Namjoon menggendong Seokjin dengan hati-hati. Lelaki yang sangat dirindukan kembali ke pelukan, padahal perusahaannya yang yang terlibat perayaan, namun justru Namjoon yang mendapatkan kejutan.
Namjoon mengecup berkali-kali pipi Seokjin yang kini berada dipangkuan, Seokjin hanya menatap Namjoon sendu, banyak hal yang ia lewati. Seokjin yang sebelumnya hanya bisa menatap Namjoon di layar datar, kini berhadapan langsung dengan jarak sedekat ini.
"Hei, Jinseok. Jangan menatapku seperti itu, hm?" ucap Namjoon sembari menempelkan ujung hidung keduanya.
"I miss you, Nam" ucap Seokjin lemah, ia memeluk Namjoon dan mendaratkan wajahnya di ceruk leher Namjoon.
"Baby I miss you too" balas Namjoon mengecup puncak kepala Seokjin sambil mengeratkan pelukan. Perlahan Namjoon merebahkan tubuhnya, kini Seokjin sepenuhnya berada di atas tubuh besar Namjoon. Ia terlihat kecil jika dipadukan dengan tubuh Namjoon yang lebih tinggi. Namjoon memeluk erat tubuh Seokjin.
"Kenapa mau menemuiku? Kau bisa saja meninggalkan ruangan saat pertama kali yang kau lihat adalah wajahku" buka Namjoon, ia mengusap rambut Seokjin.
Hening.
Seokjin menenggelamkan wajahnya di dada tebal Namjoon yang naik turun. "Justru karena itu kau, aku tidak pergi" Jawab Seokjin. Namjoon menghentikan usapan. "Kenapa?" ucapnya.
Seokjin mendongak, menempelkan bibir keduanya, matanya terpejam, ia takut menangis lagi di hadapan Namjoon. Padahal air mata Namjoon kian lolos Sejak Seokjin menjawab pertanyaannya.
Namjoon mengeratkan pelukan, menyambut bibir Seokjin lembut sebelum menjeda. "Menangis saja, Jinseok. Bukan salahmu kita berpisah, berhenti menganggap mengejar mimpi adalah satu hal yang egois. Aku senang melihatmu seperti sekarang, aku sangat bangga" ucap Namjoon. Tangis Seokjin kembali pecah.
"Nam, mengapa kau memanggilku malam ini?" tanya Seokjin.
"Tadinya, aku hanya ingin melihatmu dari jauh. Aku pikir cukup, tapi ternyata tidak. Aku menginginkan lebih, dan entah apa yang membuatmu datang, ya g jelas aku sangat senang" ucap Namjoon.
"Kau benar-benar memutuskan semua aksesku, apa kau benar-benar marah dan memilih tak menemuiku selama ini?" suara Seokjin serak, jemarinya ia tautkan dengan jari panjang Namjoon yang terentang di samping ranjang yang kosong.
"Hei, bukan. Berhentilah berfikir ini kesalahanmu. Aku meminta maaf untuk itu, membuat seolah ini salahmu, maafkan aku Jinseok" Namjoon menghela nafas, menurunkan Seokjin ke sampingnya. Kini keduanya berbaring dengan wajah saling hadap.
"Lantas?" sambung Seokjin.
"Aku juga bersalah, aku memilih berhenti, bukan menemanimu meraih mimpi" Namjoon mengecup punggung tangan Seokjin, air matanya kembali jatuh setetes.
"Harusnya, kita berdua saling berusaha, bukan hanya kau atau hanya aku" tutup Namjoon.
"Nam, apa kau memiliki kekasih?" tanya Seokjin polos, Namjoon tertawa tipis.
"Bagaimana bisa aku berpindah hati dari lelaki semanis ini, hm?" Namjoon menyentuh dagu Seokjin, mengecup bibirnya sekilas.
"Dan kau, apakah lelaki cantik ini mempunyai kekasih?" Namjoon mengusak poni Seokjin gemas.
"Bagaimana bisa aku berpindah hati dari lelaki se sexy ini, hm?" Seokjin beranjak, ia duduk di perut rata Namjoon. Namjoon memegang kedua sisi pinggang Seokjin yang ramping. Kulit Seokjin hangat dibalik sweater putih yang ia kenakan. Senyum manisnya mengembang di sudut bibirnya yang penuh.
"Lagi-lagi aku hanya bisa melihatmu, bukan yang lain" ucap Namjoon.
Ada jeda yang cukup untuk keduanya kembali pada benak masing-masing, bahwa apa yang mereka lakukan malam ini adalah benar-benar kemauan keduanya. Bukan impulsif karena pertemuan yang tiba-tiba dan rasa rindu yang terlalu penuh menumpuk di dada. Namjoon kembali mengingat mengapa ia akhirnya melepaskan Seokjin, bukan karena ia tak lagi mencintainya atau egois meninggalkannya. Sebaliknya, Namjoon ingin melepas sayap Seokjin yang selama ini tertahan di rangkulannya. Seokjin ingin menjadi penyanyi, sejak dulu. Jika ia terus bersama Namjoon maka ia akan terus terkukung ego Namjoon yang tak menginginkan waktu untuknya terbagi. Namjoon sangat mengerti bagaimana dirinya menginginkan Seokjin tetap di sisi, maka baginya melepaskan Seokjin adalah jalan membiarkan kekasih hatinya terbang. Mengepakkan sayap indahnya dan mencari apa yang ia mau.
Di benak Seokjin, ia lah yang meninggalkan Namjoon. Namun keinginannya terbang sama besarnya dengan rasa cinta yang ia milikki untuk Namjoon, maka semampunya ia akan terbang dan tetap menjaga hatinya. Kemanapun sayapnya membawa, mata Seokjin tak pernah lepas dari Namjoon. Ia tetap melihat pujaannya berkembang dan menjadi kuat. Seokjin tak lupa bagaimana senyum dan pesona Namjoon menghiasai billboard dan beberapa portal berita. Seokjin tak benar-benar meninggalkan Namjoon. Cinta tak bisa semudah itu pergi saat kedua hati yang melepasnya tak pernah benar-benar berniat menguburnya.
Hati selalu tau bagaimana harus bertahan.
-
Namjoon menarik tubuh Seokjin dalam dekap, bibir keduanya saling lumat. Seokjin hanya memejamkan mata menikmati miliknya yang kembali. Sentuhan yang kembali meraba kulit Seokjin, semuanya terasa nyata setelah sekian lama berjarak.
Lumatan bibir keduanya memanas, jari-jari Namjoon melesak ke dalam baju tebal Seokjin sementara jari Seokjin merengkuh kepala Namjoon. Namjoon menuntun Seokjin melepaskan yang ia kenakan sembari melepaskan miliknya. Tubuh polos Seokjin yang pucat membuat darah Namjoon berdesir, sudah lama sekali ia tak menyaksikan Seokjin telanjang dada di hadapannya.
Dekapan yang tertahan terbayar tuntas malam ini, ciuman yang tertunda mungkin tak bisa dibayar hanya dengan semalam saja. Bagi Seokjin, yang berlalu sudah tak lagi penting. Namjoon yang ia inginkan berada di atasnya, menyatukan tubuh keduanya dengan sentuhan yang sulit dijelaskan. Seokjin menikmati ini, peluh Namjoon yang menetes dari ujung dagu membasahi dahi Seokjin.
Jari-jari panjang namjoon menyisir kulit rahang Seokjin yang halus, leher jenjangnya menjadi pusat permainan jemari Namjoon saat bibirnya tergigit. Seokjin menyusuri otot-otot dada namjoon yang lebih padat dari terakhir kali mereka bercinta. Tubuh besarnya menggoda Seokjin yang dimabuk cinta.
Keduanya tak tertahan, lenguhan yang menguar membuat Namjoon percaya diri bahwa Seokjin sangat menginginkannya malam ini. Maka tak pikir panjang baginya untuk melakukan penyatuan. Perlahan Namjoon melucuti seluruh kain di tubuh keduanya. Yubuh polos yang saling menyengatkan kehangatan di malam seperti ini, malam yang mungkin sama-sama mereka nanti dalam diam.
Desahan dan erangan dari mulut Namjoon menyihir telinga Seokjin. Sangat lama ia tak menikmati ini. Namjoon menurunkan ritmenya sesekali, menjeda gerakannya hanya untuk menatap wajah sayu Seokjin yang menuntutnya bergerak lebih. Ia masih ingat bagaimana Seokjin betah berlama-lama bercinta, Namjoon tak bisa menolak rengekan Seokjin. Mendengar suara Seokjin mendesah di daun telinganya seolah menjadi pecut yang menyambar, Namjoon akan menaikan ritme permainan hingga Seokjin melenguh, hingga tubuh kekasihnya bergetar, hingga cakaran di bahunya mengeras, hingga lumatan dibibirnya terasa pedas.
Seokjin tak pernah lupa kebiasaan Namjoon yang selalu memintanya merentangkan kedua tangan keatas ketika Namjoon hampir meraih puncak nikmatnya, Namjoon menyukai tubuh polos Seokjin terlihat pasrah. Menurut Namjoon, melihat wajah Seokjin diantara kedua lengan yang terjulur ke atas membuat pucat yang penuh keringat terlihat seksi. Namjoon akan merengkuh pinggang Seokjin dan mengangkatnya sedikit saat ia menuntaskan hasrat. Setelahnya, ia akan jatuh di atas tubuh telentang Seokjin. Berdiam hingga keduanya memutuskan untuk tertawa dan mengatakan cinta.
"Kau kembali, Jinseok" ucap Namjoon.
"Aku kembali, Nam" balasnya.
.
.
.
hai, cerita ini harusnya sudah selesai hehe karena tadinya mau dibuat oneshot di privatter tapi kayaknya aku ingin coba mulai ngisi wattpadku. Jadi aku coba nulis di sini. Ngga mau janji bakal lanjutin story ini atau engga tapi kalo tau tau ingin lanjut ceritanya ya aku akan lanjut kapan-kapan, not sure. hehehe. Thank youu!
See you! <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Fly To My Room
NouvellesKim Seokjin seorang penyanyi, ia menjadi pengisi acara di anniversary Kim Corps, sempat bertukar pandang saat tampil, CEO Kim Namjoon membayar Seokjin untuk bernyanyi di private room miliknya. Ada apa sebenarnya?