Daehan Senior High School.
Sekolah ternama dan bergengsi nomor satu di Korea. Sebut saja sekolah ini dikhususkan untuk keluarga konglomerat saja, pasalnya sekolah ini mematok harga yang tak bisa dibilang murah untuk pertahunnya. Untuk pertahunnya saja, harus mengeluarkan uang sebesar 10 juta won atau sekitar IDR 126 juta per semesternya. Sungguh biaya yang sangat fantastis.
Tentunya, tidak mudah bagi Shotaro untuk dapat bersekolah di sini. Sepanjang masa hidupnya ia gunakan untuk belajar mati-matian hanya demi mendapatkan beasiswa agar dapat membantu orangtuanya.
Dan dengan berkat Tuhan, Shotaro akhirnya lolos seleksi dan mendapatkan beasiswa penuh, ditambah dengan uang saku yang disediakan oleh pihak sekolah dan pemerintah. Walaupun tidak banyak, tetapi cukup. Butuh usaha yang tidak bisa dikatakan kecil baginya, ia harus melewati kurang lebih 3.000 pendaftar dan peserta yang ingin lolos, dan Shotaro merupakan siswa nomor 5 dari 100 yang diterima. Apalagi, Shotaro merupakan anak akselerasi dan sering mengikuti olimpiade-olimpiade dan sudah beberapa kali memenangkan pialanya. Tentu ia merupakan anak emas di sekolah.
Hari ini Shotaro sudah siap untuk kembali meneruskan pendidikannya yang sempat terhenti, 2 tahun bukan waktu yang singkat. Beruntungnya ia tidak mengulang kelas,—ia langsung naik ke kelas 12 dan melanjutkan saja.
Shotaro sudah siap di depan gerbang sekolahnya, dengan ransel lawas miliknya dan sepatu terakhir pemberian almarhum ayahnya, ia berjalan dengan percaya diri tanpa menggubris cibiran para murid yang sibuk menilai penampilan dirinya dari atas sampai bawah. Shotaro hanya tidak ingin menodai telinganya dengan cibiran tidak berguna seperti itu.
Sesampainya di depan kelasnya, para siswa yang awalnya ramai tidak terkondisikan akhirnya senyap seketika saat melihat Shotaro melangkah memasuki kelas.
Para siswa itu menatap bingung, pasalnya mereka tidak pernah melihat Shotaro sebelumnya. Tentu saja, mereka merupakan siswa juniornya yang terpaut 2 tahun di bawahnya. Tahun ajaran mereka berbeda, tentu saja mereka tidak mengetahuinya, apalagi Shotaro sempat cuti selama 2 tahun.
Akhirnya, Shotaro berjalan menuju tempat duduk yang masih kosong, bangku paling belakang dan pojok. Ia mendudukkan dirinya di sana, lalu melepas ransel miliknya dan meletakkan di atas meja sembari mengeluarkan buku-bukunya.
Hingga akhirnya sebuah suara bariton menusuk indera pendengarannya.
"What the,—" Pemuda itu menghampiri tempat duduknya lalu menatapnya dengan tatapan mengintimidasi "—who are you? Dan kenapa kau duduk di tempatku?"
Shotaro tersentak kaget, ia menatap pemuda yang berhasil membuatnya terkejut, "Guru yang menyuruhku agar untuk duduk ditempat yang masih kosong."
"Pindah. Bisakah?" Balas pemuda itu dengan nada ketusnya.
"Apa kau baru saja berkata seperti itu padaku? Aku dua tahun lebih tua darimu." Jawab Shotaro dengan penuh penekanan.
Lelaki itu mengeluarkan smirk khasnya, lalu mendekatkan wajahnya pada Shotaro. Yang didekati langsung memundurkan wajahnya ke belakang. "Jadi katakan, kau terlihat seperti anak kecil dan kau baru saja mengatakan seperti itu? Yang benar saja."
Shotaro mengeraskan rahangnya, matanya menatap tajam dengan alis menukik, "Kau—!"
"Sungchan? Kau sudah kembali?"
Keduanya menoleh ke arah sumber suara, menampakkan seorang lelaki dewasa dengan buku di tangannya. Sungchan mengangguk menjawab ucapan si lelaki tersebut.
"Anak-anak, mulai sekarang saya akan menjadi wali kelas baru kalian. Silahkan duduk di bangku masing-masing. Dan untuk Shotaro, kau meninggalkan buku-buku di ruang guru. Jangan lupa untuk mengambilnya nanti."
"Baik, Pak." Shotaro menghela napasnya, lalu mulai duduk di bangkunya dengan rapi, mengabaikan tatapan tajam Sungchan yang sedari tadi memperhatikannya.
—🦌🦦—
Bel istirahat akhirnya berbunyi, para murid sudah berbondong-bondong untuk pergi ke kantin dan cafetaria yang sudah disediakan sekolah untuk mengambil jatah makan siang mereka, kecuali Shotaro.
Pemuda itu lebih baik membantu staff sekolah membawa buku-buku dari perpustakaan menuju ruang guru lalu membagikannya saat berada di kelas.
Bukan karena Shotaro tidak suka makanan di sana, hanya saja Shotaro merasa tidak pantas untuk berada di sana. Shotaro hanya seorang anak dengan beasiswa saja. Sedangkan murid yang lainnya sanggup membayar semua fasilitas dari sekolah dengan uang mereka sendiri. Tentu Shotaro merasa rendah berada di sana.
Alasan lainnya pula, pada saat ia masih berada di tahun pertama. Ia sempat mengalami perundungan oleh senior-seniornya dulu saat hendak mengambil jatah makan siang pertamanya di kantin sekolah. Para berandalan itu mengatai hal-hal tak seronok pada Shotaro. Juga ia sempat dipermalukan habis-habisan oleh berandal tersebut karena penampilannya kuno dan cupu.
Dan karena semua hal itulah, semenjak saat itu Shotaro memutuskan untuk tidak lagi berada di sana. Lagipula, ia cukup kuat untuk menahan lapar dan dahaga sampai pulang.
Saat ini Shotaro tengah berjalan dari perpustakaan dengan membawa tumpukan buku yang tingginya hampir menutupi seluruh wajahnya. Maklum, jika dibandingkan dengan teman-teman, Shotaro memiliki tubuh lebih pendek dan kecil dari yang lainnya. Ditambah lagi Shotaro memiliki wajah mungil dan imut, bahkan dia sering disebut anak sekolah menengah pertama.
Tetapi, saat ia mulai membelokkan diri menuju arah ruang guru, Shotaro terkejut saat seseorang tiba-tiba menabraknya sehingga membuat buku-buku itu berceceran di lantai.
Dengan cepat Shotaro memungut buku-buku tersebut dan menatanya. Namun, saat hendak mengambil buku pertama, sebuah kaki yang dibalut sepatu mahal menginjak buku tersebut dengan sengaja. Shotaro mendongakkan kepalanya untuk menatap siapa pelakunya.
Dan saat itulah, seorang gadis berparas ayu menatapnya dengan tatapan seakan merendahkan dirinya juga dengan smirk sinis miliknya sebelum pergi meninggalkan Shotaro yang masih menatapnya.
—🦌🦦—
"Para siswa, silahkan buka buku referensi kalian."
Mendengar titah dari sang guru yang tengah mengajar, Shotaro membulatkan matanya. Pasalnya dia belum membeli buku referensi itu. Tepatnya dia lupa membeli kemarin. Ingatnya ia tidak bakal memakainya untuk di sekolah. Ternyata pikirnya salah.
Ia menggigit kuku jarinya kuat, gelisah dan resah. Memikirkan betapa bodohnya dia hari ini, apalagi ini hari pertama ia kembali ke sekolah.
Namun tak berselang lama, sebuah tepukan pelan mengenai punggungnya. Ia berbalik melihat Sungchan yang menyodorkan buku referensi miliknya pada Shotaro.
Pemuda Jepang itu menukikkan alisnya, tak paham maksud Sungchan. Sedangkan si Jung itu berdecak, "Pakailah, aku tidak membutuhkannya." Ucapnya kemudian.
Awalnya Shotaro sempat berpikir untuk tidak menerima bantuan dari Sungchan, tetapi ia juga membutuhkan buku itu juga untuk belajar. Akhirnya dengan ragu ia menerimanya, "Terima kasih, aku akan mengembalikannya saat sudah selesai nanti." Dan pelajaran pun kembali berlanjut.
—to be continue—
—2021.06.04
KAMU SEDANG MEMBACA
Unavoidably [Sungtaro]
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM BACA!] - ❝Tidak bisakah kau menjauh dariku?! Aku hanya ingin fokus belajar! Dan kau membuang-buang waktuku!❞ -Osaki Shotaro. ❝Hyung, aku adalah penerus The Jung Holding Company. Bagaimana jika aku menawarkan dirimu sebagai sekretari...