"Permisi, tetangga menyebalkan. Sebaiknya potong rumput-rumput mu itu karena mereka sudah menyentuh pekarangan ku." Pria setengah abad keluar dari rumah nomor 17 dengan tatapan kebencian itu bicara pada pria tua lainnya di sebelah rumah yang sedang menyirami bunga-bunga.
Pria itu melempar penyiram tanaman itu ke tanah, "Aigoo yang di sana! Kau pikir aku membiarkan mereka menyentuh pekarangan mu! Kalau aku tahu aku tidak akan membiarkannya, dasar tetangga picik."
Pria di pekarangan rumah nomor 17 itu naik pitam, ia tidak mempercayai perdengarnya. "Aish-see! Ya!"
"samchon,, hentikan-" pria muda dengan tinggi 183cm muncul penuh keringat di wajahnya, ia langsung merangkul untuk menahan omnya yang hampir menerkam pria di rumah sebelah.
Rumah nomor 17 itu milik keluarga Kim Hongjoong dan satu anak laki-lakinya yang bernama San, kemudian satu keponakan laki-laki bernama Yunho, yang di titipkan sang kakak, Kim Hyunjoong, karena ia harus bolak-balik keluar kota untuk bekerja. Sementara itu rumah nomor 18 dihuni oleh keluarga Park Seonghwa dengan dua anak laki-laki yang bernama Yeosang dan Wooyoung.
Mereka duda dengan berbeda penyebab. Istri dari bapak Kim meminta cerai karena pertengkaran suaminya itu dengan tetangga sebelah yang selalu terjadi, sementara istri dari bapak Park meninggal dunia karena sakit ketika anak mereka menginjak dua tahun. Pada akhirnya mereka merawat anak-anak mereka dengan kerja keras dan penuh perhatian, mereka bapak-bapak yang hebat, namun mereka masih seperti anak kecil yang selalu ribut bahkan di umur yang tidak bisa di bilang muda meskipun mereka cukup kuat untuk berkeliling perumahan dengan telanjang kaki. Jangan khawatir mereka memiliki masa muda yang sehat dari yang kalian bayangkan.
Mereka masing-masing dari keturunan ke tiga dari buyut Kim, begitu pula dengan Park Seonghwa, ia merupakan turunan ke tiga dari marga Park. Ternyata selain mewariskan rumah dengan luas halaman cukup untuk tiga mobil, buyut mereka mewariskan pertengkaran yang seharusnya ikut pergi ketika keduanya wafat namun entah kenapa pada saat itu orang tua mereka mulai pertengkaran itu lagi membuat Hongjoong dan Seonghwa kecil menyaksikan hal itu, bahkan hingga terekam dan menyebabkan masalah sampai saat sekarang.
Penyebabnya tidak begitu jelas, kedua belah pihak berseru bahwa pihak seberang yang memulai, sayangnya mereka selalu mengatakan itu dan tidak ada yang mengetahui kebenarannya selain buyut mereka yang telah meninggal dunia.
Yunho yang baru saja pulang dari jogging pagi nya harus menyaksikan dan menahan om nya untuk tidak membuat keributan di pagi hari. Yunho bersama San membawa Hongjoong pergi masuk. Begitupun pihak sebelah meskipun sedikit telat, Yeosang membantu bapak nya memungut penyiram tanaman itu sementara itu Seonghwa pergi masuk begitu saja seolah sudah biasa terjadi.
"ha-ah~ kapan perang ini berakhir." Yeosang sebal awal pagi nya sudah membuatnya menarik nafas dalam-dalam.
Rumah nomor 17. Hongjoong merasakan jengah meskipun ia sudah duduk mengistirahatkan punggung lemahnya. San dan Yunho hanya melihat orang yang mereka hormati namun masih tidak percaya dengan apa yang selama ini terjadi, maksudnya bukan kah hal itu terlalu kekanakan? Hongjoong mengambil nafas dalam kemudian mengeluarkannya perlahan lalu tidak sengaja pandangannya melihat kedua anak muda di depannya.
"Ada apa?" Kata Hongjoong seperti merasa tersinggung dengan tatapan mereka.
"Aku tahu pasti abeoji duluan kan yang memulai." San tahu kalau ia benar karena Hongjoong menghindari kontak mata padanya.
Yunho bergerak ke arah dapur, "tidak usah mengelak lagi samchon, apa samchon tidak merasa ke kanak-kanakan bertengkar seperti itu dengan Park samchon?"
"Kalian masih anak kecil tidak akan tahu masalah orang dewasa." Sahut Hongjoong tidak mau di salahkan.
Yunho menenggak isi botol air mineral, entah kenapa kejadian tadi membuatnya merasa dahaga. San menyerah, lalu mengambil ransel nya di sofa serta berpamitan untuk pergi ke perpustakaan.
"Bersama siapa? jangan bilang kau pergi dengan anak tua bangka itu-"
"Tapi abeoji, aku dan Wooyoung teman sekelas. Itu kalau abeoji lupa~ aku berangkat sampai jumpa."
San pun meninggalkan suasana canggung dan agak menyeramkan diantara Hongjoong dan Yunho di rumah tu.
Di rumah 18. Seonghwa sedang mengambil gelas dari lemari penyimpanan. Yeosang yang melihat itu menyadari dan membantu bapak nya mengambilkan air mineral. Air di tuangkan kemudian memberikannya kepada Seonghwa. Pria itu mengetahui tatapan itu, anak nya itu pasti ingin menyampaikan sesuatu padanya. Sesuatu pasti telah mengganggu pikirannya sampai-sampai membuat tatapan itu, tatapan yang membuatnya risih.
Seonghwa meletakkan gelasnya, "Katakan."
"Kira-kira kapan perang ini selesai, appa." Yeosang dengan sifat to the point-nya membuat Seonghwa terkesiap. Yeosang menemukan bapak nya membuat ekspresi polos padahal ia tahu kalau arah pembicaraan ini akan ke mana.
"Yeosang-a kau tahu perang Korea Selatan dan Korea Utara tidak akan-"
"Appa, aku serius."
"Kau belajar sajalah dengan giat, jadi sarjana, cari kerja dan bantu aku pindah dari sini." Jelas Seonghwa malah mengganti topik membuat pria muda itu sedikit di kesal kan.
"*Park-yeo, ppalli. Keburu warnet nya tutup. " Tiba-tiba seseorang memanggilnya semena-mena dengan gelak tawa menyebalkan.
*(pengucapannya mirip fvck u, cepetan)
"Appa, kita bicara lagi nanti, aku harus menghajar Wooyoung." Yeosang langsung pergi melesat ke tujuannya.
^^^
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim's Park's Family
Fanfiction[SITCOM] Hongjoong dan Seonghwa adalah bapak-bapak yang melanjutkan perang keluarga dari keturunan sebelumnya.