Previous episode
"Hai, aku penghuni ke empat belas. Salam kenal." sapa Bulan seraya menunjukkan K3 bernomor 14 kepada mereka.
"AAAAAAAAAAAAAA!!!"
***
"Oh my god! SERIUS MBAK?" tanya Dian seraya mengguncang kedua bahu Bulan.
Bulan hanya tersenyum mengangguk. "Eh, berarti Mas Gerhana jadi punya calon dong?" tanya Nara.
"Ih bener banget lo, Nar!" timpal Nindi diangguki Dian.
"Maksud kalian apa, sih?" tanya Bulan bingung.
Ratna terkekeh. "Udah gak usah dengerin mereka. Selamat datang ya, Bulan. Kamu udah resmi jadi Melody sekarang." kata Ratna.
"Oh, ya? Melody teh apa?"
"Anggota Kosan ini, Lan. Kosan ini namanya Kosan Suara Baru. Nah suara, 'kan, berhubungan sama nada atau melodi, jadilah yang ngekos disini disebut Melody," jelas Fany.
Bulan mengangguk paham. "Yaudah, mending aku anter ke kamar kamu, yuk!" ajak Ratna.
Bulan mengangguk dan membuntuti Ratna. Sedangkan yang lain menetap di ruang tengah untuk menonton dan bersantai. Bulan dan Ratna memasuki salah satu lift, Ratna memencet tombol berangka tiga.
Ratna menoleh ke Bulan. "Aku boleh manggil kamu 'Nia'?" tanya Ratna.
"Oh, boleh. Kalo Bul teh seperti engga enak didengar, hehe." jawab Bulan.
"Kamu kapan berangkat dari kampung?"
"Tadi subuh sigana mah, da aku juga masih setengah sadar siap-siapnya." jawab Bulan seraya menggaruk belakang lehernya.
"Sigana? Bahasa sunda, ya?"
"Muhun, artinya teh 'kayanya'."
Fany hanya mengangguk mendengar obrolan mereka. Sibuk membereskan rak piring yang berisi.
* * *
Bulan baru saja menyelesaikan tugas kuliahnya. Bulan meregangkan badan. Netranya menangkap bingkai foto berisi ia dan kedua orang tuanya yang tersenyum menatap kamera.
"Eneng janji bisa banggain Abah dan Ambu." monolognya dengan senyuman.
Bulan lalu beranjak, ia keluar kamar dan berniat pergi bersantai sembari ngemil di ruang utama. Bulan melewati kamar sebelahnya, yang bernomor tiga belas. Kata Ratna, penghuninya memang jarang keluar sejak tiga minggu lalu. Sesekali keluar hanya untuk pergi ke halaman belakang, itu pun hanya sebentar.
Memang sih, hawa kamarnya terasa menyeramkan dan cukup gelap. Padahal di setiap depan kamar disediakan lampu. Tapi Bulan yakin, pasti ada suatu alasan yang membuat si penghuni jarang keluar kamar.Bulan memakai lift. Ia tak sengaja bertemu dengan seorang lelaki yang memakai pakaian serba hitam dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kepalanya di tutupi hoodie dan telinganya memakai headphone. Lelaki itu hanya terdiam dan memainkan ponselnya. Seperti Bulan mungkin hanya angin lalu baginya.
Lelaki itu turun di lantai yang sama dengan Bulan, lantai utama. Tapi ketika si lelaki berpapasan dengan Fany, si lelaki terlihat melambai sekilas saat Fany menyapanya. Itu yang membuat Bulan heran. Bulan pergi ke meja makan, dan duduk di salah satu kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan Suara Baru
Ficção Adolescente[ s l o w u p ] Gimana jadinya kalo tujuh laki-laki dan tujuh perempuan yang gak saling kenal, jadi tinggal di rumah yang sama? ❝Sa, lo nyeremin amat, sih. Coba seringin senyum, pasti ciwi-ciwi langsung pasti klepek-klepek dah.❞ - Fany to Angkasa ❝...