Something Blooms on Sunset of Yours || JaeYong

Something Blooms on Sunset of Yours

Lee Taeyong x Jung Jaehyun

©claertesquieu

2021.

Cerita ini adalah fiksi belaka.

2456.

Ketika risiko dan angka kematian angkasawan kini menjadi nihil, Taeyong dengan bangganya menginjakkan kaki ke dalam pesawat ruang angkasa dan melambaikan tangan untuk meninggalkan kawan yang masih bergelut dengan angka konsisten yang menghantarkan untuknya pergi. Memang bukan pertama kali, dia sudah pernah menjajakkan kaki ke bulan, pernah terbang di antara sabuk asteroid yang menjadi pemisah antara Jupiter dan Mars, pernah juga kakinya menjelajah Planet Merah dalam misi pembukaan kehidupan baru.

Kini dia kembali terbang, menjelajah angkasa yang tidak terbatas dalam misi yang sama sekali berbeda. Tidak ada tujuan jelas, hanya mengeksplorasi bintang dalam redup langit yang tidak terbias cahaya bintang yang benderang. Entah, sudah berapa tahun cahaya yang sudah ia lewati, sudah berapa tahun juga dia meninggalkan bumi. Namun dia masih betah, masih tidak kekurangan tawa sekalipun gravitasi menghilang dan membuatnya berada di ruang hampa.

Dia menikmati setiap detik yang terlewati, menikmati setiap bunyi transmiter pesan yang dikirim dari bumi dan membalas dengan setiap apa yang diingini. Namun kali ini berbeda, transmiter mereka tidak hanya mengirimi pesan tertulis ataupun suara. Ada gambar hidup dari kepala pengembangan ilmu antariksa, dia ingin tim penjelajah Taeyong mengeksplorasi galaksi baru yang belum memiliki nama.

Ia girang, bukan hanya karena akan tercatat dalam membuka era sejarah yang sebelumnya belum pernah ada, namun juga girang karena sudah lama tidak terdengar adanya galaksi baru. Galaksi yang letaknya tujuh belas juta cahaya dari Galaksi Cosmo Redshift, galaksi yang akan menjadi tujuan terakhir sebelum mereka kembali ke bumi.

Perencanaan matang digarap hampir tanpa mengenal waktu. Saling melempar gagasan akan jalur yang diambil paling banyak menyita diskusi. Dan akhirnya, titik temu membuahkan selebrasi. Pesawat diatur dengan kecepatan maksimal, antariksawan yang bertugas menjadi pilot mengencangkan sabuk pengaman dan melajukan pesawat dengan hati yang riang. Nyanyian bumi mengiringi setiap langkah perjalanan, mengisi sepi angkasa yang temaram.

Sayang, alam semesta rupanya belum mengizinkan. Sudah dekat pesawat mereka dengan galaksi yang dituju, badai asteroid terjadi begitu dahsyat dan membuat mereka terpaksa menyalakan ragam darurat. Terlalu berbahaya. Terpontang-panting mereka menghindari tabrakan utamanya dengan asteroid bervolume besar. Namun apa daya, dari awal manusia memang tidak memiliki kuasa untuk melawan semesta.

Asteroid dengan ukuran tiga kali lebih besar pesawat mereka menghantam dengan keras, seketika mematikan seluruh daya dan melempar pesawat mereka hingga mereka kembali terombang-ambing. Jika itu saja sudah tidak yang paling buruk, maka lepas kendali akan pesawat membuat mereka terpelanting jauh menuju planet asing yang mereka sama sekali buta.

Semuanya menutup mata, berdoa. Mereka belum tahu apakah planet itu akan ramah atau malah akan memperpanjang mata tertutup mereka menjadi selamanya. Ledakan keras terjadi ketika mereka menghantam atmosfer. Membelah pesawat mereka menjadi dua dengan kepingan-kepingan yang terpencar ke banyak sisi.

Taeyong memeluk tubuh, ia mengeratkan peluknya ketika ia merasa pesawatnya semakin panas dan mulai memercikkan api. Mungkin memang benar, ini adalah ujung dari perjalanan.

***

Kaburnya ingatan membuat Taeyong memegang kepala yang sudah tidak terbalut topi pelindung. Selama beberapa detik ia terdiam, melihat sebagian seragamnya yang hangus dan terkoyak. Membeliak matanya ketika ia sadar bahwa ia bisa bernapas dengan bebas laiknya saat dia di bumi. Lebih terkejut lagi ketika ia melihat sekeliling dan menyadari bahwa tempatnya terjatuh tampak seperti sebuah taman yang luas. Taeyong dengan segala kedisorientasian yang masih melekat segera mengangkat diri, memaksa kaki untuk berjalan mengelilingi.