***
Sinopsis
***
Kang Seulgi terjebak kedalam dunia yang berbeda. Dunia yang dia ciptakan sendiri, indah namun fana. Terima kasih kepada barang antik milik kakeknya yang lagi-lagi membuat dia dalam masalah.
Tidak! Sebenarnya bukan Seulgi yang dalam...
Seulgi meraba-raba ranjang, namun tidak ada yang dapat. Padahal dia berharap Jimin belum pergi untuk menjalankan tugas dan dia pun mendapatkan morning kiss nya. Namun realita dan keadaan bisa berbanding terbalik, dengan berat hati dia mendudukkan dirinya kemudian beranjak dari tempat tidur menuju dapur.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Apakah ini dapur?"
Walaupun nyawa belum terkumpul seluruhnya, Seulgi dapat memastikan bahwa dia baru saja menjauh dari tempat tidur, lalu ruangan asing apakah ini?
Namun bodohnya dia tetap mencari kulkas yang bisanya tidak jauh dari kompor gas.
"Sayangku,"
Seulgi yang awalnya malas-malasan pun akhirnya terbelalak. Memikirkan bagaimana bisa ada wanita lain dirumahnya. Baru saja Jimin menghajarnya semalaman, bagaimana bisa ada wanita lain disini? Kecuali jika ternyata mereka kemarin three-- aah! Tidak! Tidak mungkin.
"Siapa kau?" Ketusnya ditambah tatapan selidik Postur tubuhnya bagus dan ya-- lumayan cantik, tapi dari segi umur, Seulgi yakin bahwa wanita ini sudah hampir berkepala empat.
"Siapa yang kau sebut dengan kau barusan? Aku ibumu! Cepat mandi dan ke sekolah!"
Teriakan wanita itu membuat Seulgi harus menutup kupingnya agar tidak mati di tempat. Seulgi kira penderitaannya di pagi buta ini akan selesai, nyatanya satu tangan ahjumma aneh itu menarik daun telinganya kuat-kuat lalu menyeretnya menuju kamar mandi.
Tapi bukan Seulgi namanya kalau menurut begitu saja. Memangnya siapa yang mau ke sekolah? Seulgi berontak sampai ia berhasil melepaskan jeweran.
"Permisi ahjummayang cantik jelita, kau siapa? Ibuku sudah meninggal jadi ---" Seulgi Berbicara soal ibu, hatinya menjadi sedikit tenang dan rindu.
"Jadi kau bisa mengambil seluruh warisan dan semua perusahaannya?! Begitu?!"
"Ide bagus!" Jawabnya asal.
Tak!
"Ish, apa-apaan ini!! Permisi nyonya! Anda salah orang, saya bukan anak anda! Saya bisa melaporkan anda ya! Suami saya polisi terkenal abad ini! Anda akan--"
"Siapa? Siapa suamimu? Pacar saja tidak punya!"
" 'Tidak punya pantatmu'. Saya itu sudah menikah!"" maafkan Seulgi yang kasar, habisnya dia sudah hilang akal. Apa yang sedang terjadi saat ini membuat dia merasa benar-benar tak bisa mengontrol bicaranya.
Belum selesai Seulgi berucap dia sudah di dorong cepat ke kamar mandi dan klik, "Hei, ahjumma buka pintunya. Biar saya bawa anda ke teman saya seorang psikiater, anda tidak perlu malu. Anda akan sembuh karena dia psikiater terkenal. Ahjumma,.." Seulgi lelah sendiri dan tangannya pun sama, memerah akibat digunakannya untuk mengetuk pintu.
"Cih, dimana sih Jimin? Kenapa aku bisa---" Tak sengaja, sudut mata Seulgi melihat pantulan dirinya sendiri di balik kaca. Itulah yang membuat dia tak bisa melanjutkan bicaranya, benar-benar tak bisa bicara.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Si-- siapa kau?" Tangan kanannya menyentuh hidung seseorang dibalik sana. "Ke--kenapa ka--kau mengikuti gerakanku?" Tanyanya heran namun pelan dan sedikit bergetar.
"Kya! Mengapa kau mengikutiku!!" Hal itu tampak seperti nona berambut pirang yang mengatakannya. Nona cantik itu juga sedang memegang hidung, mata, sudut alis sebagaimana yang Seulgi lakukan.
"JAWAB AKU!" Bahkan ia juga marah sebagaimana Seulgi sekarang. Matanya memerah dan bibirnya yang mungil dia katupkan kuat-kuat.
Hanya ada satu kemungkinan. Memikirkan kemungkinan buruk itu membuat kaki Seulgi lemas. Sungguh, dia sudah terduduk di lantai yang dingin sekarang. Kedua tangannya menutupi wajah yang tak dia inginkan.
Entah wajah siapa? Entah diri siapa? Seulgi tidak tahu. Kenapa dia bisa bereinkarnasi lagi, dia pun tidak tahu. Adapun yang dia tahu sekarang, kepalanya berat dan pandangannya memburam.