Chapter 1

620 34 2
                                    

-Kembali Ke Masa Lalu-

Desa itu sekarang sudah hancur berantakan. Tidak ada satu pun bangunan yang luput dari kehancuran, semua nyaris rata dengan tanah. Pertarungan antara Pain dan Naruto beberapa saat lalu benar-benar menjadikan Konohagakure sebuah medan perang yang hanya menyisakan kehancuran dan kesedihan.

Naruto telah berhasil mengalahkan Pain dalam pertarungan itu. Tapi bukan kebahagiaan yang ia dapatkan. Melainkan kesedihan, penyesalan, dan kepedihan yang bercampur menjadi satu.

Disanalah dia sekarang, di antara bangunan-bangunan yang hancur, diantara mayat-mayat para pahlawan yang membela Konoha. Tubuhnya bergetar memeluk tubuh lain yang tak berdaya, tubuh seorang kunoichi yang rela mengorbankan dirinya untuk Naruto. Kulit putih gadis itu sudah tergantikan dengan warna merah darah. Mata lavendernya terpejam menahan sakit.

"Kenapa kamu lakukan ini Hinata?"

Hinata membuka matanya dan menemukan lelaki pirang itu dihadapannya, memeluknya dengan erat. Pipinya merona. "Na-naruto-kun... syukurlah ka-kamu selamat."

Sungguh baru kali ini Naruto memeluknya. Ironisnya ini terjadi saat ia merasa hidupnya tidak lama lagi. Mungkin ini akan jadi pelukan pertama dan terakhirnya dengan Naruto. Ditatapnya wajah Naruto yang terlihat khawatir. Hinata mencoba menunjukkan senyum terbaiknya kepada Naruto.

"Bodoh.. Di saat seperti ini kamu masih mementingkan keadaanku, sekarang yang lebih penting itu keadaanmu," kata Naruto memegang erat tangan Hinata. Nada khawatirnya terlihat jelas dalam kata-katanya.

"..." Hinata hanya kembali tersenyum sambil menahan rasa gugupnya. Bahkan di saat seperti ini, rasa gugupnya saat berhadapan dengan Naruto tidak juga hilang.

"Kita harus segera mencari ninja medis," kata Naruto semakin khawatir.

"Ti-dak usah.." Hinata menggeleng pelan dan membalas pegangan tangan Naruto.

"Kenapa?" Naruto menatap Hinata dengan tatapan bingung bercampur sedih.

"A-aku merasa waktuku ti-dak lama la-gi." kata Hinata terbata-bata.

"Jangan bilang begitu Hinata! Kita harus..." Hinata menahan tangan Naruto saat Naruto berusaha mengangkat tubuhnya. Naruto bingung harus apa, ia tidak tega melihat Hinata kesakitan seperti ini. Walaupun Hinata menyembunyikan rasa sakitnya, tapi Naruto tau itu.

"Tidak, Na-naruto-kun.. kita disini saja."

"Tapi..." Di sisi lain Naruto juga tidak mau menolak kemauan Hinata yang ingin tetap disini.

"A-aku ingin.. uhuk-uhuk..." Hinata terbatuk, darah segar mengalir keluar dari mulutnya. Dia menggigit bibir bawahnya menahan rasa sakit.

"Hinata?" Naruto kembali panik melihat keadaan Hinata.

"Aku ingin.. ingin.. ber-berdua sa-ja dengan-mu disaat terakhir ini.." Wajah Hinata kembali merona saat mengatakan itu.

"Hinata..." Mendengar pernyataan Hinata, Naruto tidak bisa berkata apa-apa lagi, tatapannya melembut. Dipeluknya Hinata lebih erat. Entah apa yang dilihat Hinata dari dirinya sampai rela berbuat seperti ini. Apa dirinya begitu berharga untuk Hinata? Begitu berhargakah sampai mengorbankan nyawa pun ia mau? Naruto hanya bisa menatap Hinata dengan tatapan sedih.

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang