[1] Di Jodohkan?!

22 2 0
                                    

Happy Reading 💜

***

Author Pov

"Assalamualaikum, Bunda ..." kata Alifah dengan suara khasnya saat gadis itu sudah berada di teras rumah.

"Waalaikumussalam," jawab beberapa orang dari yang saat ini tengah duduk di sofa ruang tamu.

"Bunda, maafin Ifa, tupperwarenya Bunda ketinggalan di sekolah," adu gadis berusia 16 tahun itu kepada Andin-Ibu dari Alifah dan Alvin-setelah ia dan Alvin berada di dalam rumah.

"Astagfirullahaladzim! Abang, Ifa! Kenapa pada gendong-gendongan gitu? Ya Allah! Jadi nggak malu nih sama tamunya Bunda?" kata Andin saat wanita berusia empat puluh tahun itu melihat anak sulungnya yang tengah menggendong Alifah di punggung lebarnya.

Alifah dan Alvin yang mendengar ucapan Andin barusan langsung mengedarkan pandangannya ke arah sofa ruang tamu, dan ternyata benar saja seperti yang di ucapkan Bundanya barusan, jika saat ini rumah mereka sedang kedatangan tamu.

Sejurus setelah melakukan kontak mata dengan kedua tamu itu, Alifah dan Alvin saling melemparkan pandangan satu sama lain, hingga detik ketiga dengan gerakan perlahan Alvin menurunkan Adiknya dari atas punggungnya.

Alifah, gadis berparas cantik itu tersenyum kikuk di balik cadarnya karena malu, ingat ya, hanya Alifah yang tersenyum kikuk, jangan harap Alvin melakukan hal yang sama, mana mungkin laki-laki berwajah dingin itu menampilkan senyum kikuknya. Rasanya untuk sekedar melihat seorang Alvin Diafahri Pranata tersenyum saja harus menunggu waktu yang sangat lama, dan jika ada yang melihat seorang Alvin menampilkan senyum manisnya yang sangat langka, sungguh ia adalah orang yang sangat beruntung. Karena tidak semua orang bisa melihat senyum seorang Alvin Diafahri Pranata.

"Lho? Kok malah pada bengong di situ? Ayo, sini! Kenalan dulu sama tamunya Bunda," kata Andin mengintruksi kedua buah hatinya.

Detik berikutnya Alifah merespon ucapan Andin dengan menganggukkan kepalanya, lalu ia yang diikuti oleh Alvin berjalan menuju ke sofa ruang tamu, tepat di mana kedua orangtuanya dan kedua tamu di rumahnya itu tengah duduk.

Setelah sampai di hadapan salah satu tamu orangtuanya yang merupakan seorang wanita bergamis cokelat susu yang di padukan dengan jilbab hitam itu, Alifah menerbitkan senyumnya, itu semua terlihat dari ujung netranya yang terlihat melengkung.

"Alifah, Tante," ujar Alifah sopan, Setelah mencium punggung tangan wanita yang seumuran dengan Bundanya itu.

Wanita itu mengangguk sembari membalas senyuman manis Alifah. "Maa syaa Allah, kamu tumbuh jadi remaja yang cantik, ya, Nak." Alih-alih memperkenalkan balik dirinya, Rania malah memuji paras cantik gadis berusia 16 tahun itu.

Alifah yang di puji seperti itu, kembali tersenyum kikuk di balik cadarnya. "Segala puji hanya milik Allah, Tante. Tanpa Rahmat-Nya, Alifah nggak lebih dari seorang hamba yang hina, kok," balas Alifah dengan senyum manis yang masih terukir di sudut-sudut bibirnya.

"Maa syaa Allah. Udah cantik, shalihah lagi," puji Rania lagi.

"Ck. Tante berlebihan, Alifa nggak seperti yang Tante kira, kok. Alifa cuma remaja biasa aja, Tante. Alifa juga punya banyak kekurangan," kata Alifah yang di akhiri dengan tawa ringan.

"Duh, gimana dong ini, Tante jadi pengen karungin Alifa untuk di bawa pulang. Boleh ya, Din?" Rania yang gemas dengan jawaban Alifa, menggoda gadis itu untuk tinggal bersamanya dengan meminta izin terlebih dahulu kepada Andin.

"Jangan Tante. Nanti Tante nggak sanggup kalau Alifa ada di rumah Tante. Lihat, Bunda aja udah hampir nyerah sama kelakuan Alifa. Alifa makannya banyak lho Tan, Alifa juga orangnya rusuh Tan, nggak bisa disuruh diem. Ck," Alifah yang memang pada dasarnya mempunyai selera humor yang tinggi mulai mengeluarkan ucapan-ucapan absurdnya.

Imam Pilihan AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang