinta. Namun sebuah buntut pena menahan keningnya, mengikis jarak diantara mereka hanya sejauh itu.

"Kau mabuk ya? Ck! Ck!"

Seulgi memperhatikan dua bola mata Jimin yang memandangnya seperti bocah kecil.

"Mabuk cinta," godanya.

"Cih," Jimin menarik kembali penanya kemudian melanjutkan menulis. Meladeni si Irish tidak akan ada habisnya.

"Kenapa kau tidak jawab aku? Kau ini Park Jimin kan? Suamiku kan?" Seulgi butuh jawaban, ketahuilah itu. Namun Jimin hanya melanjutkan pelajarannya seolah tidak terganggu dengan ucapan-ucapan aneh Irish.



IRISH, 2009Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang