"Seulgi."Gadis bersurai hitam kecoklatan itu menengok kearah orang yang memanggilnya. Ia menjawab panggilan itu, "ada apa?"
"Tuan Choi menunggumu di ruangan miliknya, semangat!" jawab kawannya itu yang bernama YooA.
"Terima kasih," ucap Seulgi.
Sesegera mungkin Seulgi meninggalkan YooA sendirian. Ia langsung bergegas menuju ruangan atasannya itu, Tuan Choi.
Ruangan demi ruangan ia lewati, lampu yang redup menjadi ciri khas dari koridor itu. Seulgi sendiri selalu terheran-heran, kenapa Tuan Choi yang begitu kaya menjadikan gedung tua ini sebagai kantornya.
Seulgi menghentikan langkah kakinya tepat di depan sebuah pintu berwarna coklat yang ia yakinkan itu terbuat dari kayu jati. Ia mengetuk pintu tersebut.
Tok tok tok
"Siapa?" kata seseorang dari dalam ruangan tersebut.
"Kang Seulgi, tuan," kata seulgi dengan nada datarnya.
Terbukalah pintu coklat itu.
Seulgi melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut. Jika kalian membayangkan isi ruangannya mewah seperti gedung perkantoran pada umumnya, maaf isi ruangannya tidak seperti itu. Ruangannya menggunakan lantai kayu. Di dinding ruangan tersebut terdapat rak-rak yang berisikan buku-buku tua. Dan ada di sana ada meja milik Tuan Choi beserta sofa yang kadang dipakai Tuan Choi beristirahat.
"Duduklah anakku," ujar Tuan Choi yang sedang menyeruput secangkir teh.
Seulgi duduk di sofa yang berada di sebrang meja Tuan Choi. Tuan Choi menghampirinya. Duduk di sebrang Seulgi terduduk.
"Ada apa Tuanku?" tanya Seulgi yang masih duduk dengan tegak.
Tuan Choi mengeluarkan kotak rokok berwarna silver andalannya. Lalu mengambil satu batang rokok, ia membakarnya. Lalu ia hisap perlahan.
"Sudah saatnya kamu melihat dunia luar, Seulgi," kata Tuan Choi.
"Kenapa tuan berkata demikian?" tanya Seulgi.
Pria paruh baya itu mengeluarkan asap dari mulutnya dengan kasar. "Ada yang ingin memakai jasamu," ujar Tuan Choi.
"Bukannya sudah biasa kalau ada yang meminta dilindungi?" tanya Seulgi lagi.
"Mereka bukan orang biasa, Seulgi," jawab Tuan Choi.
"Mereka ... nggak seperti keluarga biasa, bisa dibilang keluarga bangsawan," sambungnya.
Seulgi berdiri lalu berjalan kearah dispenser yang ada didekat pintu. Ia mengambil segelas air dan langsung meminumnya.
Ia langsung balik ke hadapan 'tuan'nya itu.
"Lalu? Apa yang mereka inginkan dariku?" tanya Seulgi lagi.
Tuan Choi mengambil cangkir teh tadi, lalu menyeruputnya perlahan. Lalu ia letakkan lagi disaat yang bersamaan Seulgi menghela nafasnya dengan kasar.
Tuan Choi memejamkan matanya petanda ia menyiapkan diri untuk berbicara kepada Seulgi. Lalu ia pun angkat suara, "ngga ada apa-apa, anakku. Mereka hanya ingin kamu yang bekerja jadi bodyguard salah satu anak mereka"
"Cuman anak kan?" tanya Seulgi.
Tuan Choi mengangguk. "Iya, umurnya beda tiga tahun, ia lebih tua darimu," ujar Tuan Choi.
"Baiklah, saya terima tawarannya," jawab Seulgi.
"Berkemaslah wahai anakku, dua hari lagi kamu akan kupindahkan kesana."
.
.
.Hi, finally, ada ide buat nulis. Mungkin di ff kali ini akan lebih berat dan berbobot dari ff ku yang lain. Dan buat kalian yang nungguin banget ff² ku yang lama... sadly, ku gak sengaja delete semua worknya hehehehe
Atas bentuk permintaan maaf, aku bikin fanfiction ini, mungkin bakal menyeluruh bersama anggota Red Velvet dan grup smtown yang lainnya.
Sooooo... tolong support fanfiction ini dengan cara vote dan komen ya! Thank you.
Dadahh!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Arrangement, Seulrene
أدب الهواة"Aneh." Satu kata yang menurutku sangat cukup untuk mendeskripsikan Nona Bae. Paras indahnya terkadang sangat mempesona. Wangi badannya bagaikan candu, menghipnotis indra penciumanku.