Terlambat

15 2 0
                                    

udah lama di draft cuma baru bisa publish semoga kalian suka

jangan lupa vote nya biar semangat yakan hahaha

***

Rutinitas pagi keluarga Kim terlihat lancar sejauh ini dengan Hongjoong di balik meja dapur menyiapkan sup hangat dan beberapa lapis roti yang di oleskan Nutella coklat. Kemudian bersamaan dengan datangnya San ke meja makan membantu Hongjoong membawa menu sarapan ke meja makan serta sedikit melakukan perhatian kecil, tahu kan seperti 'bagaimana tidurmu?'

"Di mana Yunho?" Hongjoong masih harus kembali ke dapur untuk mengambil kopi miliknya.

"Mandi, aku pikir dia begadang lagi maka nya sampai telat bangun."

Hongjoong mulai membicarakan tentang San yang terlalu cuek kepada saudara nya atau ia hanya tidak tertarik dengan hal itu. Pria tua itu hanya ingin mereka saling perhatian, dengan saling mengingatkan untuk tidak tidur terlalu malam, atau setidaknya bantu Yunho menyelesaikan halnya. Itu mungkin akan efektif untuk merasa lebih dekat satu sama lain. Hongjoong heran mengapa mereka tidak cukup akur sebagai saudara.

San menatap malas Yunho yang dengan santai nya duduk tanpa merasa bersalah, harus ia tahu sesuatu telah terjadi di sini. Akhirnya mereka sudah berkumpul untuk sarapan bersama. San sudah menyelesaikan sarapannya harus menunggu Yunho selesai agar bisa berangkat sekolah bersama.

"San-a, dengar baik-baik. Kau harus rajin belajar, mengerti? Kau tahu, ku dengar orang tua sebelah akan menyekolahkan anaknya, Yeosang, ke universitas A karena dia pikir anak nya cukup pintar untuk sekolah di sana."

San dalam hati, "Astaga, lagi?-" salah satu kaki nya bergerak menyenggol kaki Yunho memberitahu untuk mempercepat makan nya.

"Terimakasih atas makanannya! Hongjoong samchon kita berangkat ya." Seru Yunho terkesan terburu-buru, lagipula ia tidak ingin memulai paginya dengan mendengar ocehan om-nya.

"Aku bilang apa jangan sampai telat bangun-" San masih merasa harus mengatakan sesuatu untuk Yunho.

"Aku tahu, aku minta maaf, aku ada PR." San hanya berdecak mengetahui Yunho beralasan.

Sementara itu di rumah sebelah, dimana keluarga Park tinggal. Seonghwa terkejut bukan main dengan kedatangan Wooyoung yang seperti orang terburu-buru.

"Appa! Aku berangkat!" Seru Wooyoung sambil mencomot selembar roti di atas piring diantara piring-piring kosong lainnya.

Wooyoung melakukan sprint menuju halte berharap tidak melewatkan busway dan tidak telat masuk kelas. Namun sayang ketika sampai sekolah, ia melihat beberapa anak sedang mengangkat tangan ke udara dan guru penertib di sana dengan sebilah rotan tipis yang bila dilemparkan ke kulit akan ada rasa perih sampai tiga jam ke depan.

Dalam hatinya ia berteriak, "Awas saja Park Yeosang!"

***

Yeosang menyusuri lorong kelas sambil membawa sesuatu di tangannya, yang seperti kotak makan siang. Mata para gadis menatapnya bahkan setelah ia melewati mereka namun ia tidak mengindahkan hal itu, mungkin dia tau kalau dia tampan?

Tidak jauh dari sana Wooyoung sudah melihat Yeosang berjalan ke arahnya, ia masih kesal dengan hukuman tadi pagi, jika saja Yeosang sedikit peduli padanya ia tidak akan melakukan hukuman itu.

"Itu hyeong-mu?" Tanya teman Wooyoung, dengan name tag Mingi. "Kok tampan?!" Matanya perlahan ke Wooyoung, tatapannya seperti tatapan perbandingan.

"Bosan hidup ya?" Sahut Wooyoung untuk teman nya itu.

Kemudian Yeosang melihat adiknya di sana, dengan tatapan sengit. Yeosang tahu alasannya.

"Makan siangmu." Wooyoung merampasnya. Wajahnya jelas menunjukkan kalau ia sedang merajuk pada Yeosang.

"Kau marah?" Yeosaang berbasa-basi. Wooyoung hanya menatapnya, seolah mengatakan 'bodoh ya?'. "Minta maaf, aku hanya ingin kau tahu kalau kau tidur terlalu larut akan membuatmu sudah bangun di pagi hari. Kau kan sudah menjadi kakak kelas."

"Yeee Yeee."

"Mau pulang bersama?" Tawar Yeosang sebagai rayuan permintaan maaf.

"Ice Americano?" Yeosang mengangguk.

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Wooyoung segera menyusul saudaranya ke kelasnya. Ya, mereka berbeda kelas. Yeosang kelas 12 A dan Wooyoung kelas 11 D, ya kalian tahu maksudnya, hurufnya mengidentifikasi seberapa nilai rapotmu. Tas ransel yang terlihat ringan ketika Wooyoung melesat lalu seseorang lain nya mengikutinya. Orang itu seseorang yang di panggil Mingi, dia jangkung dan mancung dan San. Ya, sebenarnya mereka cukup sering pulang bersama dan akan berpisah beberapa meter dari rumah. Sekilas Wooyoung melirik orang di belakangnya karena ia pikir mereka sangat lambat.

Wooyoung membuat wajah kesal melihat Yeosang masih membereskan buku-bukunya. Caper banget sih, Wooyoung dengan seringai nya.

"Ya! Cepat sedikit kenapa sih? Keburu kedainya tutup." Kata Wooyoung sembari mengambil alih buku-buku itu untuk di masukkan ke tas.

"Aku juga, aku juga." Tambah Mingi, ia tahu tentang ice americano.

San hanya berdiri di sana dengan alis terangkat. Ada apa sih? Sebenarnya dia hanya tidak tahu apa yang terjadi karena Wooyoung hanya tidak mengatakan apapun. Dia juga heran kenapa Mingi terlihat seperti menantikan sesuatu dan Mingi juga membicarakan tentang kopi dari awal istirahan pertama.

"Apa kau bilang? Ya!? Ya!?" Yeosang tidak bisa mengabaikan ketidaksopanan Wooyoung atau itu akan jadi kebiasaan.

"Aku bercanda hyeongggg! Hahaha. Ayo pergi sekarang." Wooyoung menyampirkan ransel milik Yeosang di bahunya. Wooyoung hanya akan baik bila ada maunya saja.

"Ini mau kemana sih?" Tanya San pada Mingi. Wooyoung menoleh.

"Beli americano. Biar hyeong-ku yang traktir." Kata Wooyoung keras.

Yeosang di sana hanya bisa pasrah. Lalu bicara pada dirinya sendiri, "tidak apa-apa, satu kali ini saja. Iyakan?"

***

Bersambung

Kim's Park's FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang