Blurb

52.3K 160 2
                                    

Dunk membanting pintu ruangan dengan suara yang cukup nyaring, rasa panas yang membakar di dalam tubuhnya mengganggu kedamaian yang dia miliki. Dinding kayu yang kokoh menjadi pelindung dari dunia luar, tempat di mana suara bising dan gangguan tak diinginkan tidak bisa menjangkau. Ia tahu, saat ini, ia sedang berada dalam kondisi yang paling rentan sebagai seorang Alpha—rut.

Setiap detik terasa lebih intens, mendorongnya untuk melakukan sesuatu, apapun itu. Di luar, suara angin berdesir lembut, tetapi di dalam hatinya, hanya ada satu yang ia inginkan: pelepasan.

Dunk menarik napas dalam-dalam, merasakan aroma yang menguar dari tubuhnya. Aroma maskulin yang khas, dan dengan setiap embusan, membuat hasratnya semakin berkobar.

Nafasnya mulai teratur, namun denyut jantungnya berdebar dengan cepat. Rut-nya berbeda dengan kaum alpha sebangsanya. Rasa gatal di dalam lubangnya semakin menyiksa, meminta sesuatu mengisinya dan memuaskannya. Layaknya seorang omega yang tengah heat.

Dengan cepat, ia melepaskan kemeja yang menempel di tubuhnya, dan tubuhnya yang kekar terpapar udara dingin ruangan. Ia tahu semua yang harus dilakukannya adalah menyerah pada instingnya. Dengan satu gerakan cepat celananya sudah terlepas, ia meraih selimut di sudut ruangan dan menariknya ke tubuhnya.

Tangan Dunk mengeluarkan sebuah botol dari meja sampingnya. Dengan hati-hati, ia menuangkan minyak esensial ke telapak tangan, menggosoknya dengan lembut. Aroma lavender dan sandalwood menyebar, menciptakan suasana yang menenangkan, meski hanya untuk sesaat. Perlahan dengan posisi menungging dia memasukkan dan memaju-mundurkan botol itu secara perlahan.

Dunk menutup matanya dan membayangkan sentuhan lembut yang tak pernah ia dapatkan. Dunk meraih tubuhnya sendiri. Tangan satunya ia gunakan untuk menyusuri kulitnya, setiap gerakan menambah rasa panas di tubuhnya.

"Angghhh..." Desahan demi desahan lolos begitu saja.

Tiba-tiba, pintu bergetar pelan. Dunk terdiam, Dunk sadar seseorang kini sudah berada di belakangnya, menyaksikan kegiatan memalukannya ini. Tapi instingnya terhipnotis oleh kesegaran feromon ini, aromanya seperti kayu-kayu manis di tengah tropical rainforest. Aroma kesukaannya.

"Aku bisa membantu," Katanya.

Di balik celananya, kejantannya sudah tegak sempurna. Tangannya beralih mengambil botol itu dari analnya dan perlahan menggantinya dengan kejantanan miliknya.

Dengan gila dia menghentakkan pinggulnya dengan keras berulang kali. Dunk tak menolak, malah kakinya semakin ia bentangkan agar orang tersebut tidak kesusahan. "eumhhh fasterrr.... lebih dalam...." mendesah tanpa jeda.

Tangannya tak tinggal diam, dia ikut berpartisipasi mengocok penis Dunk dengan ritme yang sangat cepat.

"ahhh... shhh... mau keluar." Tak terhitung sudah berapa kali cairan putih bening milik Dunk menyembur keluar, tapi orang itu tetap kekeh tak menghentikan aksinya.

Hingga kemudian sebuah geraman tertahan terdengar, penis tersebut melesat keluar tapi tak lama kemudian bergabung dengan penis Dunk yang masih di kocok. Dua penis dalam satu genggamannya.

"Mmmhh...." Geraman keduanya terdengar dan cairan putih bening itu menyembur banyak mengotori seluruh selimut.

Dunk kelelahan menjatuhkan dirinya di kasur, sayup-sayup sebelum matanya menutup karena merasa lelah dan berat. Dia mengenali orang tersebut.

"Joong..." Lirihnya.

"Good night sweetie." Bisik joong sebelum memberikan kecupan di bibirnya

DOMINANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang