Bab 3

25.1K 2.4K 21
                                        

"Pada kemana sih, kok rumah sepi banget?" Tanya Veny menghampiri Marko di ruang keluarga.

Hari ini Veny bangun lebih siang karena semalam ia melanjutkan tulisan yang sedang dikerjakannya. Ardan, selaku editornya sudah puluhan kali menagih Veny untuk melanjutkan novel yang sedang ditulisnya. Setelah stuck untuk menulis, Veny memutuskan untuk mengedit beberapa video untuk diposting di instagramnya. Video ini adalah video endorsment makanan yang setiap hari ia lakukan. Veny hanya mereview 2 makanan dalam satu hari karena ia ingin produk yang sedang ia review, ia kerjakan dengan sungguh-sungguh.

Veny menjatuhkan dirinya di samping Marko yang sedang asyik menonton serial luar negeri. Tidak mendapat jawaban dari Marko, membuat Veny menyenggol lengan Marko.

"Apa sih Kak, bangun-bangun rese banget." Gerutu Marko.

"Lagian kalau ada orang nanya tuh dijawab jangan diem aja. Situ punya mulut kan?" Balas Veny ketus.

"Ayah pagi-pagi sudah berangkat ke toko, Bunda tadi bantuin ibu-ibu kompleks buat acara syukuran pindahan tetangga sebelah, Mbok Min paling lagi setrika baju di belakang sambil nonton film india, terus Mbak Nur disuruh Bunda belanja bahan-bahan buat bolu." Jawab Marko.

"Terus kamu ngapain jam segini gak ngampus?" Tanya Veny sembari mencomot cemilan di toples.

"Aku masuk siang Kak." Jawab Marko malas. "Udah ah Kak, sana balik ke kamar. Ganggu orang lagi nonton aja sih." Usir Marko.

Veny meletakkan kembali toples di meja. Ia menggerutu mendapati Marko mengusirnya untuk ke kamar. Veny kembali ke kamar kemudian mengecek ponselnya. Ia mendapati beberapa pesan yang dikirimkan oleh editornya.

Mas Ardan (editor rese)
Ven, ini karakternya kurang banget. Kayaknya mending harus cari narsum deh buat tokoh utama yang ini.

Kurang banget dalam penjiwaan, terus kurang detail juga tentang penjabaran pekerjaannya. Ini aku ada satu kenalan yang cocok buat jadi narsum di novel kali ini. Kali aja emang mau, ntar coba aku chat orangnya bersedia apa nggak.

Kalau emang bersedia, ntar langsung aja japri ke orangnya.

Veny hanya membaca pesan yang dikirim oleh Ardan. Ia tahu, untuk novel kali ini ia tidak terlalu tahu detail pekerjaan yang ia pilih untuk tokoh utamanya. Veny akui ia terlalu ceroboh dalam memilih profesi yang dia sendiri tidak begitu tahu mengenai seluk beluknya. Bahkan ia juga tidak punya kenalan dekat untuk ditanyainya masalah ini. Ingin mengganti profesi, tapi menurut editornya jalan cerita yang diangkat oleh Veny di buku ketiga ini lebih menarik daripada kedua buku terdahulunya.

Tak lama ponsel Veny berbunyi kembali menandakan pesan masuk.

Mas Ardan (editor rese)
Yaelah Ven chatnya jangan diread aja dong
Mohon maaf ini bukan koran ya
Gimana sama usul yang tadi aku kasih? Mau dicoba gak?

Veny
Boleh. Sini kirim kontak orangnya
Pastiin dia tahu kalo dia bakal dijadiin narsum dari cerita ini.

Mas Ardan (editor rese)
Siap bossss!!!
Habis wawanara narsum, novel auto selesai ya
Hahahah

Veny
MATA LU MAS!!!
Gak mau tahu ya, aku minta waktu lebih buat wawancara narsumnya
Tahu sendiri kalau mau wawancara gini butuh waktu ekstra
Bisa aja ini orang sibuk banget

Mas Ardan (editor rese)
Oke satu bulan ya buat wawancara narsumnya
Tahu banget dalam satu bulan itu kamu paling cuma bisa ketemu orangnya di waktu weekend aja
Kalau memang orangnya berkenan di tanya-tanya lewat chat lebih bagus lagi
Gak sampe sebulan juga sudah selesai proses wawancaranya, hahaha

A Taste of DelightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang