Chapter 3

187 12 0
                                    

-Saat Kita Bersama-

Normal POV

Angin sore menelusuk memasuki jendela kamar kecil nan sederhana itu. Membuat gorden orange yang berada di jendela melambai-lambai seiring tiupan angin. Matahari yang sudah condong ke barat membuat ruangan kamar sedikit gelap. Tapi dua sosok anak manusia di kamar itu masih saja terlelap dengan tenang disana. Sosok pertama seorang gadis berusia 12 tahunan tengah terlelap di tempat tidur. Sementara sosok lainnya seorang anak laki-laki berusia sama terlelap di samping sang gadis, duduk di lantai sedangkan kepalanya di tepi tempat tidur dengan tangan kirinya sebagai bantal. Pegangan tangan anak laki-laki ke sang gadis masih belum lepas meskipun mereka tertidur pulas.

Tak lama kemudian sang gadis siuman. Ingatan tentang kejadian sebelumnya kembali berputar di kepalanya, dia melihat ke sekeliling mencari tahu dimana dia sekarang. Tempat yang asing baginya, dia sama sekali tidak tahu dimana dia sekarang, dia belum pernah kesini sebelumnya.

Tapi kebingungannya segera terjawab setelah dia merasakan kalau tangan kanannya dari tadi ada yang menggenggam. Dia menoleh dan melihat sosok anak laki-laki yang tertidur disampingnya. Tangan mereka saling terpaut, atau lebih tepatnya tangannya digengggam oleh sosok anak laki-laki disampingnya. Digenggam dengan erat seolah tidak mau kehilangan dirinya.

Berada di kamar orang yang disukainya, berdua, berpegangan tangan, itu semua sudah cukup membuat pipi sang gadis merona hebat. Belum lagi saat dia sadar kalau dia berada disini, berarti anak laki-laki itu menggendongnya kesini 'kan? Dia membayangkan bagaimana anak laki-laki itu menggendongnya kesini. Warna pipinya semakin matang membayangkan hal itu.

Sang gadis berusaha menenangkan dirinya. Kadang dia kesal kenapa dirinya selalu saja malu dan panik saat berada di dekat orang yang disukainya itu. Memang itu kebiasaan yang harus mulai dia hilangkan. Kalau dia malu terus, sampai kapanpun dia tidak akan bisa dekat dengan laki-laki pujaannya itu.

Butuh waktu 20 menit untuk menenangkan dirinya dan memberanikan diri untuk membangunkan sosok yang tertidur disampingnya.

"Na-Naruto-kun..." panggil sang gadis kepada anak laki-laki disampingnya yang bernama Naruto itu. Sosok itu masih saja tertidur dengan lelapnya.

"Naruto-kun... Naruto-kun?" ulang sang gadis, kali ini dengan lebih keras.

"Hmmm..." Akhirya Naruto terbangun, mengucek-ngucek matanya kemudian memandang orang yang membangunkannya. "Oh, kamu sudah bangun Hinata-chan?"

"Chan?" tanya Hinata, nama gadis itu, balik bertanya. Rona merah di wajahnya yang susah payah dia hilangkan tadi kembali muncul. Hinata tidak sadar kalau sebenarnya Naruto sudah memanggilnya dengan suffix 'chan' dari tadi siang.

"Boleh 'kan aku memanggilmu Hinata-chan?" tanya Naruto lagi, kali ini sambil tersenyum.

"Umm.. Boleh kok," jawab Hinata pelan, menyembunyikan rasa malunya.

"Mau minum?"

"Ti-tidak usah repot-repot."

"Tidak apa-apa, tunggu disini," kata Naruto sambil berlalu ke arah dapur. Tidak lama kemudian dia kembali dengan segelas air putih di tangannya.

"Minumlah."

"Terima kasih."

Sementara Hinata minum, Naruto hanya diam memperhatikan. Sesekali bibirnya membentuk seulas senyum. Tanpa disadarinya dia terus memandang Hinata meskipun Hinata sudah selesai minum.

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang