"Kau memang selalu menjadi pemenang, Jennie Kim. Kau bahkan pandai merebut hati dan perhatian seseorang. Namun, akhirnya kini aku mengalahkanmu. Kau hanya perlu menjadi gadis penurut, lalu mendesah dan menyebutkan namaku saat pelepasanmu!" -Kim Taeh...
Seorang gadis dengan surai panjang tengah menyeringai, menunjukkan senyum mengejeknya pada seorang pemuda yang saat ini berdiri tepat di hadapannya.
"Aku dengar ...." Gadis itu dengan sengaja menjeda kalimatnya, nadanya jelas telak seolah dirinya ingin menjatuhkan sosok pemuda yang kini menatapnya tak suka. "Ujian Fisikamu hanya mendapatkan nilai A?!"
Jennie Kim, gadis yang memakai seragam sekolah begitu ketat juga rok yang pendek itu menggerakkan tangan kanannya, kemudian meletakkannya tepat di bahu seorang Kim Taehyung. "Aku mendapat A plus, kau tau?"
Senyumnya begitu congkak. Dalam hati seorang Kim Taehyung, dirinya ingin sekali membanting seorang gadis ber-nametag Jennie Kim itu. Namun, tentu saja ia urungkan.
Taehyung bukan laki-laki pengecut. Ia bukan tipikal orang yang menyiksa lawannya, apalagi itu seorang perempuan.
Lagi-lagi Kim Taehyung hanya bisa menghembuskan nafasnya. Ia tak ingin lagi menanggapi Jennie.
Terakhir kali berurusan dengan Jennie, dirinya harus dipanggil ke ruang kepala sekolah dan berakhir disidang karena gadis nakal itu mengadukan hal yang tidak-tidak tentang Taehyung.
"Lima menit lagi bel jam keempat berbunyi, sebaiknya kau menyingkir dari hadapanku!" ucap Taehyung dengan nada datar yang membuat Jennie mengernyitkan keningnya tak suka.
"Siapa dirimu memerintah seorang gadis cantik sepertiku?"
Jennie memang menyebalkan, ia adalah gadis pengganggu. Setiap harinya ia akan membuat sebuah keributan.
Jennie seperti itu sejak dirinya berada di kelas 11 hingga kini dirinya sudah duduk di bangku kelas 12 semester akhir.
"Apa yang kau lihat?" tanya Jennie seraya mendorong bahu Taehyung, namun pemuda itu tentu saja tak bergeming, karena dorongan Jennie memang hanya main-main. "Jangan menatapku seperti itu. Kau benar-benar psikopat gila, Kim Taehyung!"
Taehyung hanya tersenyum miring. "Psikopat gila? Bukankah kau psikopatnya?!" Cha Eunwoo, teman satu kelas mereka kini berdiri di samping Taehyung dengan jemari menggenggam sebuah kap minuman dingin.
"Ish. Kalian sama saja!" Jennie akhirnya berlalu, ia memilih untuk pergi daripada mengganggu Taehyung dan Cha Eunwoo.
Gadis itupun segera duduk. Jennie memang seperti itu, dirinya seringkali mengganggu banyak orang, tetapi dirinya sendiri tidak ingin orang-orang mengusik hidupnya.
Irene menghampiri Jennie, gadis cantik itu adalah ketua kelas dan kebetulan juga sahabat Jennie.
Hmm ... sebenarnya mereka baru saling dekat beberapa bulan lalu.
Jennie penyendiri. Dia tidak membutuhkan siapapun. Dia bisa melakukan segala hal tanpa bantuan orang lain. Dia kaya raya, pintar, memiliki wajah cantik dan tubuh indah sebagai aset yang selalu ia sombongkan.
Irene? Gadis yang kini duduk di depan Jennie adalah pendengar yang baik. Ia selalu memperhatikan Jennie, bisa dibilang, Irene lah satu-satunya orang yang peduli pada Jennie.
"Mau berteman denganku?" Lima bulan lalu Irene mengucapkan kalimat itu pada Jennie, dan hanya anggukan yang ia dapat.
"Kau ada masalah apa dengan dua manusia itu?" tanya Irene, ia meletakan sebuah susu kotak rasa cokelat di meja Jennie.
"Kenapa wajahmu kusut? Hei! Bukankah gadis cantik seperti kita tidak pantas menunjukkan wajah seperti itu ...." Irene tengah membujuk sahabatnya.
Jennie meraih susu kotak di hadapannya, kemudian menarik sedotan dan segera menusuk tepat di bagian yang seharusnya. "Taehyung. Dia sangat menyebalkan!"
Irene mengangguk lembut. "Mengapa dia menyebalkan? Apa dia menganggumu?"
Jennie menggelengkan kepalanya. "Heol. Tidak berani dia mengusikku. Aku yang mengganggunya, Rene-ah!"
Irene si gadis berambut cokelat itu terkekeh. "Lalu, bukankah harusnya Kim Taehyung yang merasa sebal? Selama ini, pengganggu di sekolah hanya kau, Jen!"
"Oh. Kau bahkan kini ada di pihak mereka, ya ...." Jennie meletakkan kembali susu kotak pemberian Irene. Kemudian ia mengambil sebuah buku dari kolong mejanya.
"Kau tak ingin berbicara denganku lagi?" Irene tentu sangat paham dengan Jennie. Ketika Jennie dalam mood tak ingin berbicara, gadis nakal itu akan mengeluarkan buku dan menuliskan kalimat yang seharusnya ia ucapkan.
Tinggalkan aku dulu!
Irene hanya mengangguk setelah membaca tulisan Jennie. Ia segera pindah ke kursi miliknya yang berada tepat berhadapan dengan meja pengajar.
Handphone Jennie bergetar. Gadis itu segera merogoh handphone yang berada di saku almamater yang ia gantung di kursi.
Terdapat pesan masuk dari Hyunbin—Ayahnya. Jaksa terkenal yang begitu sangat sibuk.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
To be continued 🙂 Bagaimana dengan part ini? Aku mengharapkan antusias dari kalian semua. Jangan lupa vote dan koment😉