CHAPTER 1

68 9 5
                                    

Alloww readerss!
Maap, karena ada kekurangan dalam cerita, terpaksa harus di repubhlis untuk di revisi.

Wait... wait, sebelum lanjut baca ceritanya, jangan lupa vote & komen yo guyss..
Thank you:3

HAPPY READING
ENJOYYYY...

******

"SAH"
Kata itulah yang menggema di ruangan kecil tapi mewah yang kini tengah di pakai menjadi tempat dimana Aksara telah mengucapkan janji suci.

Kehidupan manusia yang baru saja berubah statusnya walau masih menginjak kelas XII SMA.

Hari ini, semua akan berubah untuk mereka berdua. Memulai kembali kehidupan bersama dari awal walau dengan paksaan.

Entah alasannya apa sehingga Adinda dan Aksara harus di jodohkan oleh kedua orang tua mereka di usia yang baru menginjak delapan belas tahun.

Mereka sedih karena harus melepas masa remaja mereka setelah menyandang status baru.
Masa remaja yang seharusnya meraka nikmati bebas bersama teman, tapi telah pupus oleh status dan tanggung jawab baru.

Dengan mata sedikit sembab karena menangis, Dinda dituntun oleh Bunda nya untuk duduk disamping lelaki yang sudah sah menjadi suaminya.

Tak pernah terbayang di benak Dinda ia akan menjalin rumah tangga bersama Aksara sang leader geng ibukota.

Pernikahan mereka hanya di hadiri oleh kedua keluarga terdekat. Karena Dinda dan Aksa tidak mau teman sekolahnya tau kalau mereka berdua mempunyai hubungan.

Manarik nafasnya dalam-dalam, Dinda pun duduk disamping Aksara yang sedang duduk gagah menggunakan jas dan kopiah hitamnya.

"Silahkan, nak Dinda cium tangan suamimu" instruksi Pak penghulu
Dinda pun mencium tangan Aksara dengan sedikit gugup.
"Dan sekarang untuk ananda Aksara, silahkan cium kening istrimu" lanjut instruksi pak penghulu
Dengan instruksi Pak penghulu mereka pun bertatapan.

Diraih wajah istrinya itu, dan detik berikutnya suara ricuh terdengar saat bibir Aksara mendarat tepat di kening Dinda.
Dinda memejamkan matanya saat benda kenyal itu menyapa kening nya.

Entah apa yang Dinda rasakan bahagia atau tidak nantinya. Dia harap, Aksa tak seburuk apa yang ia nilai selama ini.

***

Setelah selesai acara pernikahannya. Aksara membantu Dinda untuk mengemas barangnya untuk dipindahkan pada apartemennya.

Mereka sudah sepakat untuk tinggal di apartemen Aksa yang di belikan oleh papahnya saat merayakan sweet seventeen.

Untuk kedepannya Aksara akan bekerja di perusahaan papahnya, dia tidak mau setelah mereka menikah masih menggunakan orang tuanya.

Aksara harus benar-benar siap sekarang, disaat waktu bermainnya harus tersita oleh tanggung jawab barunya.

Setelah dirasa cukup, mereka pun turun kebawah untuk berpamitan kepada orang tua Dinda. Karena papah Aksara sudah pamit duluan setelah selesai acara.

Lima belas menit Aksara menunggu gadis yang sudah berstatus sebagai istrinya itu untuk mengucapkan salam perpisahan.

Aksara mengerti, Dinda pasti akan merindukan mereka setelah pindah. Mengingat Dinda anak semata wayang keluarga permana pasti keluarganya pun berat untuk melepaskan anak gadis mereka.

Berbeda dengan dia yang sudah terbiasa sendirian di rumah. Mengingat Bunda nya yang sudah terlebih dahulu di panggil oleh tuhan dan papahnya yang selalu sibuk dengan urusan pekerjaan membuat Aksara jadi terbiasa.

"Kalian baik-baik ya disana" pesan Citra sembari mengusap pucuk kepala anak gadisnya.
Dengan senyum sedihnya Dinda mengangguk. Lalu memeluk sang Bunda.
"Dinda pasti akan rindu Bunda" ucap Dinda mengeratkan pelukannya.
"Doain Dinda semoga bisa bertahan" lirih Dinda
Citra mengangguk lalu merengangkan pelukan mereka.
"Ingat, mulai hari ini tanggung jawab kamu bukan hanya seorang pelajar, tapi juga istri yang harus siap layani suami kamu, Bunda yakin anak gadis Bunda pasti bisa" ucap Citra sambil tersenyum meyakinkan.
Bela mengangguk, lalu beralih memeluk ayahnya.
"Ayah, Dinda pamit ya. Jagain Bunda" ucap Dinda sendu di pelukan Ayahnya.
Di jawab anggukan oleh Ayahnya, lalu merenggangkan pelukannya.

Maniknya kembali menatap Aksara yang masih setia menunggunya. Ternyata koper-koper yang ia bawa sudah di masukkan ke dalam mobil Aksara.

"Ayah" Aksara mencium punggung tangan ayah mertuanya
"Jagain anak gadis Ayah ya, Ayah percaya sama kamu" ucap Bayu sambil menepuk pelan bahu Aksara.
Aksara mengangguk sambik tersenyum tipis, lalu berpindah kepada Ibu mertuanya.
"Bunda" Aksara mencium punggung tangan mertuanya
Dielusnya rambut menantunya.
"Baik-baik sama Dinda ya" ucap Bunda
Aksara mengangguk lalu tersenyum tipis meyakinkan Bunda mertuanya.
"Kita pamit ya Bunda" ucap Dinda berat
"Assalamualaikum" ucap Aksara dan Dinda lalu masuk ke dalam mobil
"Waalaikumsallam hati-hati sayang" ucap Bunda dan Ayah sambil melambaikan tangannya.

***

Manik mata Dinda kini tengah memperhatikan apartemen minimalis milik pria yang sekarang sudah sah menjadi suaminya.

Rumah baru yang akan menjadi tempat dia dan Aksara memulai kembali kehidupan barunya.

Dengan langkah malas Aksara menaiki tangga menuju kamarnya, dengan dua koper besar yang tentunya sangat berat berada di tangannya.
"Buruan, gue berat nih!" Aksara berhenti menunggu Dinda yang baru mengikutinya naik.
"Marah-marah mulu" dengus pelan Dinda yang tentunya masih bisa di dengar Aksa
Dengan langkah cepat dia membuntuti Aksara yang sudah memasuki ruangan bercat abu-abu dominan hitam yang dihiasi berbagai macam peralatan game yang tertata rapi di dalam lemari kaca.
"Kamar kita" ucap Aksara langsung melemparkan koper Dinda
Mendengar kata "KITA" membuat Dinda bergidik ngeri. Membayangkan dirinya tidur dengan sang leader yang kejam.
"Gue mau mandi dulu, lo beresin aja dulu barang-barang punya lo" ucap Aksara lalu berjalan memasuki kamar mandi

Setelah selesai membereskan barang nya, Dinda pun berencana untuk memasak untuk makan malam nya bersama Aksa. Dia pun langsung turun menuju dapur dan membuka kulkas untuk mencari bahan makanan.
"Emm,, gue masak apa ya. Disini cuman ada telor doang" gumam Dinda sambil mengetukkan jari telunjuk di dagunya
" gue masak omlete aja deh" final Dinda
Walaupun Dinda anak semata wayang keluarga Permana. Dia bukan anak manja yang tidak bisa masak,bahkan dia sangat lihai dalam urusan dapur. Karena saat di rumah dia sering membantu Bunda nya memasak, jadi itu membuat Dinda terbiasa.

Setelah selesai dengan kegiatan memasaknya, Dinda pun menata masakannya di meja makan. Dan pergi menuju kamar untuk memanggil Aksa.

Sesampainya di kamar, dia melihat Aksa yang sedang duduk termenung di balkon sambil menghisap rokok nya.
Dinda pun langsung menghampiri Aksa, walaupun sebenernya dia sedikit takut berbicara dengan Aksa. Tapi mengingat Aksa belum makan dari siang, itu membuat Dinda kasian kepadanya.
"Saa, emm... makan dulu, gue udah masak" ucap Dinda sedikit gugup
"Lo duluan aja, gue belum laper" ucap Aksara dan kembali menghisap rokoknya
Dinda pun mengangguk dan langsung melengos pergi untuk makan malam.

Setelah selesai dengan makan malamnya Dinda kembali memasuki kamar, ternyata Aksara masih duduk termenung di balkon. Ingin rasanya menghampiri Aksara, tapi dia begitu takut saat berhadapan dengan Aksa. Sehingga dia memutuskan untuk mandi saja dan ingin lansung tidur, karena hari ini begitu melelahkan.

***

T.B.C
Dont judge my story
Because, this my fisrt work.
So, please sorry if it doesn't match your expectation.

Lopyuuuu guysss
Happy weekend🤗😋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AKSARA ( My husband's gang leader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang