O.5

170 46 0
                                    

Gue berharap dan bersyukur banget kalo ada yang nemu surat ini di bawah kasur gue. Apalagi kalo yang nemu temen gue.

Tapi kalo yang nemuin si pembunuh ya sama aja boong deng.

Iya, gue Han Jisung. Han Jisung pernah ada di dunia ini. Lo ngga salah, gue pernah jadi temen lo.

Gue bener bener ga bisa ngasih tau to the point siapa si pembunuh itu. Karena kalo gue nulis namanya disini, surat ini juga bakal ikut lenyap kayak identitas gue.

Pembunuh itu si pelukis satu warna. Lo inget? Semua lukisannya pake warna merah. Tapi merah itu bukan cat, tinta, ataupun pewarna lainnya.

Warna merah itu diambil dari darah korban. Darah korban itu digunakan untuk melukis wajah si korban. Katanya melukis pake darah si korban ngebuat lukisan keliatan semakin hidup.

Gue tau itu gila.

Soal hilangnya identitas gue ga terlalu ngerti, mungkin dia pake semacam ilmu hitam buat melenyapkan identitas korbannya.

Darimana gue tau sedetail itu? Karena gue pernah masuk ke ruangannya dan baca semua catatan hariannya.

Sekarang gue bakal sebutin satu petunjuk. Ini yang paling lo tunggu tunggu kan? Setelah baca, plis jangan nyerah. Segera cari dia dan hentikan dia. Sekalian balesin dendam gue dan korban yang lain. Gue tau gue bakal mati hari ini.

Dia salah satu dari keempat temen lo. Kalo gue beneran mati hari ini berarti dia ada di ketiga temen lo sekarang.

Surat pun berakhir.

"Bangsat!" Kesal Felix sambil membanting kertas itu.

Felix tidak mengira kalau salah satu dari temannya adalah pengkhianat bahkan seorang pembunuh. Felix benar benar merasa dikhianati saat ini.

Felix mengacak-acak rambutnya sampai akhirnya Felix samar samar ingat ada yang pernah bilang padanya kalau dia mencurigai Hyunjin.

Apakah yang bilang seperti itu padanya adalah Jisung?

Felix:
Lo di rumah?|

Hyunjin:
|Y

Felix:
Gue kesana sekarang|

Hyunjin:
|Hah? Ngapain su?
















































































































































"HYUNJIN BUKA!" Teriak Felix sambil menggedor-gedor pagar kediaman Hwang, "BUKA WOY!"

Tak lama kemudian sosok yang dicari cari oleh Felix menampakkan dirinya di ambang pintu utama. Hyunjin memasang wajah bingung melihat temannya seperti orang yang sedang kesetanan.

"Lo kenapa anj malem malem begini?" Tanya Hyunjin panik takut temannya benar benar kesetanan.

"Buka, gue mau masuk" Ucap Felix dengan nada bicara tajam.

"Hah?"

"Buka atau gue manjat?!"

Hyunjin yang mendengar itu semakin panik, "Iya oke oke gue buka! Sabar!"

Hyunjin akhirnya membukakan pagar rumahnya dan mempersilahkan sedangkan Felix langsung masuk kedalam rumah yang ukurannya lumayan besar itu.

Ia berlari menuju toilet namun berhenti tepat di depan pintu pertama sebelum pintu toilet yang aslinya.

Tanpa ba-bi-bu, Felix langsung mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu ruangan tersebut.

"Tunggu! Jangan!"






























































































































































Ia melangkahkan kakinya keluar dari mininarket sambil menenteng kantong plastik berisi beberapa snack yang ia beli barusan.

Sambil berjalan menuju rumahnya, ia menyalakan ponselnya dan memeriksa beberapa pesan yang masuk. Ntah itu dari mama papa nya, temannya, dan grup kelas.

Srkk!

Ia memberhentikan langkahnya begitu mendengar sesuatu dari arah belakangnya. Suaranya seperti benda diseret.

Sial, kenapa harus disaat seperti ini? Kenapa harus disaat ia sedang berjalan di gang yang gelap dan sepi?

Ia berusaha sebisa mungkin untuk lari, tapi ntah kenapa kakinya terasa berat dan tidak mau dikendalikan.

"Sialan.." Gumamnya.

Suara seretan itu semakin dekat dengannya.

Lari saja tidak bisa, apalagi menoleh kebelakang. Bagaimana kalau yang muncul nanti adalah makhluk yang tidak seharusnya bisa ia lihat?

Beberapa detik kemudian terdengar suara lemah seseorang.

"T-tolongin gue.."

RED PAINT. | Stray Kids maknae line [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang