"Haera! Mau kakak tinggalin?" teriak sang kakak dari bawah. Haera, mengendus kesal. Segera memakai tas milik nya dan memakai sepatu.
"Sebentar kak!" terburu-buru menuruni anak tangga dengan rambut yang masih berantakan, tidak di ikat.
Brak
"Aw.." rintis nya setelah tersandung dari tangga. Yeonjun tersentak dan membantunya untuk berdiri.
"Astaga, lain kali hati-hati, ra. Mana yang sakit?" menundukkan tubuhnya untuk melihat kaki Haera yang terluka.
"Udah kak, cuma sakit dikit aja kok"
Yeonjun berdiri, "Yaudah, sini kakak ikat rambutnya" Yeonjun berjalan mendekati adik nya yang sedang mengelus tulang keringnya seraya meringis.
"Itu kakinya beneran gak papa? Atau mau diobati dulu?" Haera menggelengkan kepalanya antusias.
"Haera gak papa, kak. Nanti juga cepat sembuh" terdengar hela napas parah dari belakangnya, apa kakak nya begitu khawatir padanya? Pikirnya.
"Udah, ayo nanti terlambat" ucap nya usai mengikat rambut Haera seraya mengambil kunci motor di meja tv.
"Kan kakak yang terlambat bukan Haera"
"Mentang-mentang kamu murid baru, udah cepat" ia tersenyum, membuat Yeonjun menarik hidung nya gemas dan segera menarik tangan adik nya itu menuju motor.
Haera pindah sekolah.
Itu keinginan kedua orang tua nya, karna mereka akan memutuskan untuk pergi ke luar kota untuk menjenguk nenek nya yang sakit. Awal nya, Haera dan Yeonjun ingin ikut. Tapi, Kedua orang tua nya tidak mengizinkannya karna masalah sekolah mereka.
Haera pindah sekolah agar tidak menyusahkan kakak nya untuk mengantar jemput ke sekolah lain dari sekolah nya yang lumayan jauh saat kedua orang tua nya pindah. Memang, saat Haera masih di sekolah nya, Ia diantar jemput oleh ayah nya.
Tak kerasa setelah beberapa menit, ia sudah sampai di sekolah barunya. Tidak, bukan di depan gerbang. Melainkan, di belakang sekolah untuk menurunkan Haera di sana. Ya, sesuai janji Haera. Merahasiakan jika mereka adalah saudara kandung dan tidak saling mengenal. Entahlah, Haera hanya takut masa itu terulang kembali yang sangat menyayat hatinya.
"Ra, cepat turun. Kamu kenapa melamun?" Haera pun tersadar dan segera melepas helm nya dan turun dari motor nya.
"Yaudah, kakak pergi duluan. Baik-baik jadi murid ya" ucap nya dan pergi usai mengacak-ngacak rambut Haera yang sedang tersenyum.
Segera lari menuju gerbang sekolah, tidak terlalu ramai. Ia menarik napas panjang dan membuang nya agar tidak gugup. Melihat sekeliling lapangan, dimana kakak nya yang sudah berbincang dengan teman nya, tas masih setia dipundaknya.
"Astaga, ternyata gak langsung masuk kelas" gumamnya. Berjalan pelan memasuki gerbang, memberhentikan langkahnya seraya menepuk keningnya dan mengomeli diri nya sendiri.
"Sialan, gue lupa nanya ruang kepala sekolah ke kak Yeonjun" Kembali berjalan pelan, sedikit tersentak saat merasakan tangan yang menyentuh pundaknya. Menoleh kebelakang, ia semakin terkejut siapa yang menyentuh pundaknya itu.
"Hani?" orang itu, ikut terkejut, Haera yang melihat kedatangan teman dekat saat SD itu langsung memeluknya. Sungguh ia sangat merindukannya yang sudah lama tidak berjumpa. Ya, terakhir mereka bertemu di saat perpisahan SD.
"Lo, beneran Haera kan? Kok makin tinggi aja?" tanyanya yang membalas pelukan Haera.
"Gue udah besar sekarang, bukan anak SD lagi" ucap Haera memukul kepala Hani pelan usai melepaskan pelukan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Brother
Fiksi Penggemar"Jangan sesekali lo nyakitin dia, kalau lo masih nyakitin dia, lo berurusan sama gue" Sepasang kakak beradik, yang merahasiakan satu sekolah nya jika mereka adalah saudara kandung? Entahlah, ini wajar atau tidak. Mereka merahasiakan nya dengan alasa...