Meja makan
"Loh Mas kenapa ga dimakan itu makanannya?" kata Andin sambil menyuapi Reyna, dan sesekali menyuapkan makanan ke mulutnya sendiri
Aldebaran tidak menjawab dan hanya melihat kearah Andin yang sedang menyuapi Reyna. Mama Rossa melihat itu sangat aneh "Al? Are you okay? Kenapa ga dimakan itu nasinya? Malah bengong ngeliatin Andin
"Iya, kenapa sih Mas kamu?" sahut Andin
Aldebaran menghirup nafas panjang sebelum menjawab
"Aku mau disuapin Andin Ma" jawab Al cepat dan pelan, tapi tetap bisa didengar Andin, Mama, dan Reyna. Andin dan Reyna yang bengong, Mama Rossa yang tengah sibuk minum karena tersedak mendengar ucapan Andin"Ihh Papa manjaaa, pengen disuapin Mama kaya akuu" ejek Reyna pada Papanya itu, Aldebaran hanya diam agak malu
Andin langsung meletakkan makanan Reyna dan menyuruh Reyna untuk makan sendiri dulu. Lalu dia menatap Al serius masih dengan wajah tidak percaya
"Mas? Kamu serius?"
"Emangnya kenapa sih?" tanya Al sewot
"Ya habisnya kamu dari tadi bangun tidur aneh banget deh?"
"Yaudah kalo ga mau ya tinggal bilang aja" kata Al judes dengan posisi menjauhi meja makan. Andin yang melihat itu langsung menarik tangan suaminya
"Iya iya iya maaf ya, sini aku suapin kamu"Akhirnya Al duduk dan Andin mulai menyuapi Al
"Enak ngga masakan aku?" tanya Andin
Al mengangguk "Emm emnyhakm" sahut Al tidak jelas sambil mengunyah, Andin tersenyum melihat ini
"Liat tuh Reyna, Mama punya bayi gede ya hahaha" kata Mama Rossa pada Reyna. Reyna tertawa terbahak-bahak "Hahahahaa iya Omaa, Papa kaya dede bayi, tapi badannya gede" jawab Reyna
"Terserah Papa dong, ini kan Mamanya aku" jawab Al menggoda Reyna. Reyna langsung melotot pada Papanya "Enggak! Mama Andin itu Mamanya Reyna! Mamanya Papa itu Oma!"
"Kata siapa? Orang ini Mamanya Papa kok?
"Papaaa!!" teriak Reyna keras
"Udah udah, kenapa jadi teriak teriak sih kalian iniii, nih mas terakhir, buka mulutnya aaaaa" ucap Andin yang diikuti mulut Al yang membuka
"Liat tuh Mbak Mir! Aduh aduh aduh, Mas Al lagi manja banget ya, jarang jarang polll, jiwa macannya mungkin lagi pingsannn" kata Kiki pada Mirna, mereka sedang berdiri di samping tembok mengawasi keluarga bahagia itu makan bersama
"Iye Ki, tumbenan banget ya Pak Boss begini, mana pernah yam dia begini?" jawab Mirna yang diangguki Kiki
"Ah udahlah yang penting kaga ada huru hara dan yang lainnya! Pusing lagi tar kita!" tambah Mirna
"Iya bener Mbak! Semoga aja bahagia kaya gini terus ya! Biar Aladin cepet on the way!"
"Aamiinnnnnn"
Kamar Al Andin
"Ayo Ndin cepetan dandannya, katanya mau ke dokter, nanti keburu tutup prakteknya, trus lambung kamu tambah parah, mual mual lagi nanti" kata Al yang sudah rapih menunggu Andin dandan
"Iya iya ini udah, tinggal pake lipstik, sabar dong" jawab Andin. Mendengar itu Aldebaran langsung berdiri menghampiri Andin dan menyaut lipstik Andin
"Apasih Mas? Siniin lipstik aku, kayanya suruh buru buru!"
"Kamu jangan pake lipstik"
Andin berkerut "Kenapa sih? Biasanya juga pake?"
"Engga pokoknya saya ga mau"
"Tapi ini pucet banget loh Mas nanti bibir aku"
Aldebaran menghela nafas dan meletakkan lipstik itu di meja "Yaudah deh terserah kamu aja" sambil melengos pergi akan keluar kamar
"Iya iya nih aku gak pake! Dah ayo berangkat!" kata Andin sambil cemberut dan nada suara yang agak tinggi
"Ga usah pake ngegas ngegas gitu" kata Al
"Iya Mass enggaaa, nih ayo berangkat yuk" kata Andin halus sambil tersenyum terpaksa dan menggandeng tangan Al keluar kamar
Rumah sakit
"Saya tunggu sini aja ya, ga usah ikut masuk" kata Aldebaran saat mereka sudah sampai didepan ruangan dokter
"Yaudah tunggu sini ya"
"Ini lambungnya baik baik aja kok bu" kata dokter
"Tapi tadi perut saya agak aneh dok rasanya, pusing juga sedikit? Masa lambung saya gapapa?" tanya Andin heran
Dokter tersenyum pada Andin "Selamat ya bu"
"Loh? Selamat apa dok? Kan saya lagi sakit? Kok selamat?"
"Karena Bu Andin sedang hamil, dan usia kandungannya sudah hampir memasuki 2 minggu"
Andin melotot dan tidak bisa bicara apa apa, dokter yang mengerti pun menjawab "Benar bu, selamat ya"
"J-jadi...saya hamil? Eng...ga sakit?" tanya Andin terbata dengan mata berkaca-kaca
"Iya Bu saya pastikan. Besok ibu bisa langsung mulai periksa rutin di dokter kandungan ya bu, sekali lagi selamat"
"Alhamdulillah Ya Allah, baik dok terimakasih banyak, kalo begitu saya permisi" ucap Andin
"Loh Ndin kok kamu nangis? Kenapa? Perut kamu gimana? Parah? Masih sakit?" runtutan pertanyaan Al saat melihat Andin keluar ruangan
Andin menggeleng dan tersenyum "Gapapa yuk pulang aja"
"Loh bukannya ambil obat dulu?"
"Engga mas, ayo"
Dengan heran Aldebaran tetap mengikuti Andin
Kamar Al Andin
Saat ini Andin sedang duduk di atas kasur santai sambil membaca buku, tiba tiba Aldebaran datang dan menidurkan kepalanya di paha Andin dan memeluk perut Andin agak kencang
"Eh mass jangan diteken teken gini perut akuuu" kata Andin
"Kenapa sih?" tanya Aldebaran dengan posisi yang sama
"Ini ada anak kamu nanti dia kepencet loh" ucap Andin halus sambil tersenyum
Aldebaran langsung melepaskan pelukannya dan terduduk didepan Andin "Gimana? Kamu ngomong apa?"
"Ini perut aku jangan dipencet, nanti anaknya kepencet kasian"
"Maksudnya kamu..."
Andin mengangguk melanjutkan perkataan Aldebaran yang menggantung. Aldebaran langsung memeluk Andin, Andin tersenyum
"Terimakasih ya Ndin, terimakasih banyak kamu sudah memberikan kado terindah untuk saya. Yang akan membuat hidup saya, pernikahan kita, keluarga kita menjadi sempurna, terimakasih banyak" ucap Al sambil memeluk Andin
Andin hanya mengangguk dan tersenyum halus. Lalu melepaskan pelukan Al
"Ndin? Apa saya jadi manja begini ada hubungannya sama kehamilan kamu?" tanya Al
"Mungkin kamu yang ngidam? Hahahah"
Sorry telat up ya, lagi sibuk dan mumet nih hehe. Makanya vote ya biar aku semangat!!