::Chapter 3::

361 78 2
                                    


Satu kata yang terlintas di benak milikku. "Aneh."

Sungguh aneh. Segalanya aneh. Seisi rumah ini aneh. Terlebih aku kemaren bangun tanpa mengenakan busana sama sekali, untung saja, Bibi Sunmi segera membawakanku baju. Iya, baju. Kalian jangan berpikir aneh-aneh. Baju setelan jas, lengkap dengan dasi dan sabuk yang terbuat dari kulit.

Suara kenop pintu terbuka. Aku yang sedang duduk di kursi meja belajar yang berada di ruang kamarku pun menoleh. "Ada apa?" ujarku.

Aku menjatuhkan pandanganku ke seorang laki-laki yang memiliki selisih umur lima tahun denganku.

San menatapku. "Nona Bae Irene memanggil kita semua, Kak." Ia pun berjalan mendekatiku. "Aku dengar dirinya memiliki paras yang sangat cantik."

"Siapa?" tanyaku untuk memastikan kalau ucapan San tidak main-main.

"Nona Bae Irene."

"Ooh," gumamku.

San tersenyum jahil ke arahku. "Tumben Kakak kepo ... Mau digebet?" tanya San.

Aku berdiri dari dudukku. Lalu, mengambil ikat pinggang yang disediakan oleh Bibi Sunmi. Tatapan tajamku kini kualihkan ke laki-laki ceking alias, Choi San, yang masih berdiri di depan pintu kamarku. "Kamu aja yang saya slepet, gimana?" ujarku.

"Tidak, terima kasih atas tawarannya, Nona Kang ...." San mundur beberapa langkah dari posisi awal dirinya berdiri. "Saya izin pergi terlebih dahulu, mau mandi, Kak."

Aku menghelakan napasku dengan kasar. "Emang secantik apa sih?" pikirku.

Aku melanjutkan sarapanku yang sedari tadi kutunda karena ada oknum Choi San yang rusuh dan mengganggu makan pagiku yang tadi dihidangkan oleh Asisten Bibi Sunmi.

ㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤ


Kini, kami bertiga sedang berdiri di pojokan ruang makan yang ada di kediaman milik Keluarga Bae. Aku melihat Wonwoo yang sedang memperhatikan ornamen-ornamen yang menghias dinding ruang makan tersebut, dan membuat kesan elegan.

Aku akui, selera seni Keluarga Bae sangatlah bagus, desain kediaman Keluarga Bae ini sangatlah indah dan enak dilihat. Contohnya bilik kecil tadi, tempat di mana aku terbangun ... tanpa busana. Aku memperhatikan detail-detail yang ada di ruangan itu. Lantai yang terbuat dari Lantai yang bermotif kayu, Dinding kamar yang dipenuhi dengan rak-rak buku, terlihat sangat klasik untuk kelas rumah berbentuk seperti kastil ini.

Suara langkah kaki pun terdengar, mendekat ke arah ruang makan. Aku langsung berdiri tegak, menyambut kedatangan sang nona. Pintu pun telah dibuka. Seorang wanita berkulit putih pucat masuk ke dalam ruang makan. Rambut cokelat kehitaman miliknya membuat kesan elegan. Bibir merah muda yang terlihat sangat lembut itu tersenyum. Netra cokelat miliknya ia arahkan ke mataku.

Aku menelan ludahku dengan susah payah, memperhatikan fitur-fitur yang dimiliki oleh figur mungil yang berjalan masuk ke dalam ruang makan.

"Selamat siang semuanya," sapanya. "Tidak perlu berbasa-basi lagi, izinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Bae Irene. Salam kenal."

Aku, Wonwoo, dan San pun menjawab, "Salam kenal juga, Nona." Dan kami pun mulai memperkenalkan diri.



Hai, terima kasih karena telah menunggu cerita-cerita milikku. Ada yang punya saran buat aku ngga? Kalian suka aku nulis pake Baku, semi-baku, atau yang bahasa sehari-hari? Dan satu lagi, kalian suka cerita yang gimana?

Terima kasih! Jangan lupa vote and comment. Love you all <3
Tapi lebih love ke Park Sooyoung!

Arrangement, SeulreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang