***
Sinopsis
***
Kang Seulgi terjebak kedalam dunia yang berbeda. Dunia yang dia ciptakan sendiri, indah namun fana. Terima kasih kepada barang antik milik kakeknya yang lagi-lagi membuat dia dalam masalah.
Tidak! Sebenarnya bukan Seulgi yang dalam...
Vomment untuk absen, eh maksudnya untuk ya... jika kalian suka boleh vomment. Love.
***
Korea Selatan, 2021
Namanya adalah Yi Jimin. Jika kalian masih ingat dia adalah manusia purbakala --- ah maafkan penulis, maksudnya manusia yang hidup di zaman dahulu kala kemudian berpindah waktu dan sekarang hidup sebagai Park Jimin.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kehidupannya yang sekarang jauh lebih baik dia rasakan. Dahulu dia memang mempunya power yang tak terhingga bahkan putusannya bisa saja mengakhiri nyawa seseorang. Namun kehidupan sekarang, meski biasa saja namun sangat membahagiakan. Pasangan dokter dan polisi? Tidak buruk juga.
Iya tidak buruk, sampai suatu hari kakek tua bermarga Kang itu merenovasi toko antiknya dan beberapa barang yang paling berharga --- menurutnya, dia simpan di kediaman Seulgi.
Siapa yang tahu jika permainan bertulisan hangulkuno itu adalah sebuah permainan yang membawa pemenangnya ke dalam dunia mimpi.
Awalnya Jimin juga tidak percaya dan segera menghubungi dokter karena istri tercintanya yang tiba-tiba saja tidak sadarkan diri. Walaupun kakek mengatakan itu percuma namun shit! Jimin tidak percaya sama sekali sampai dokter mengatakan bahwa nyonya park baik-baik saja.
"Jadi... bagaimana caranya agar Seulgi-ku kembali?" Bodohnya Jimin hanya bisa mempercayai satu orang saja sekarang.
"Cucuku, sebenarnya tidak ada jalan keluar," lesu kakek.
"Aku tidak perduli bahkan jika kakek adalah keluarga satu-satunya Seulgi sekarang. Omong kosong seperti itu akan berakibat fatal, kakek paham kan?" Jimin berdiri dari tempat tidur dan melepaskan jemari Seulgi yang sedari tadi dia genggam erat. Beralih menuju kakek yang duduk di pojok ruangan.
Kakek tidak bergeming ketika melihat senjata api tepat di depan matanya. "Bunuh saja. Tidak lama lagi kakek juga akan mati," katanya.
Jimin mempererat genggaman tangannya pada gagang pistol. Tentu saja dia tidak main-main. "Katakan jalan keluarnya sekarang juga!"
"Ada... Sebenarnya ada..."
"Apa?"
"Cucuku, kau harus memenangkan permainan itu dan masuk ke dalam dunia mimpi. Kau akan mempunyai identitas baru, namun sekelilingmu tetaplah sama. Semua orang yang kau cintai akan ada disana---" sebenarnya kakek ingin melanjutkan penjelasannya. Namun melihat reaksi Jimin yang membisu, membuat kakek iba.
Sekarang kalian tahu bukan kenapa kakek bilang tidak ada jalan keluar?
"Bagaimana? Kau tidak bisa kan?"
Tidak ada jawaban. Perlahan tapi pasti, Jimin kembali ke tempat tidur dan memandang wajah Seulgi yang teduh, kemudian mengambil satu tangan Seulgi untuk dia genggam erat, lagi.
"Bisa! Aku bisa."
"Kau yakin? Disana, dia bukanlah Seulgi dengan wajah yang sekarang begitupula identitasnya. Begitupula denganmu. Bagaimana kalian bisa bertemu?" Tanya kakek.
Tidak hanya itu, ada ketakutan besar lainnya bagi kakek. Sebuah kekhawatiran yang bisa saja terjadi.
"Satu lagi. Bagaimana... bagaimana seandainya kau menikmati mimpimu dan Seulgi pun juga sama. Lalu kalian tidak akan bertemu lagi sela---"
"Aku pasti bisa menemukan Seulgi yang sebenarnya," potong Jimin. Dia menatap Seulgi yakin. Demi cinta mereka, jalan apapun akan Jimin ambil.
"Mimpi ini hanya akan bertahan satu tahun, jika Seulgi sadar bahwa dia sedang tersesat dan ingin kembali dia bisa kembali. Jadi, jika kau tidak benar-benar yakin bisa membawa Seulgi. Lebih baik tunggu saja."
"Menunggu? Aku benci menunggu. Aku tidak akan kehilangan Seulgi lagi. Aku akan melakukannya. Lagipula siapa yang jamin jika Seulgi akan sadar bahwa itu hanyalah mimpi. Aku tidak akan menunggu!" Jawabnya, penuh keyakinan.
"Jadi kakek, temani aku bermain sekarang juga."
Kakek menghela nafas, "Baiklah. Kau harus menang secara jujur supaya masuk kedalam mimpi-mu."
"Baik, aku paham."
*** Korea Selatan, 2009
Seulgi baru saja tiba di rumah. Entah bisa di sebut rumah atau tidak dia juga tidak yakin karena tempat sesungguhnya adalah dirinya di tahun 2021. Tapi dia sama sekali tidak tahu bagaimana cara untuk kembali.
"Selamat malam anakku sayang?"
Langkah Seulgi terhenti di pertengahan tangga yang megah itu. "Malam," katanya malas. Dia pun melanjutkan jalannya menuju kamar.
"Irish," panggil nyonya.
Mau tidak mau Seulgi berbalik badan. Ini demi norma kesopanan semata. Ya, hanya demi itu. "Ada apa?"
"Ada masalah?" Nyonya Kim memegangi dagunya heran, kemudian beralih pada kening Irish, "Tidak demam."
"Memang tidak."
"Lalu kenapa dipanggil tidak menyahut? Ada masalah apa? Masalah dengan Jimin ya, hum?"
Dia yang awalnya malas-malasan menjadi terkesiap dan merasa tertarik jika membahas pria itu.
"Anda tahu Jimin?"
Nyonya Kim tertawa. "memangnya ada yang lucu?" Heran Seulgi.
"Tidak.. tidak... Maafkan eomma. Jadi, anak eomma yang cantik ini menjadi tidak enak hati karena Park Jimin ya?"
"Sebenarnya ada apa sih, antara aku dan Jimin?"
"Sudah... Sudah, lebih baik ke kamar dan ganti pakaian dulu. Eommatunggu di meja makan," Kata nyonya Kim dengan senyuman lembutnya.
Senyuman itu seakan menular, membuat Seulgi ikut menarik dua sudut bibirnya.
"Tidak terlalu buruk," gumamnya. Dia pun menuju kamar untuk mandi dan berganti pakaian.