09. Promise

178 23 2
                                    

Phuwin akhirnya duduk di bangku taman kampus, merasa lega karena Pond tidak lagi memburunya. Panggilan mendadak dari dosen membuat Pond terpaksa berhenti mengejar, memberi Phuwin sedikit ruang bernapas. Suasana kampus cukup ramai, para mahasiswa berlalu-lalang di sekitar, namun ia tidak peduli. Notifikasi di ponselnya memberitahu bahwa kelas paginya diundur beberapa jam. Kabar itu disambutnya dengan senyum kecil, senang karena ia bisa menikmati pagi yang lebih santai.

Meski suasana hatinya sedang cukup baik, ia tak bisa mengabaikan gosip yang masih bergulir di sekitarnya. Beberapa mahasiswa yang melewatinya dengan terang-terangan membicarakan kejadian barusan: tentang kejadian pagi tadi serta Pond, mahasiswa Alpha populer, yang berlari mengejarnya di tengah kampus sambil terus meneriakkan namanya. Phuwin ingat jelas bagaimana ia berjalan cepat tanpa menoleh sedikit pun, meninggalkan Pond yang berusaha memanggil dan mengejarnya.

Phuwin menghela napas, mencoba mengesampingkan kejadian itu. Ia membuka tasnya dan mengeluarkan buku kosong. Tangannya mulai bergerak di atas kertas, menggambar bentuk-bentuk acak, sesuatu yang selalu membuat pikirannya tenang. Pagi ini terasa cerah, secerah hatinya yang sedikit lebih ringan setelah lama tertekan oleh berbagai emosi campur aduk yang melibatkan Pond.

 Pagi ini terasa cerah, secerah hatinya yang sedikit lebih ringan setelah lama tertekan oleh berbagai emosi campur aduk yang melibatkan Pond

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat sedang asyik menggambar, tiba-tiba suara familiar mengejutkannya. "Phuwin!" Satang, mentor sekaligus sahabatnya, datang dengan senyum lebar. Phuwin sedikit tersentak tapi segera tersenyum tipis melihat orang yang menghampirinya. Satang memiliki kepribadian polos dan terkadang sedikit lambat dalam menanggapi situasi, tapi kehadirannya selalu membuat Phuwin merasa nyaman.

"Maaf kalau mengagetkan. Lagi asyik gambar, ya?" Satang duduk di sebelah Phuwin dan menatap sketsa di buku itu dengan penuh rasa penasaran. "Bagus, kayak biasa," pujinya sambil tersenyum. Setelah itu, tanpa basa-basi, dia langsung menanyakan keadaan Phuwin.

Satang duduk di sebelahnya, menatap Phuwin dengan perhatian. "Aku lihat tadi... kejadian di kampus. Kamu nggak apa-apa?" tanyanya hati-hati. "Aku mau nyamperin, tapi Winny ngelarang aku ikut campur."

Phuwin hanya mengangkat bahu sambil tersenyum tipis. "Ya, seperti yang kamu lihat," jawabnya singkat, berusaha tidak terlalu memikirkan kejadian itu.

Satang menatap Phuwin sebentar, lalu tersenyum kecil, menyadari bahwa sahabatnya itu sedang dalam suasana hati yang lumayan baik "Hari ini kamu kelihatan lebih baik."

Phuwin hanya tersenyum samar, meneruskan coretan di bukunya tanpa menanggapi lebih lanjut. Satang tahu bagaimana perasaan Phuwin sebenarnya terhadap Pond. Phuwin sudah jatuh hati sejak awal mereka masuk kampus, tapi hubungan mereka justru dimulai dengan kekacauan. Sejak awal masuk kampus dari pesta liar yang berujung one-night stand antara Phuwin dan Pond, hingga rasa sakit misterius yang mulai sering dialami Phuwin setelah kejadian itu, tanpa ada penjelasan medis yang jelas.

"Ngomong-ngomong soal Pond..." Satang memulai dengan nada hati-hati, tapi Phuwin sudah bisa menebak arah pembicaraan.

"Apa lagi?" tanya Phuwin tanpa mengalihkan pandangannya dari buku gambarnya.

DOMINANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang