3

1.7K 276 7
                                    

Jam istirahat tiba, Kesya memilih makan siang di luar. Dia mengajak Delia untuk menemaninya. Dan Delia tentu tak menolak.

Sebuah restoran Jepang yang tak terlalu jauh dari kantor menjadi pilihan Kesya. Sementara Delia hanya ikut saja. Tak mungkin dia protes pada bosnya sendiri.

"Pesanlah. Biar aku yang traktir," ucap Kesya. Delia tersenyum dan mengangguk patuh. Memilih menu yang sekiranya akan dia suka untuk makan siang hari ini.

Dua tahun menjadi sekretaris Kesya, Delia tahu sedikit demi sedikit karakter bosnya tersebut. Walau usia Kesya lebih muda darinya, Delia tetap menghormatinya. Dan Delia tahu, Kesya sebenarnya orang yang baik. Hanya saja, kebaikan itu selalu tersembunyi di balik wajah jutek dan angkuhnya.

Asal dia bisa membuat Kesya senang, maka Kesya tak pernah perhitungan. Berkali-kali Kesya memberinya bonus, mentraktirnya makan, mengajaknya belanja, bahkan membelikan tiket untuk liburannya. Itu semua diberikan Kesya diluar gaji Delia. Apakah Delia senang? Tentu saja! Makanya dia berusaha sebisa mungkin bekerja dengan baik agar Kesya tak kecewa padanya dan berakhir memecatnya.

Setelah memesan, Kesya dan Delia menunggu pesanan datang. Mereka tak mengobrol, sama-sama sibuk dengan ponsel sendiri. Dan kesibukan mereka berakhir kala ada orang yang mendekati meja mereka.

"Kesya? Kamu makan siang di sini?"

Kesya yang namanya disebut langsung mendongak. Delia ikut menatap dua orang yang mendekati meja mereka. Kening berkerut, karena Delia tak mengenal siapa mereka.

"Ya, aku sedang makan siang di sini." Kesya menjawab dengan datar. Matanya memicing tajam pada Julian yang barusan menyapa. Dan raut tak suka terlihat jelas di wajah Kesya melihat seorang wanita cantik yang ikut duduk di mejanya. Dia adalah Sandra. Wanita yang menjadi pacar settingan Julian demi konten.

"Sandra, kenalkan ini Kesya. Dia pacarku." Julian tersenyum seraya merangkul bahu Kesya. Sandra yang mendengar itu tersenyum manis dan mengangguk.

"Aku Sandra Veronica. Salam kenal," ucap Sandra seraya mengulurkan tangan. Dengan berat hati Kesya membalas uluran tangan Sandra.

"Kesya."

Suasana berubah jadi canggung. Julian tahu Kesya bete karena ada Sandra di sana. Tapi ini memang tak disengaja.

"Dia siapa, Key?" Julian bertanya seraya menatap Delia yang duduk disamping Sandra. Wanita itu tersenyum sopan seraya menundukkan kepala, memberikan hormat.

"Delia. Dia sekretarisku."

"Sekretaris? Bukannya Hera yang kamu pekerjakan di butik?" Julian bertanya bingung. Ah, dia memang tidak tahu siapa kekasihnya itu. Hanya tahu Kesya adalah pemilik butik saja.

Delia membuka mulut, hendak berbicara menjawab kebingungan Julian. Namun, Kesya memberikan tatapan peringatan padanya. Delia pun mengurungkan niat untuk bicara. Menyibukkan diri membaca buku menu.

"Dia pegawai baru yang akan menjadi sekretarisku." Kesya menjawab. Tentu saja itu berbohong.

"Oh. Pantesan aku baru melihatnya." Kesya mendesis sinis mendengar itu. Tentu saja Julian tak pernah bertemu Delia. Karena Julian memang tak pernah peduli dengan kehidupan Kesya.

Julian memanggil pelayan, mulai memesan makanan untuknya juga untuk Sandra. Terlihat, Sandra mengajak Delia mengobrol. Dan entah kenapa Kesya tak suka melihat Sandra.

"Kenapa kau ada di sini?" Kesya bertanya pada Julian dengan tatapan datar.

"Aku dan Sandra baru selesai syuting untuk konten baru. Dan kami memutuskan makan siang di sini."

"Berdua saja? Tak mengajak para kru?" tanya Kesya sinis.

"Key, jangan mulai deh."

Kesya mendecih pelan mendengarnya. Ah, nafsu makannya hilang karena kehadiran Sandra di jam makan siangnya. Sebal sekali melihat wanita itu yang tak merasa bersalah atau tak enak hati. Malah keasyikan ngobrol dengan Delia.

"Oh iya, Key. Lusa aku dan Sandra akan pergi ke Bali untuk syuting. Gak apa-apa kan?" Julian bertanya dengan hati-hati. Delia dan Sandra berhenti mengobrol dan menatap Kesya. Wajah Kesya berubah dingin mendengar itu.

"Aku kenapa-kenapa pun kau tak akan peduli," balas Kesya dingin. Dia menghempaskan tangan Julian dari bahunya. Bangkit berdiri dan pindah menuju meja lain. Delia yang melihat itu pamit pada Julian dan Sandra. Ikut Kesya pindah meja juga.

"Silahkan nikmati makan siang berdua dengan pacar bohonganmu itu," desis Kesya. Kemudian dia memalingkan wajah, enggan melihat mereka berdua. Julian menghela nafas pelan melihat sikap Kesya. Sementara Sandra tersenyum kecil. Oh, tentu saja ini harapannya. Makan siang berdua dengan Julian tanpa ada orang lain.

***

Kesal dan marah menjadi satu dalam diri Kesya. Bagaimana tidak, Julian sama sekali tak memikirkan perasaannya. Tak memikirkan hubungan mereka. Julian hanya memikirkan konten saja. Dan yang lebuh mengesalkan Julian syuting bersama dengan Sandra.

Mana ada perempuan yang rela melihat kekasihnya berduaan dan bermesraan dengan perempuan lain walau hanya sekedar settingan? Tak ada. Cemburu pasti akan hadir. Tapi, Kesya sadar Julian tak akan suka. Jika Kesya menunjukkan rasa cemburunya, maka Julian akan berkata kalau Kesya tak mau mendukung karirnya.

Kesya pusing. Pusing memikirkan Julian yang tak berubah sedikit pun. Pusing dengan hubungan dia dan Julian yang terasa semakin buruk. Belum lagi masalah-masalah lain yang menambah beban pikiran Kesya.

Setelah tiga bulan lebih tak mengunjungi kelab, kini Kesya kembali menginjakkan kaki di tempat tersebut. Duduk di dekat meja bar dan terus minum. Dia butuh pelampiasan. Dia ingin melupakan semuanya walau hanya sekejap.

"Kamu datang dengan siapa, Kesya?" Joni, sang bartender bertanya. Dia selalu memastikan apa Kesya sendirian atau datang dengan teman. Karena kalau tahu, maka dia bisa mengambil tindakan. Jika Kesya datang sendirian, maka dia akan melarang Kesya minum terlalu banyak. Kalau bawa teman, terserah. Dia hanya tidak mau kebingungan nantinya menghadapi Kesya.

"Sendirian."

"Kalau begitu kamu harus berhenti minum. Kamu tak akan bisa pulang jika mabuk berat."

"Diamlah. Kau digaji bukan untuk mengurusiku," desis Kesya. Joni menghela nafas pelan mendengarnya. Selalu seperti ini.

"Jangan khawatir, Joni. Dia bersamaku." Tiba-tiba suara seorang pria terdengar berbicara pada Joni. Kesya menengok, menatap pemilik suara tersebut.

"Ah, Kevin ...."

"Mau sampai kapan kau di sini?" Kevin bertanya seraya duduk di samping Kesya. Tak disengaja, dia bisa bertemu dengan Kesya di sana. Padahal Kevin memang setiap malam Minggu selalu berkunjung untuk senang-senang.

"Entah. Sampai aku lupa semuanya mungkin," jawab Kesya asal. Dia kembali meneguk alkohol dan meminta Joni mengisi ulang gelasnya.

"Apa Julian yang membuatmu datang ke sini?" Kevin membiarkan Kesya terus menenggak alkohol. Sementara dia hanya memperhatikan saja.

"Jangan sebut nama laki-laki sialan itu. Aku muak." Kevin tersenyum miring mendengarnya. Sepertinya mata Kesya mulai terbuka sekarang. Julian tak akan pernah menganggap penting hubungan mereka.

"Kalau kau muak, kenapa masih bertahan heh?"

Kesya melirik Kevin dengan kesal. Namun dia tak menjawab. Kenapa dia masih bertahan dengan Julian padahal sudah sejak dulu Julian tak peduli padanya. Dan sekarang, rasa tak peduli Julian semakin parah saja. Tapi, Kesya tak pernah berpikir untuk putus dari Julian.

"Jangan mau dibodohi olehnya. Kau tak pernah menjadi orang penting baginya." Kevin berdiri setelah mengatakan itu. Hendak pergi dari sana. Namun, tangannya ditahan oleh Kesya. Dengan penasaran, dia menatap Kesya yang sudah mabuk berat.

"Pagi tadi kau bilang aku bisa menghubungimu kapan saja aku mau," ucap Kesya.

"Lalu?" Kevin bertanya heran. Kesya menatap Kevin dengan sorot mata serius. Jangan lupa, dia sedang mabuk berat.

"Mau menemaniku malam ini?"

_______________________________________

Hai hai...
Double update nih..
Jangan lupa vote dan komennya ya...

My Boyfriend's BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang