Shotaro melangkahkan kakinya menaiki tangga panjang yang mengarah pada rumahnya. Letak rumahnya yang jauh dari perkotaan membuatnya harus membuang banyak waktu untuk berganti bus sebelum berjalan kaki menuju kediamannya.
Pasalnya, rumahnya berada di wilayah pemukiman kecil padat penduduk yang ada di pinggiran kota, kendaraan apapun tidak dapat melalui jalan tersebut, tak terkecuali dengan sepeda. Hingga menyebabkan semua kendaraan milik warga harus diparkiran di lahan yang tersedia di sana.
Pemuda Jepang itu menghela napas panjang sembari menyeka peluh yang mengalir di keningnya, akhirnya ia sampai di depan rumah. Buru-buru ia memasukkan kunci pada pintu lalu membukanya dan menghilang di balik pintu.
Shotaro mengambil air dingin yang berada di kulkas kecil yang terletak di dapur, lalu menegak airnya sampai setengah botol, kemudian mendesah lega.
Sungguh hari ini sangatlah melelahkan. Hari ini adalah hari terakhirnya bekerja setelah dua tahun lalu. Dan besok, dia harus kembali ke sekolah sebagai murid tahun terakhir.
Selama ini ia sudah banyak makan garam, setelah kepergian ayahnya, ia bekerja di salah sebuah minimarket yang sedikit jauh dari rumahnya. Ia terpaksa harus mengundurkan diri sementara selama dua tahun untuk bekerja agar mendapatkan uang untuk menjalani hidup.
Tentunya hal ini ditentang oleh pihak sekolahnya, mengingat Shotaro merupakan anak pintar yang berhasil masuk di sekolah favorit dengan beasiswanya. Namun tetap saja, Shotaro bersikukuh untuk meminta izin, dan akhirnya pihak sekolah memberikan waktu dispensasi selama dua tahun.
Banyak hal yang sudah Shotaro lalui selama ini, apapun itu, Shotaro bukanlah anak yang mudah mengeluh ataupun kehilangan semangat, ia dapat menerima segala keadaan dan memaknainya sebagai ujian hidup. Semua akan baik-baik saja.
Menghitung gaji terakhirnya, ia lantas memasukkan uangnya dalam sebuah kotak yang berisi gaji-gajinya selama bekerja. Rencananya, besok ia akan membawa uang-uang itu untuk ditabung.
Setelah itu, Shotaro memutuskan untuk mandi sebelum melanjutkan dirinya untuk belajar dan menyiapkan buku-buku serta keperluan sekolahnya esok hari.
"Mari bekerja keras mulai sekarang." Lirihnya kemudian.
—🦌🦦—
Di tempat lain, sebuah motor dengan kecepatan tinggi membelah ramainya jalan perkotaan. Si pengendara menggunakan helm full face yang menyembunyikan wajah aslinya. Menarik gas, motor yang dikendarainya semakin melaju hingga sampai di sebuah apartemen yang berada di pusat kota.
Saat sudah berada di basement apartemen, motor itu berhenti di depan seseorang yang sudah menunggu di sana.
Si pemilik motor melepaskan helm yang dipakainya, lalu merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena helm. Setelah itu memberikan kunci motor beserta helmnya pada seseorang itu.
"Sungchan-a kupikir kau tidak akan pulang ke sini, tadi aunty meneleponku dan menanyakan keberadaanmu." Ucap seseorang itu.
"Aku sudah ke rumah mommy sebelum ke sini, hyung." Jawab Sungchan sembari membenarkan jaketnya.
"Oh, baiklah. Segera masuk dan istirahat, besok kau masih harus sekolah dan mengurus berkas-berkas di mejamu." Ucap yang lebih tua sembari menepuk pundak Sungchan.
"Terima kasih, Lucas hyung."
"Kalau begitu aku pulang dulu, Renjun pasti sudah menungguku. Selamat malam." Lucas berlalu setelah mendapat respon berupa anggukan dari Sungchan.
Fyi, Lucas merupakan asisten pribadi bahkan pengawal Sungchan yang diperintahkan Jaehyun—ayah Sungchan setelah ia menjabat sebagai calon penerus perusahaan milik ayahnya. Di umur Sungchan yang masih muda, tentu tidak mudah mengatur dan mengatasi urusan penting perusahaan. Dia butuh asisten yang umurnya lebih tua dan dewasa untuk selalu mendampingi dan membantunya. Dan akhirnya, atas saran Mark Jung—kakak pertama Sungchan, ia memilih temannya; Lucas Wong untuk menjadi asisten pribadi adik keduanya.
Umur Lucas dan Mark sama, hal ini memudahkan Sungchan dalam berkomunikasi dalam mengurus sesuatu, bahkan Sungchan sudah menganggap Lucas sebagai kakaknya sendiri.
Kembali ke Sungchan, si pemilik tubuh jangkung itu telah selesai membersihkan dirinya. Lantas ia mendudukkan dirinya di meja kerjanya; mulai membuka satu persatu halaman-halaman dokumen yang harus ia selesaikan malam ini juga, sebab besok ia harus kembali ke sekolah setelah satu minggu cuti akibat perjalanan bisnisnya ke Amerika bersama sang ayah.
Apalagi sekarang ia sudah berada di kelas tiga, sudah sepatutnya ia belajar mati-matian untuk mendapatkan nilai memuaskan saat ujian kelulusan. Tapi, beruntunglah Sungchan memiliki otak cerdasnya, ia tak payah membaca buku-buku tebal yang disediakan dari sekolah. Hanya modal mendengarkan penjelasan dari guru saja ia sudah dapat menguasainya.
Sungchan terlalu malas untuk membaca buku materi, lebih baik ia gunakan untuk mengurus dokumen-dokumen perusahaan yang akan menentukan masa depannya.
Tak terasa tiga jam berlalu sangat cepat, Sungchan melirik ke arah jam yang berada di atas meja. Sudah pukul satu dini hari. Akhirnya ia menutup dokumen tersebut lalu merenggangkan ototnya dan beringsut dari tempatnya kemudian menuju ranjangnya untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya.
—to be continue—
A/N : Cast akan bertambah seiring berjalannya alur cerita. Perubahan marga pemeran asli akan diubah untuk kenyamanan dan ketepatan cerita. So, silahkan menyesuaikan diri kalian masing-masing!—2021.03.28
KAMU SEDANG MEMBACA
Unavoidably [Sungtaro]
Fanfic[FOLLOW SEBELUM BACA!] - ❝Tidak bisakah kau menjauh dariku?! Aku hanya ingin fokus belajar! Dan kau membuang-buang waktuku!❞ -Osaki Shotaro. ❝Hyung, aku adalah penerus The Jung Holding Company. Bagaimana jika aku menawarkan dirimu sebagai sekretari...