🦋01. Jangan lirik!

6 2 0
                                    

Heeeii..

Apa gak lagi ada hal yang seru disini?

Selain menatapnya dari kejauhan?

Itu boring. Tapi gue selalu berbuat gitu.

Kenapa sih dia selalu bercahaya?

Ngeselin.

🍯

"Pagi anak pungot!" Bu Lillian sebagai wali kelas memasuki kelas dengan santainya.

"Pagi mimi peri" Jawab murid muridnya yang sudah seperti adiknya sendiri. (Lillian usianya 31, masih lajang dan penampilannya heboh; rambut warna pink badass, high heels gucc*, kulit bersinar, tas kulit ular berkaki, kacamata hitam merek ch*nel.)

"Aih, Sulastri. Kamu tidur lagi?" Lillian melipat tangannya dan menatap siswi di bangku pojok paling belakang.

Siswi tersebut menegakkan kepalanya."Nama saya Sanita, Mi. Sanitareka Atherson. Jauh banget astaga"

"Terserah kamu Sulastri. Yang penting jangan tidur selama jam pelajaran. Atau mau Mimi kasih diskon?"

"Diskon? Diskon apaan Mi?" Semua murid tertarim dengan kata yang terkait dengan harga murah.

"DISKON NILAI." Lillian tersenyum dengan aura ungu yang memancar membuat semuanya ciut seketika.

"Gigolo mana gigolo?" Lillian tampak mencari cari seorang muridnya.

"Itu dia gigolonya Mimi!" Jawab seorang siswa berkacamata (Wahyu Ilham) dengan menunjuk kearah temannya yang duduk disamping mejanya.

"Hahaaha!" Semua murid menertawakannya karena disebut gigolo oleh lillian.

Pipi siswa tersebut memerah seperti tomat."Saya Givano, Mi! Bukan gigolo! Saya gak serendah itu Mi!"

"Ah, iya ketua kelas. Mimi gak bisa inget nama kalian. Mimi cuma inget cinta kalian kepada Mimi. Aw"

"Haah, hentikan itu." "Gak bosan apa?" "Mimi makin mirip Mimi Peri kalo gitu." Protes murid muridnya yang jijik.

"Karna waktu kita terbatas, ketua kelas, catat ini di papan tulis. Dari halaman 7 sampai 52." Lillian kembali tersenyum dengan aura ungu yang keluar.

"Mimi Tinggal Dulu. Awas. Kalo. Ribut." Ucapnya dengan penekanan di tiga kalimat terakhir.

"Ayo gigolo! Layanin Mimi Peri!" Kata Ilham.

Givano melempar buku cetak matematikanya yang setebal iman dan taqwanya kearah Ilham, dengan lihai Ilham menghindari siraman rohani dari Givano, "Aduh!" Jerit Sanita yang terlempar buku.

"E-eh Sanita, maaf! Gue gak sengaja!" Givano menghampiri Sanita yang merasakan sakit di tulang hidungnya.

Givano menjongkok dan menaikkan kepalanya untuk memastikan Sanita baik baik saja. Soalnya bukunya tebel banget kayak buku.

Deg..

Sanita yang mendapat perlakuan seperti itu merasakan pipinya memanas. "Loh, muka lo merah! Apa demam gara gara gue?" Sekarang Givano malah meraba raba pipi Sanita.

"GAPAPA!" Sanita menepis tangan Givano dan menutup wajahnya yang sekarang sudah seperti tomat.

"Oh.. yakin gapapa?" Givano beralih posisi menjadi berdiri. "Gue antar ke UKS?" Givano menarik tangan Sanita.

"Gapapa gapapa." "Demi alek gapapa." Jawab dua lelaki yang termasuk golongan tak punya kisah cinta. (Kone dan Abdul)

"TAPI LO MIKIR LAH AJG." Sambung seluruh siswa setelah Kone dan Abdul.

"Hah?" Givano tidak mengerti. Sedangkan Sanita yang sudah memerah makin memerah karena dipermalukan.

"Udah lo catet aja di papan tulis. Gue gapapa." Sanita melepaskan tangan Givano pelan.

"Kuatkan hambamu ini Ya Allah." "Biasalah" "Innalillahi" "Ngeri ngeri." Begitulah momen haru dalam kelas ini. Kelas 9-J  atau bisa disebut kelas 9 Jamet. (Ohoho masi bocil)

🍯

Cerita baru lagi🤔
Padahal wp yg lama2 belum kelar2 juga😂
Mager bgt syumpaa

Yaudah dd usahain fast update semua ya

Jan lupa voment🤩

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sugar Level : 100%Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang