[KRIIIINNGG...]
Suara nyaring bel sekolah menjadi penutup jam terakhir hari ini.
"Pelajaran hari ini sampai disini, kita lanjut minggu depan. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh" Bu Ani menutup kelas terakhir hari ini.
"Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh"
"Fi, lu jadi nebeng kan?" Tanya Widi
Fia yang merasa terpanggil langsung menoleh ke arah bangku ku
"Jadi dong, masa berangkat nebeng pulang ngga, hehe" Cengir nya.
Widi dan Fia adalah salah dua dari keenam sahabatku. Bisa dibilang mereka yang paling mengerti detail kisah cintaku. Selain karena mereka selalu ada dalam segala situasi yang tepat, mereka adalah orang yang peduli (bisa dibilang selalu ingin tau) tentang kisah cinta sahabat-sahabatnya. Leni duduk bersamaku, sedangkan Fia duduk di bangku depanku bersama Nisa, sahabatku yang lain.
" Lu gimana Keel? Nungguin OSIS rapat lagi?" Tanya Nisa
"Ngg.. Gatau deh" Jawabku ragu.
Aku menoleh ke arah seorang anak lelaki sedang duduk di ujung kelas. Laki-laki dengan sorot mata tajam dan bulu mata lentik itu. Ia sibuk membereskan barang-barangnya. Lalu tak lama kemudian menatapku. Aku memberi isyarat dengan mengangkat alisku. Dia yang mengerti maksudku segera menghampiri.
"Saya rapat dulu bentar ya? kamu mau nunggu? atau saya anter pulang dulu?" Tanyanya menatapku
"Saya tunggu aja biar kamu ngga bolak balik" Jawabku dengan senyuman
"Beneran gapapa? saya gapapa loh kalo harus anter kamu pulang dulu, lagian rapatnya masih 30 menit lagi" Tanyanya lagi.
"Iya gapapa kok, saya juga lagi ngga buru-buru pulang" Jawabku meyakinkan
"Oke, kalo gitu saya nitip barang-barang ke kamu ya, nanti kalo udah selesai saya jemput"
"Siap, Pak Ketos" Jawabku masih dengan senyum mengembang.
Kemudian ia pergi keluar kelas.
"Saya nitip barang-barang ke kamu ya, nanti kalo udah selesai saya jemput" Ejek Fia menirukan cara bicaranya kepadaku.
Disusul gelak tawa oleh ku dan yang lain.
"Ngomongin apaan sih guys?" Tanya Ana baru datang dari bangkunya yang tak jauh dari bangku ku, disusul dengan Amel dan Rissa.
Amel dan Rissa adalah sahabatku yang lain. Meraka berdua duduk di bangku yang sama. Orang awam yang melihat meraka akan berkata bahwa mereka berdua memiliki wajah yang hampir mirip. Sifat mereka sedikit banyak juga sama, hanya saja Amel lebih blak-blakan dalam berbicara dibanding Rissa. Untuk masalah gesrek, mereka kembar identik.
Sedangkan Ana adalah sahabatku yang terakhir. Dia memang yang selalu tertinggal informasi dari yang lain. Selain karena kedatangannya yang selalu terlambat dalam segala situasi, dia juga sedikit lola (a.k.a loading lama).
"Ngomongin ke-uwu-an dua sejoli termanis sejagad raya kita ini" Jawab Fia
"Manis apaan, lebay lu" Elak ku tak terima
"Gimana ga manis, manggilnya aja saya-kamu, kek pasangan ala-ala gitu, tau ga lu pada?" Sahut Widi
"Kek gimana tuh?" Tanya Ana penasaran
"Maksudnya yang kayak di film-film gitu Anaaa" Jawab Nisa dengan gemas.
Aku dan yang lain hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah polos Ana.
"Lu ga capek nunggu mulu tiap pulang sekolah?" Tanya Rissa.
"Ngga lah kan sambil duduk. Kalo sambil lari-lari baru capek" Jawabku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Keela
RomanceBukankah ini tidak adil untukku? Kalau berjodoh, kenapa hanya aku yang masih menyimpan rasa? Kalau bukan jodoh, kenapa tinggal aku yang terkekang perasaan? Berharap kisah cinta layaknya Rangga&Cinta. But, my life isn't a movie.