06. Rahasia 🔞

22.4K 156 3
                                    

Dunk melangkah perlahan menuju gedung kampus pagi itu, seperti biasanya. Setelah akhir pekan yang ia habiskan dengan balapan dan bar bersama teman-temannya, ia merasa hari ini hanyalah rutinitas biasa. Namun, suasana kampus berbeda dari biasanya. Terlihat banyak mahasiswa yang berbisik-bisik, membicarakan sesuatu dengan heboh. Beberapa bahkan mencuri pandang ke arah Dunk saat ia lewat.

Mengingat sepupu sekaligus temannya yang masih terbaring di rumah, enggan diobati meski luka-lukanya parah akibat dihajar ayahnya. Dunk tahu kondisi keluarganya tidak akan campur tangan terlalu dalam, terutama karena Pond sudah cukup dewasa untuk mengambil keputusan sendiri. Winny dan Louis juga sudah berangkat ke kampus bersama pasangan mereka masing-masing, meninggalkan Dunk sendirian hari ini.

Saat Dunk melangkah menuju gedung fakultas teknik, ia mendengar potongan obrolan dari beberapa mahasiswa yang tampaknya membicarakan sesuatu tentang dirinya.

"Eh, kamu dengar ngga soal Dunk sama Joong? Katanya mereka ciuman di bar semalam!"

"Seriusan? Dunk Natachai?"

Dunk mendengar namanya disebut mendengus pelan. Berita seperti ini bukan hal yang baru baginya. Ciuman? Itu hanya permainan biasa baginya, apalagi saat berada di bar. Bahkan, balapan dengan Joong yang berakhir seri pun sekarang tidak terlalu ia pikirkan. Biasanya, dia selalu menang, tapi semalam Joong seolah sengaja membiarkan balapan berakhir imbang.

Namun, semakin ia berjalan, semakin banyak bisikan yang terdengar. Semakin banyak orang yang menatapnya dengan tatapan penasaran atau tersenyum penuh arti. Dunk mulai merasa ada sesuatu yang aneh.

Langkahnya terhenti ketika dia mendengar sekelompok mahasiswa berbicara dengan lebih bersemangat. "Mereka bilang Dunk dan Joong kencan, lho! Itu lebih dari sekadar ciuman."

Dunk merasa darahnya mendidih. "Kencan?" Ini berita konyol yang tidak bisa ia abaikan. Dia berbalik dan mendekati sekelompok mahasiswa yang sedang bergosip. "Hei, siapa yang menyebarkan berita itu?" tanyanya dengan nada dingin, matanya menyipit tajam.

Para mahasiswa itu terkejut dan langsung terdiam. Mereka tampak gugup, tidak berani menatap mata Dunk. "Kami... kami ngga tahu, Dunk," salah satu dari mereka tergagap. "Kami cuma dengar dari orang lain."

Dunk semakin jengkel. Dia tidak suka rumor seperti ini, apalagi jika melibatkan sesuatu yang tidak benar. Sebelum dia sempat melanjutkan interogasinya, sebuah lengan tiba-tiba melingkar di pundaknya dengan santai. Dunk menoleh, hanya untuk menemukan Joong berdiri di sebelahnya, tersenyum dengan ekspresi tengil.

"Kenapa kau bertanya siapa yang menyebarkan berita itu?" tanya Joong dengan nada santai, suaranya rendah namun penuh ejekan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa kau bertanya siapa yang menyebarkan berita itu?" tanya Joong dengan nada santai, suaranya rendah namun penuh ejekan. "Kenapa tidak langsung saja menghentikannya? Atau... apakah berita itu benar?" Joong menaikkan alisnya sambil tersenyum, jelas menikmati kekacauan yang ia ciptakan.

Para mahasiswa yang mendengar percakapan mereka langsung mengerubungi dengan antusias. Bisik-bisik di sekeliling semakin ramai. Dunk merasakan gelombang kemarahan muncul di dadanya. Ia menggeretakkan giginya, merasa terpancing oleh kehadiran Joong yang seolah terus-menerus memancing emosinya.

DOMINANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang