Prolog

61.1K 4.5K 858
                                    

cieee yang telat nemu :p

Rumaysha menahan tangisnya supaya tak tedengar siapapun saat membaca informasi yang tampil di layar laptopnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumaysha menahan tangisnya supaya tak tedengar siapapun saat membaca informasi yang tampil di layar laptopnya. Niat hati ingin kuliah bersama abangnya harus pupus. Lagi-lagi dia selalu gagal. Gadis itu mengambil tisu. Lalu mengeluarkan ingusnya yang sejak tadi meler karena terus-terusan menangis. Ujung hidungnya sampai memerah. Matanya pun jadi sembab. Kalau sudah begini, untuk menutupi bekas menangisnya. Rumaysha akan mengenakan sheet mask seharian.

"Yaa Allah, sedih banget, hiks."

Sedih sih, tapi ya sudahlah. Mungkin memang belum rezeki. Atau bisa jadi Allah tengah mempersiapkan rencana-Nya yang jauh lebih indah? Oke, Rumaysha tidak boleh putus asa.
Tapi kenyataannya dia sendiri sudah hopeless sejak tahu kalau dia tidak lulus di SNMPTN. Sampai akhirnya dia berani menaruh harapan di SBMPTN yang sayangnya dia pun tidak diterima.

Kruwuk kruwuk

Rumaysha mengusap perutnya yang terasa lapar. Sejak pagi hingga sore, dia tidak makan karena menunggu hasil pengumuman SBMPTN. Ini mah sudah kelewat lapar. Akhirnya dia memutuskan mengambil sheet mask hasil jastip korea yang dia beli lewat endstagram. Fyi, dia begitu suka dengan segala hal menyangkut korea. Awalnya dia suka KPOP. NCT fandomnya, tapi semenjak kelas 12. Dia sudah tidak terlalu mengikuti NCT, karena sibuk mempersiapkan ujian. Jadi semakin ke sini dia lebih di buat suka dengan skincarenya. Mungkin suatu hari nanti kalau dia punya rezeki. Dia ingin sekali bisa jalan-jalan ke Korea. Lalu bertemu Haechan
- oh cukup. Dia tidak boleh terlalu banyak menghalu.

Setelah memastikan kalau sheet masknya terpasang dengan baik, dan sisa serumnya sudah dia oleskan ke seluruh bagian wajah dan leher. Rumayha memasang hijab instant yang panjangnya seperut.

Gadis itu menuruni tangga. Dia mendapati Aysar tengah main seorang diri di atas lantai dengan mobil-mobilan yang sudah berserakan. Asal kalian tahu saja, di usianya yang genap berusia 2 tahun. Aysar begitu pandai meniru orang berbicara. Dia bahkan sangat-sangat tengil. Melebihi tengilnya Zayn. Sampai kadang Rumaysha harus banyak beristighfar untuk tidak memarahi si kecil yang begitu aktif. Kelewat aktif lebih tepatnya.

"UMMA! DA JULIG!"(Umma, ada jurig!¹) teriak Aysar membuat Maika yang asyik masak di dapur berlari tergopoh-gopoh dan Rafan yang tengah mengganti air ikan cupangnya ikutan panik.

"Yaa Allah, Nak. Aysar nih hobi banget buat Umma kaget. Umma kira beneran, kamu juga, Kak. Kenapa baru keluar kamar? Mana gak ada makan." Pertahanan Rumaysha runtuh meski hanya ditanya begitu saja. Akhirnya dia kembali menangis.

"Kakak kenapa? Cerita sama Umma sama Papa," ucap Rafan mencoba menenangkan putri satu-satunya.

"Kakak gagal lagi," adu Rumaysha. Rafan langsung mengusap puncak kepala putrinya.

"Ya udah gak apa-apa. Mungkin belum rezeki. Kuliah bisa di mana aja. Kan bisa di kampus yang sekitaran sini juga." Meski rasanya berat, Rumaysha mengangguk juga. Boleh jadi apa yang tidak dia suka ini. Baik untuk dirinya.

Bucin Versi Halal [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang