Sudah ada tiga orang yang mengelilingi Sisie. Gadis itu duduk disebuah kursi dengan keringat yang membanjiri dahinya. Dia masih belum bisa mencerna dengan baik apa yang terjadi padanya sepuluh menit lalu, semuanya masih terasa mimpi, dan untuk pertama kalinya dadanya begitu ringan. Ia merasakan pipinya terasa sakit karena sudah lama dia tidak berteriak keras seperti itu.
Tunggu? Apa yang dia lakukan tadi? Meneriaki bosnya dan mengatainya Devil Busuk? Astaga Sisie pasti sudah gila.
"Ya Ampun! aku tidak percaya ini." Seseorang dibelakang punggung Sisie bergumam sambil terus memijat kedua bahunya, entah sejak kapan. tapi sejak dia turun dari lantai enam begitu banyak karyawan yang mendatanginya dan mengucapkan pujian padanya. Sisie sama sekali tidak mengerti.
"Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa diluar sangat ribut? Semua orang membicarakanmu!" Olive yang sedari tadi duduk dihadapan Sisie melemparkan pertanyaan bertubi-tubi. Dia kebingungan dengan situasi gaduh diluar, apalagi ini menyangkut Sisie.
"Sisie meneriaki Pak Kevin, dan menyebutnya Devil busuk." Seseorang dipunggung Popor kembali menyahut, Popor menoleh dan ternyata itu Wisnu, salah satu karyawan di devisi lima. "Aku melihatnya sendiri." Sambungnya menanggapi pelototan Sisie.
"Astaga!" Olive menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Kau benar-benar melakukan itu?" tanyanya syok.
"Benar, kau mau tau bagian terbaiknya Ve?" Wisnu bergerak kearah Olive dan menarik Olive untuk berdiri. "Dia menyentuh jas Pak Kevin seperti ini....." Wisnu menirukan gerakan Sisie saat itu di baju Olive.
Popor meringis, tak percaya dengan apa yang sudah dia lakukan
Olive semakin syok, gadis itu kembali duduk dikursinya menatap Sisie seakan tak percaya. "Kau ini kenapa sih? Kau lupa rumusnya ya? Kau mau mati ya?" Olive terdengar marah, seharusnya Sisie tau akibat dari tindakannya apa, dan bagaimana hidupnya setelah itu.
"Aku dengar Sisie juga meneriakinya menjijikan." Kali ini Kresna yang bicara, pria itu juga mulai tertarik ikut menimpali dari pada hanya sibuk mengipasi Sisie dengan sebuah nampan. Sisie mendelik menatap Kresna yang hanya memperburuk suasana.
"Kenapa kau melakukan itu Tracy..." Olive jengah, pertanyaannya belum juga digubris langsung oleh Sisie, malah dua orang makhluk kepo itu yang sedari tadi menjawab pertanyaan Olive.
Sisie menggaruk lehernya, entah kenapa sekarang dia jadi kesulitan bicara seakan suaranya habis saat berteriak keras tepat diwajah Kevin tadi.
Popor kembali meringis, merutuki apa dia lakukan, entah bagaimana nasibnya sekarang.
"Sisie terkena masalah karena membelaku." Semua orang yang ada disana menengok kearah Toha yang baru keluar dari pentry. Wajahnya masih menampakkan ketegangan, wajah Toha yang biasanya selalu ceria kini terlihat suram, guratan usia terlihat begitu jelas di wajahnya.
Olive memiringkan Posisi duduknya agar bisa leluasa menatap Toha, sedangkan Wisnu dam Kresna menutup mulutnya rapat-rapat, memberi ruang untuk Toha menjelaskan.
"Saya minta maaf, karena aku, kau jadi terkena masalah." Raut wajah sedih Toha membuat hati Sisie pilu, pria tua itu terlihat sangat menyesal.
Dia bangkit dan menghampiri Toha pelan. "Pak, sudahlah, aku tidak apa-apa, malah lega akhirnya bisa mengeluarkan amarah pada orang itu. sungguh Pak, dia pantas mendapatkan itu, bagaimanapun juga dia seharusnya menghormatimu, bukannya merendahkan seperti itu." Sisie menyentuh punggung tangan Toha yang bergetar, sedangkan gumaman terdengar dari tiga orang lainnya, menyetujui ucapan Sisie.
"Tapi, kau akan kehilangan pekerjaan." Bibir Toha bergetar, rasa bersalah semakin nampak di wajahnya. "Seharusnya aku yang di pecat saat itu."
"Tidak Pak, jangan berkata seperti itu, aku benar-benar tidak apa-apa, bukankah bapak yang bilang kalau aku bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik daripada OB, kalau aku dipecat pasti masih ada banyak pekerjaan diluar sana, kai tidak usah merasa bersalah." Sisie mengelus pundak m Toha naik turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SECRETARY-My Obsession
RomanceTracy Arsmonica membenci atasannya, Kevin Putra Prasetya, yang selalu menjebaknya dalam seribu kesalahan. Memaksanya untuk tinggal disisinya dan tidak bisa lari. Karena tanpa sadar, Tracy mulai menggantungkan hidupnya pada Kevin, sehingga tanpa sada...