TAKDIR||01

114 23 40
                                    

5 tahun berlalu, Minji kini sudah menginjak usia ke 12 tahun. Minji tak lagi tinggal dengan kakek neneknya karena sebuah kecelakaan yang menimpa kakek neneknya hingga mengakibatkan mereka berdua meninggal dunia. Bora neneknya Minji meninggal di tempat sedangkan Minggug kakeknya meninggal setelah beberapa hari di rawat di rumah sakit.

Tidak ada yang tau pasti penyebab kecelakaan ini. Dugaan kuat adalah rem mobil yang blong, namun pihak keluarga Minji tidak menindak lanjuti kecelakaan ini, mereka semua menganggap ini semua adalah murni kecelakaan.

Dilain sisi Minji merasa sedih dan juga senang. Minji merasa sedih karna harus kehilangan nenek dan kakeknya yang selama ini merawat,  menjaga, dan menyayanginya seperti anak mereka sendiri. Dan senangnya karna Minji akhirnya bisa tinggal bersama ayah kandungnya yang selama ini ia rindukan.

Minji dibawa ke rumah ayahnya. Minji sudah membayangkan betapa senangnya dia bisa tinggal bersama ayahnya, dia akan bermain bersama ayahnya seharian penuh, dia akan merasakan kasih sayang dari ayah kandungnya, dan menjalani hidup bersama ayahnya seperti anak lainnya.

Namun... Semua bayangan itu hilang, ketika Minji sampai di rumah ayahnya. Minji melihat seorang wanita dan anak laki-laki bersama nya yang sedang berdiri di ambang pintu sambil menatap Minji dengan kebencian.

Minji ditarik kasar masuk ke dalam rumah oleh ayahnya. Minji mendadak takut ketika ayahnya menutup pintu dengan keras, ditambah tatapan dari wanita dan anak laki-laki nya itu yang terus menatap Minji tajam.

"Jadi dia Minji anak mu?" Tanya wanita itu pada Minghan.

"Ya. Dia akan tinggal disini bersama kita beberapa hari" ujar Minghan.

Wanita itu mencondongkan badannya pada Minji dan meraih dagu Minji.
"Hei anak bisu, jadi kau anak sial itu" ujar wanita itu dengan nada menghinanya.

Minji gemetar, Minji manatap sang ayah untuk meminta penjelasan. Minghan menghela nafas "dia Jihye istriku, dan anak laki-laki itu adalah anak ku" ujar Minghan memperkenalkan keluarga barunya.

Minji mengerutkan keningnya tidak mengerti. Apa maksud ayahnya? Istri? Anak? Bukankah istri ayahnya adalah ibu Jia? Dan anaknya adalah Minji?.

"Ayo kita makan, aku sudah lapar" ajak Minggug pada istri dan anaknya.

Mereka semua pun pergi ke ruang makan. Duduk di kursi masing-masing, namun saat Minji ingin ikut duduk, tiba tiba ibu tirinya menaruh tangan nya di kursi yang hendak Minji duduki.

Minji manatap ibu tirinya dengan tatapan bertanya. Sang ibu tiri tersenyum dan berbisik di telinga Minji.

"Kau tidak boleh makan disini, karna ini hanya untuk anggota keluarga saja, dan kau... Bukan anggota keluarga" bisik Jihye ditelinga Minji.

Minji mengerti apa yang di maksud ibu tirinya. Minji rasanya ingin menangis ketika mendengar perkataan Jihye padanya.

"Apa selain bisu kau juga tidak bisa mendengar Minji? Kau mendengar yang ku katakan tadi kan?" Tanya Jihye seraya membalik piring nya dan mengambil beberapa lauk untuk nya.

Minji meremat ujung bajunya dan mengangguk pelan kemudian pergi. Jihye menatap kepergian Minji dari ruang makan dan tersenyum licik.

"Apa yang kau katakan padanya ji?" Tanya Minghan.

"Hanya menyuruhnya pergi dari sini, karna aku bilang disini hanya untuk anggota keluarga saja, dan dia bukan anggota keluarga kita jadi aku suruh dia pergi" jawab Jihye santai.

"Ibu, apa tidak keterlaluan? Dia pasti kelaparan karena belum makan" ujar  sang anak.

"Tidak papa kanglim, ayo lanjutkan makanmu" ujar Jihye pada anaknya.

TAKDIR || JUNG JAEHYUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang