KISAH ATSUMU

594 68 17
                                    

Atsumu adalah seorang kakak dengan selisih waktu 24 jam dari adiknya. Begitu disayangi oleh ibunya, namun selalu mendapat cibiran dari Ayahnya.

Semenjak kecil, Atsumu sama sekali tidak mengerti alasan Ayahnya selalu memojokkannya, dan membuatnya terlihat buruk di mata Adik dan Ibunya. Hingga suatu ketika, Ayahnya menyuarakan alasan atas tindakannya selama ini.

"KENAPA? KAU TANYA KENAPA? KAU PEMBAWA S*AL, BODOH! APA KAU TIDAK TAHU APA YANG MEMBUAT ADIKMU TERLAHIR NYARIS TAK SELAMAT? ATAU IBUMU YANG HARUS MENAHAN SAKIT SELAMA 24 JAM LAMANYA? ITU SEMUA GARA-GARA KAU! JIKA SAJA KAU TIDAK ADA. AKU HANYA PUNYA SATU PUTRA. OSAMU TIDAK PERLU HAMPIR TERRENGGUT NYAWANYA SAAT DILAHIRKAN, BEGITU PULA ISTRIKU"

Usia Atsumu baru 4 tahun saat itu, dia tak terlalu paham maksud dari ucapan Ayahnya. Dia hanya bisa menangis takut melihat wajah Ayahnya. Dia berlari ke Ibunya, meminta pelukan padanya, dan dia mendapatkannya bersamaan dengan air mata Ibunya yang jatuh.

Kemarahan Ayahnya semakin menjadi melihat istrinya menangis sambil memeluk Atsumu. Hingga teriakan marah sudah memenuhi gendang telinga Atsumu yang semakin takut.

Tapi itu semua tidak membuatnya harus berhenti tersenyum. Dia masih bisa tersenyum setelah hari itu. Bersyukur saja, Osamu tidak ada di rumah saat semua itu terjadi. Sehingga Atsumu tidak harus malu saat Osamu mengejek nya cengeng gara-gara sempat menangis saat dimarahi ayahnya.

Aktivitasnya masih sama seperti biasanya, bangun pagi, membantu ibunya memasak sarapan, dan mendapat lemparan sendok di dahinya oleh ayahnya, dahinya yang berdarah, dan Ibunya mengobatinya, pergi ke sekolah dengan Samu, pulang ke rumah, membantu ibunya memasak Makan siang, mendapat lemparan sendok lagi, mandi, membantu ibunya memasak makan malam, mendapat lemparan sendok lagi, belajar,  tidur. Dan terulang lagi aktivitas itu.

Hingga usianya beranjak. Atsumu sudah duduk di kelas 5 SD. Ayahnya sudah berhenti melemparinya dengan sendok, dan memelototinya sebagai gantinya. Namun, kini berganti teman-temannya yang mengganggunya. Atsumu tak tahu pasti apa alasannya. Mungkin karena dirinya yang mempunyai wajah angkuh(Itu kata Ayahnya), atau ucapannya yang kadang tak berfilter.

Entahlah.

Tapi yang pasti, setiap istirahat pertama, bekalnya akan dirampas paksa, isi tasnya yang akan berhamburan kesana kemari, bangkunya yang tercoret-coret. dan tubuhnya yang akan di dorong dengan sengaja hingga nyemplung ke kolam. Atsumu salut akan ke-kreatifan kawan sekolahnya untuk mengganggunya.

Dan berikutnya yang terjadi adalah, gurunya memarahinya karena nyemplung sembarangan ke kolam ikan hingga membuat beberapa ikan mati, Ayahnya yang marah besar karena Atsumu yang selalu pulang dalam kondisi basah kuyup membuat lantai kotor.

Hanya Ibunya yang tersenyum dan memeluknya erat juga Osamu yang akan mengusap punggungnya saat pelukan Ibunya terasa tidak cukup untuk membuatnya tenang.

Waktu tak berhenti di situ saja. Waktu terus berjalan.

Atsumu berada di SMP kini. Hatinya bertekad untuk berubah. Dia akan bersikap ramah dan menyapa siapapun yang ia kenal.

Dia dan Osamu bertemu dengan seseorang bernama Suna dan Aran. Mereka berempat sangat akrab satu sama lain. Dan atsumu menyukainya.

Atsumu sangat menyukainya saat Suna tertawa melihat tingkahnya dan Osamu, meski Ucapan Suna kadangkala sepedas cabai baru panen, tapi Atsumu suka melihat Suna tertawa.

Dan Aaran, Atsumu suka saat dia memperlakukan Atsumu layaknya anak kecil, menekan kepala Atsumu, atau memanggilnya bocah. Aran seperti sosok Kakak yang baik untuk Atsumu.

Lalu Osamu... Atsumu semakin bahagia saat Osamu turut serta duduk di sampingnya, membagi perhatian samar Untuk Atsumu, mengawasi Atsumu diam-diam, dan seolah memanjakan Atsumu dengan seluruh perhatian yang kadang tak terasa namun sangat dibutuhkan Atsumu.

KISAH ATSUMU || SAKUATSUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang