Prologue

23 7 1
                                    

Siang hari ini hanya sedikit orang yang berlalu lalang di Bandar Internasional Kualanamu. Salah satunya Keluarga Gistara yang baru saja landing menginjak tanah Sumatera ini. Dengan tergesa – gesa, Athalia menarik kopernya dengan cepat. Ya, seperti biasa ia tertinggal jalan oleh kedua orang tuanya.

Helaan nafas terdengar. "Yaampun nak, ngapain kamu lari – lari?" Tanya Mama Athalia saat melihat anak perempuannya itu.

"Biasa, takut ketinggalan kalian." Ucap Athalia masih dengan nafas yang belum teratur. Kopernya ia lepaskan dari tangannya, agar ia lebih mudah mengatur nafasnya.

Ayah Athalia terkekeh pelan, lalu mengelus lembut rambut anak perempuan kesayangannya itu. "Ya nggak dong, masa mama dan ayah meninggalkan kamu." Athalia mengukir senyum kecilnya.

"Habisnya Athalia belum pernah ke kota ini, kalau nyasar gimana?"

"Tanya mbah google dong, sayang." Jawab Mama Athalia sembari tertawa.

Setelah percakapan itu mereka langsung memanggil taxi dan menuju rumah yang akan mereka tempati selama di kota ini. Perjalanan yang cukup lama dari Bandara menuju rumah tersebut, akhirnya mereka sampai dengan selamat.

Athalia mengikuti langkah Mama nya yang menuntun ia menuju kamarnya.

"Ini kamar kamu ya, kamar mama dan ayah ada di dekat ruangan keluarga. Kamu gapapa kan dapat kamar di lantai atas?" Tanya Mama Athalia sembari membuka pintu kamar.

Athalia mengangguk lalu tersenyum. "Iya mama cantik, gapapa. Lagian aku udah gede kali masa takut sendirian."

"Oiya ma, besok langsung masuk sekolah?" Mama Athalia mengangguk lalu mengelus rambut anak perempuannya itu.

"Iya nak, besok ayah yang antar kamu. Sekolahnya bagus kok, kamu pasti nyaman disana." Athalia menipiskan bibirnya saat mendengar perkataan Mamanya.

"Hmm ya semoga aja ya ma."

"Yaudah mama kebawah dulu, kamu beres beres gih." Mama Athalia keluar dari kamar Athalia dan meninggalkan Athalia dalam kesunyiannya.

"Yups new place, new journey."

꧁༒꧂

Suara jeritan permohonan ampun menggelegar di satu ruangan kubus putih tersebut. Sang bos duduk dengan senyum miring andalan nya dan pukulan baseball yang ia genggam.

"Maaf kan saya tuan, anggota kelompok itu menyerang kami. Perempuan yang sudah di targetkan terlindungi oleh salah satu anggota kelompok itu." Bodyguard yang sudah penuh babak belur dikepalanya itu membungkuk memohon.

Sang bos tersebut berdiri dan berjalan perlahan menghampiri anak buahnya itu. Menepuk kepala anak buahnya yang terluka, lalu menekan luka tersebut. "Sudah kubilang gunakan otakmu, bodoh." Ucap Bos lantang, pukulan baseball tersebut ia pukulkan ke tangan bodyguard yang terus memohon itu, membuat semua bodyguard yang berada di ruangan tersebut menahan nafas ngeri melihat bagaimana pukulan baseball tersebut mengenai tangan.

Dengan suara gemetar, bodyguard itu bersimpuh lalu berkata. "Tuan bilang kami tidak diperkenankan menggunakan alat tajam apalagi pistol, tapi itu keahlian kami Tuan." Suara tamparan langsung terdengar setelah kalimat tersebut habis.

Sang bos itu tertawa layaknya psikopat. "KAU HANYA TINGGAL MENGHABISI BRANDALAN ITU DENGAN TANGANMU APA SUSAHNYA?! sudah kubayar kau mahal mahal, hahah tak tau diri." Tendangan mengenai kepala bodyguard tersebut hingga ia terkapar tak berdaya di lantai hitam yang sudah dipenuhi darah nya.

"Kalian semua tangani dia, AH SIAL KALI." Semua langsung bergerak setelah sang bos tersebut keluar dari ruangan dengan amarah yang menyeruak keluar.

Sang bos itu mengambil handphone dan menatap sebaris pesan yang dikirimkan anak buahnya. "Lihat saja sampai mana pertahananmu kuat, Zan." Terlukis senyum miring di wajahnya.

• to be continue •
®SOLIDARITE.

Start from April, 2021.
By rossieshine.

Copyright© rossieshine.
_____________________________

SOLIDARITÉTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang