Bara dan Lingga yang baru pulang dari rumah sakit, saat membuka pintu. Mereka menemukan Bi Emah sedang sapu-sapu padahal jam segini biasanya perempuan tua itu sudah pulang.
Hal yang sangat tidak wajar sekali, dimata Bara.
Bara langsung memicingkan matanya begitu menyadari jika yang disapu Bi Emah adalah serakan beling.
"Bi bekas siapa?"
Bi Emah yang sedang fokus menyapu langsung tersentak kaget.
"Eh- Den, anu. Bekas bibi gak sengaja ngejatuhin gelas"
Bara menatap curiga Bi Emah yang tampak seperti menyembunyikan sesuatu, apalagi gelagat gelisahnya yang begitu kentara di wajah yang penuh keriput itu.
"Bi, bibi jujur ajah "
Dipinta seperti itu,Bi Emah tetap bersikukuh jika itu adalah perbuatannya.
Lingga yang melihat ketidaknyamanan Bi Emah yang nampak didesak oleh Kakaknya. Menarik ujung seragam Bara.
"Kak"
Bara yang mendengar itu, membuang nafas lelah mungkin dia hari ini terlalu letih jadi mudah sekali baginya terbawa emosi.
"Ya udah, bibi lanjut ajah. Hati-hati ya Bi" Ujar Bara akhirnya, Bi Emah mengangguk dan diam-diam bernafas lega.
Selesai urusan dengan Bi Emah.
Bara langsung menghadap adiknya. "Lingga ganti baju dulu, nanti abis itu kita makan. Gue ke atas dulu" Selesai berkata begitu Bara langsung naik ke atas. Meninggalkan Lingga yang kini menatap kepergian Bara sambil merapalkan kata maaf di dalam hatinya.
"Bi,gak usah biar Lingga ajah"
Bi Emah langsung menggeleng "Jangan den, biar bibi ajah"
Lingga tersenyum, lalu dengan lembut mengambil alih sapu di tangan Bi Emah.
"Bibi, Mending ke Bunda ajah pasti Bunda lagi butuh bibi kan?"
Bi Emah tercekat, hendak menyanggah tapi Lingga keburu membuka suaranya kembali.
"Bibi, Lingga ini udah tau semuanya. Bisa bibi bantu Lingga?"
Bi Emah mengangguk pasrah jika memang majikannya ini sudah tau mau gimana lagi menutupi pun tidak ada gunanya, dalam hati dia sangat mengasihani majikannya ini meski sudah tau tapi masih bisa tersenyum.
"Den, Bibi minta maaf ya"
Lingga menggeleng, merasa lucu. Bi Emah yang tidak salah apa-apa dan tidak ada sangkut pautnya malah meminta maaf padanya.
"Kenapa minta maaf ,orang gak ada yang perlu dimaafin juga"
Jawab Lingga sambil tersenyum lebar memamerkan gigi kelincinya.
Berbeda dengan Lingga yang sedang berusaha untuk tetap mempertahankan senyumannya, Tara diatas sana melihatnya tidak terbaca.
*****
Pele meringis begitu Wanda menarik tangannya, membenarkan.
Tadi Pele tidak sengaja menabrak motor, saat pelarian. Genta benar-benar bedebah. Ternyata dia hanya berpura-pura dan menunggu Pele lengah dan begitu Pele keluar lima orang telah menunggunya di luar bangunan bersiap menyerangnya dengan senjata tajam.
Untung saja Pele ahli menghadapi situasi seperti itu ditambah alat-alat yang dibawanya, jika tidak,mungkin Pele sudah habis ditangan mereka.
Pele juga berhasil memberikan kejut listrik dari stun gun yang dia bawa, kepada tiga orang dari lima orang itu seperti ketika dia melakukannya saat penyerangan ke kakak kelas waktu itu. Dan akhirnya Pele pun berhasil kabur saat kedua orang yang masih sadar panik dengan keadaan rekannya.
Tapi ternyata ada dua orang lagi yang menunggunya di jalan masuk ke area ini, Pele melihat itu langsung saja mengebut dan dari belakang ternyata kedua orang itu telah siap mengejar.
Terjadi kejar-kejaran antara Pele dengan orang suruhan Genta cukup lama.Akan tetapi tetap saja Pele masih bisa menghindar dan walaupun harus berakhir menabrak seseorang dan tangannya menjadi korban.
"Makanya, lain kali hati-hati. Kebiasaan jelek Lo Ini bikin om marah. Di!" Kata Wanda yang selesai mengobati tangan Pele, lalu memberikan cubitan di pinggangnya membuat Pele mengaduh karenanya.
"Ikhlas dikit kek, sakit Anjir!"
Di protes begitu, Wanda malah memeletkan lidahnya lalu memberikan jari tengah ke Pele.
"Bersyukur Lo. Gue udah biarin Lo ganggu acara masker gue!" Sahut Wanda lalu pergi ke arah dapur meninggalkan Pele yang berada di ruang tengah.
Pele mendengus mendengarnya.
"Untung ajah Lo cewe kalo laki udah gue ajak duel!"
Wanda yang masih bisa mendengar rutukan Pele, menyahut dengan suara keras.
"Main adu panco sama gue ajah kalah, apalagi Lo ngajak duel gue yang laki. Bisa mati Lo ditangan gue!"
Pele kembali merengut sebal, dia lupa Wanda itu pemegang sabuk hitam strip satu garis putih.
"Anjing lah!"
*****
"Ga, Lo gak mau balik ke rumah?"
Saga menggeleng kepala untuk yang kesekiannya, sebenarnya Oka juga sudah bosan menanyainya. Tapi tetap saja harus dia lakukan.
Oka mengambil tempat di samping ranjang Saga, lalu dengan satu tarikan menarik wajah Saga yang sedang melihat tv, menghadapnya.
Saga langsung menatap dingin tingkah Oka itu, yang memaksanya.
Tidak berpengaruh sama sekali, Oka malah mengambil nafas panjang Saga sama sepertinya. Lalu menatap Saga dengan getir yang sama tampak di balik mata Saga yang tajam.
"Saga dengerin gue, mau Lo tolak sebagaimanapun itu tetap rumah Lo. Punya Lo Sa-
Saga memotong "Bahkan ketika mereka gak anggap gue?"
Oka meringis mendengarnya, sebenarnya Saga lebih parah dari dia, Oka memang dijadikan boneka oleh kedua orangtuanya tapi dia diakui. Beda dengan Saga yang hidup bebas sebebas-bebasnya tapi tidak ada yang mengakui.
Jadi kurang lebih kondisinya seperti ini, bebas tapi tidak diakui. Apa terkekang diakui.
Oka mengacak rambut rapihnya, memikirkan itu sama saja tidak menyenangkan, ujung-ujungnya malah tetap saja membatin.
"Oke, kalo gitu Lo mau ngapain kalo gak balik? Gue gak bisa selalu ada buat Lo. Lo inget kan gue ini punya jadwal les seabrek?"
Saga mengendurkan otot-otot wajahnya yang tegang, ditanya dan diingatkan seperti itu membuat Saga juga ikut bingung.
Saga tidak menjawab dia malah membaringkan tubuhnya dan berbaring memunggungi Oka.
Lagi-lagi Oka hanya bisa menghela nafas.
*****
Bara menatap bingung, Lingga tidak ada disini dan mamahnya juga.
Tapi suasana kembali seperti sedia kala, papahnya juga bertanya tentang hari Tara dan Bara. Saat sebelum memulai acara makan malam.
Tara juga tampak bawel dan menyebalkan seperti biasanya.
Tidak ada tanda-tanda dari keduanya yang heran dengan ketidakhadiran kedua anggota yang lain.
Bara yang tidak tahan, langsung saja menaruh sendoknya .
"Pah, mamah dimana?"
Tara langsung menghentikan gerakan menyuapnya tapi hanya sebentar begitu Ferdi menjawab pertanyaan kakaknya.
"Mamah lagi gak enak badan, ada di kamar. Jangan diganggu kasian"
Bara mendengar itu langsung mengangguk mengerti, lalu kembali melanjutkan acara makannya. Dia berpikir mungkin Lingga juga saat ini sedang merawat Mamahnya. Bara jadi ingin cepat-cepat selesai makan, dan pergi ke kamar Mamah untuk mengecek kondisinya tapi tadi papah menyuruhnya untuk tidak mengganggu jadi mungkin Bara akan mengeceknya besok.
Padahal dia tidak tahu, jika Lingga berada di kamarnya saat ini ,sedang mengemas Barang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Untuk Lingga (Completed)
Teen FictionSegala sesuatu bentuk plagiat ,adalah hal yang paling tidak dibenarkan❗ Mari, biar ku ajak kamu berkenalan dengan Lingga dan lika-liku perjalanannya. Tapi jika kamu tidak sabar. Kamu tidak akan bisa mengerti Lingga. Maka dari itu sebagai seorang pen...